Mohon tunggu...
Nindya Paramita
Nindya Paramita Mohon Tunggu... -

muda, mahasiswi, fasilitator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Candi Kalasan “Permata Jawa” Riwayatmu Kini

30 April 2014   20:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang Anda pikirkan pertama kali ketika mendengar kata candi? Batu? Salah satu dari sekian banyak candi dan selain Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang populer di Indonesia adalah Candi Kalasan.

Lokasi Candi Kalasan tidak jauh dari Candi Prambanan, letaknya sekitar 2 km dari Candi Prambanan. Terletak di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Berada di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo.

Pendirian Candi Kalasan dihubungkan dengan penemuan sebuah prasasti Kalasa yang berangka 700 saka atau 778 Masehi. Prasasti ini ditemukan di sebelah timur bangunan candi. Prasasti ini bertuliskan dengan huruf Pranagari berbahasa Sanskerta. Dalam prasasti disebutkan tentang para guru yang berhasil membujuk Maharaja Tejahpurana Panangkaran untuk  membangun sebuah kuil bagi Dewi Tara. Guru itu merupakan kelompok Brahmana yaitu guru penasihat spiritual raja.

Dikisahkan bangunan suci ini sebagai sarana untuk menghormati Dewi Tara yang diyakini memberikan kemakmuran, kesejahteraan, dan kesuburan bagi masyarakat pemujanya. Arca Dewi Tara yang terbuat dari perunggu dahulunya diletakkan di dalam bilik utama, akan tetapi sampai saat ini hilang dan belum ditemukan.

Ukiran pola sulur gelung pada tubuh candi secara vertikal memberikan kesan bangunan yang tinggi. Corak khas inilah yang membedakan Candi Kalasan dengan candi-candi lain. Istimewanya, batu monolit atau moonstone menghiasi bangunan yang letaknya di bawah tangga pada sisi timur menuju bilik utama. Sebutan “Permata dari Jawa” diberikan Bernett Campers seorang peneliti dari Belanda.

Candi Kalasan terdapat 52 stupa yang mengelilingi bangunan candi dengan rata-rata memiliki ketinggian 4,6 meter. Berbagai macam ornamen menghiasi setiap dinding candi. Pada setiap sisi sesuai arah mata angin terdapat 6 relung yang di dalamnya di letakkan arca Dhyani Buddha. Namun, kini hanya tersisa pada sisi tenggara.

Pemugaran dan Konservasi

Candi Kalasan diperkirakan belum pernah runtuh secara kesuluruhan dikarenakan dilepayaitu melapisi dinding dengan lapisan bajralepra. Inilah salah satu keistimewaan dari Candi Kalasan dengan lapisan yang melapisi permukaan luar batu candi. Permukaan batu yang terkesan halus dan bersinar ketika terkena cahaya.

Tahun 1927 seorang Belanda bernama Van Romont, melakukan pemugaran keseluruhan bangunan candi. Dari pemugaran ini diketahui bahwa Candi Kalasan memiliki ketinggian 34 meter. Ketinggian candi terbagi beberapa bagian, dasar atau batur setinggi satu meter, dengan kaki candi setinggi tiga meter, dan tubuh 13 meter serta atapnya tujuh meter. Tubuh candi  berdenah bujur sangkar dengan ukuran 16,5 m x 16,5 m. Luas lahan candi ini 45 m x 45 m. Pemugaran candi diselesaikan pada tahun 1929. Pemugaran yang dilakukan tidak secara keseluruhan dapat dikembalikan seperti semula. Banyak batu asli yang hilang sehingga sulit untuk menyatukannya.

“Sebelum pemugaran yang dilakukan oleh Van Romont, pada tahun 1917 untuk pertama kalinya sudah dilakukan perbaikan,” kata Drs. Indung Panca Putra, M.Hum (53) selaku Pimpinan Unit Pemeliharan Cagar Budaya.

Beberapa studi dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta dan dibuat laporan mengenai pemeliharaan Candi Kalasan. Ada upaya-upaya penyelamatan yang dilakukan pasca kemerdekaan terhadap Candi Kalasan hanya walaupun hanya sebatas perbaikan-perbaikan (konsolidasi partial) maupun kegiatan-kegiatan konservasi.

Periode tahun 1980-1990 sebelum dibentuknya unit-unit kerja lapangan di SPSP, upaya pemeliharaan Candi Kalasan berada di bawah naungan kerja kelompok Kerja Pemeliharaan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya. Candi Kalasan berada pada unit kerja tersendiri sehingga upaya-upaya pemeliharannya menjadi lebih terfokus.

Sejauh ini upaya-upaya yang dilakukan untuk Candi Kalasan yang masih terdokumentasi di antaranya adalah di tahun 1993 dilakukan beberapa kegiatan yakni studi teknis konservasi, kegiatan penanggulangan kebocoran atap dengan menutup lubang di sisi atas dengan fiberglass, dan kegiatan konservasi Candi Kalasan untuk kulit bagian kaki dan tubuh.

Tahun 1994 hingga tahun 1995 dilakukan penangulangan kebocoran atap tingkat I kemudian di tahun 1996 dilakukan pula kegiatan penanggulangan kebocoran atap pada sisi utara. Kegiatan-kegiatan penanggulangan kebocoran atap Candi Kalasan yang dilakukan mulai tahun 1993 hingga 1996 dilakukan dengan menutup nat-nat (pori-pori) atau antar batu dengan mortar araldite juga dengan pengolesan water repellent pada permukaan batu dan khususnya bagian atap.

Pada tahun 2005 dilakukan studi teknis kembali secara khusus difokuskan pada bilik utama, khususnya pada dinding bilik sisi selatan yang sudah mengalami penggaraman yang sangat parah. Sama halnya manusia ketika terkena penyakit maka harus diobati agar sembuh. Batu memang tidak akan sembuh, namun sejauh dapat memberikan pertolongan dan membuatnya masih tetap bertahan.

Batu yang juga terjangkit oleh penyakit akibat dari faktor alam, air hujan yang masuk dalam pori-pori batu, tumbuhnya mikroorganisme seperti tumbuhan paku-pakuan dan lumut semakin lama akan merapuhkan batu. Mengutip dari sebuah laporan yang terdokumentasikan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala yang bertugas menjaga dan memelihara kelestarian benda cagar budaya melakukan berbagai tindakan akan permasalahan tersebut. Berdasarkan surat tugas nomor 183/A3/BP3/DKP/2006 tanggal 28 September 2006 dilakukan kegiatan pembersihan mekanis dan kemis pada atap Candi Kalasan.

Drs. Indung Putra di kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya menyebutkan jika tidak dilakukan upaya atau tindakan pelestarian maka peninggalan budaya akan hilang. Seperti saat ini terlihat tatanan batu candi yang tidak rapi, tatanan batu yang mengalami keretakan, pergeseran tatanan batu. Pengawetan untuk batu pun dilakukan agar batu-batu tidak cepat rapuh. Pemberian zat kimia juga dilakukan untuk memusnahkan jamur, lumut dan mikroorganisme lainnya.

Bangunan Candi Kalasan yang saat ini dilihat merupakan bangunan ketiga. Hal ini diungkapkan oleh Campers bahwa sebelumnya sudah terdapat bangunan yang sebelumnya sudah ada. Bangunan asli sudah tertutup oleh beberapa kali pemugaran hal tersebut dibuktikan dengan tata letak batu yang tidak sama persis.

Perhatikan, jika Anda berkunjung ke Candi Kalasan, tangga untuk menaiki candi tidak ada yang tersisa. Tatanan batu seadanya disusun untuk membantu berjalan menuju bilik utama dari sisi timur. Relung-relung yang dahulunya terdapat arca hanya beberapa saja yang masih menempel pada dinding dan sisanya hilang. Potongan-potangan batu dari bagian-bagian candi tergeletak di sisi tenggara candi. Kini Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCG) terus melakukan studi dan perawatan terhadap Candi Kalasan. Tak cukup hanya BPCG yang bertindak, pengunjung atau masyarakat perlu menjaga kelestarian benda peninggalan bersejarah ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun