Mohon tunggu...
Nindya A
Nindya A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR

-Just go with the flow-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mendukung Penyebaran Guru Honorer ke Wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar)

24 Agustus 2023   19:52 Diperbarui: 24 Agustus 2023   19:58 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Guratan Tinta Menggerakkan Bangsa 2023]

"Jejak Anak Muda Indonesia : Gagasan Ksatria Airlangga melalui Akselerasi Kajian SDGs Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045"

Oleh Nindya Astridianti Prasetyawan

21 Agustus 2023

Pendidikan merupakan pilar penting dalam pembangunan suatu negara. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa akses pendidikan berkualitas masih terbatas di wilayah-wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi ini adalah dengan menyebarluaskan keberadaan guru honorer ke wilayah tersebut sesuai dengan Sustainable Development Goal ke-4.

Guru honorer menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan di Indonesia. Meskipun status mereka sering kali tidak tetap dan tunjangan yang diterima tidak sebanding dengan beban kerja yang mereka tanggung, guru honorer menjadi penyelamat bagi daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh guru dengan status lebih permanen. Mereka rela mengabdi di daerah terpencil dengan segala keterbatasan yang ada. Hal ini dapat menjadi langkah positif dalam upaya mengatasi kesenjangan pendidikan antar daerah.

Mengurangi Ketimpangan dalam Akses Pendidikan

Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh Surya Putra dan timnya di "Journal of Educational Equity and Access" (2018), ditemukan bahwa wilayah 3T masih menghadapi tantangan besar dalam hal terkait akses pendidikan yang merata. Keterbatasan akses dan jumlah guru di wilayah ini menyebabkan beberapa siswa merasa putus asa dan tidak mendapatkan peluang pendidikan yang setara dengan rekan-rekan mereka di wilayah perkotaan. Dengan adanya guru honorer yang peduli dan berdedikasi, mindset tersebut dapat berubah, dan peluang untuk meraih cita-cita mereka akan semakin terbuka. Menyebarluaskan guru honorer dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga pengajar di wilayah-wilayah tersebut, sehingga memberikan peluang lebih besar bagi anak-anak di sana untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.

Dampak Positif bagi Motivasi Siswa

Kehadiran guru honorer di wilayah 3T dapat memberikan dampak positif terhadap motivasi siswa untuk bersekolah (Nurani, 2020). Penambahan tenaga pengajar di wilayah-wilayah ini dapat membantu mengurangi kesenjangan dalam mutu pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Guru honorer yang berasal dari komunitas lokal memiliki keterkaitan emosional dan pemahaman lebih dalam terhadap konteks sosial siswa. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam mengejar pendidikan, merasa dihargai, dan memiliki model peran yang dekat dengan lingkungan mereka.

Perlunya Pelatihan dan Pemberian Tunjangan yang Adil

Implementasi kebijakan ini harus disertai dengan langkah-langkah penting. Dalam sebuah artikel berjudul "Education Policy Analysis Archives" (2017), penulis berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan kontinu bagi guru honorer di wilayah 3T adalah kunci untuk memastikan mutu pendidikan tetap terjaga. 

Pertama-tama, pemerintah harus memberikan pelatihan dan pendidikan lanjutan kepada guru honorer sehingga mereka memiliki kompetensi yang memadai untuk mengajar. Kualitas pendidikan tidak boleh dikorbankan demi sekadar menambah jumlah guru di wilayah-wilayah tersebut..

Kedua, hak-hak dan kesejahteraan guru honorer harus dijamin. Mereka berhak mendapatkan tunjangan yang layak dan perlindungan hukum. Penempatan di wilayah 3T dapat menjadi tantangan tersendiri, dan pemerintah harus memastikan bahwa guru honorer mendapatkan dukungan yang cukup agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan dedikasi yang tinggi.

Dengan demikian, dalam menghadapi tantangan akses pendidikan di wilayah tertinggal, terdepanm dan terluar (3T), penyebaran guru honorer dapat menjadi langkah yang konstruktif jika dijalankan dengan adil dan bijaksana. Dukungan dari studi dan penelitian di atas menunjukkan bahwa langkah ini memiliki potensi untuk mengurangi ketimpangan pendidikan dan memotivasi siswa di wilayah tersebut. Namun, perlu diingat bahwa pelatihan dan perlindungan hak-hak guru honorer juga harus menjadi fokus utama dalam implementasi kebijakan ini. Dengan langkah-langkah tepat, kita dapat membangun pendidikan yang lebih berkualitas, merata, dan  berkeadilan di seluruh penjuru negeri.

#Ksatria1Garuda7 #ResonansiKsatriaAirlangga #ManifestasiSpesial #GuratanTintaMenggerakkanBangsa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun