Mohon tunggu...
Nindya Julisia
Nindya Julisia Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Kurikulum 2013

28 Mei 2022   17:29 Diperbarui: 28 Mei 2022   17:30 2455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kurikulum adalah seperangkat atau suatu sistem rencana dan pengaturan mengenai bahan pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar. Semua lembaga pendidikan harus memiliki kurikulum sebagai bahan pembelajaran guru terhadap siswanya. Sejalan dengan perkembangan zaman, kurikulum pun juga ikut berkembang untuk memenuhi tuntutan pendidikan. Selain  itu perubahan yang terjadi merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Bentuk perubahan kurikulum saat ini adalah diterapkannya kurikulum 2013 di sekolah. kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum-2006 atau yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Kurikulum 2013 memiliki tiga model pembelajaran yaitu Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Model pembelajaran problem based learning merupakan salah satu jenis model pembelajaran kurikulum 2013 yang sangat membantu dalam peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia.

Problem Based Learning diartikan sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu jenis model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) untuk menghasilkan suatu produk. Model Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai pelaku utama dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).

Karakteristik yang tercakup dalam Project Based Learning (PJBL) antara lain:

1. Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk;

2.Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan;

3.Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat;

4.Melatih kemampuan berpikir kreatif; dan

5.Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan.

Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning (PJBL)

Penerapan Project-based Learning (PJBL) sebagai berikut:

1. Topik/materi yang dipelajari peserta didik merupakan topik yang bersifat kontekstual dan mudah didesain menjadi sebuah proyek/karya yang menarik;

2.Peserta didik tidak digiring untuk menghasilkan satu proyek saja (satu peserta didik menghasilkan satu proyek);

3.Proyek tidak harus selesai dalam 1 pertemuan (diselesaikan dalam 3-4 pertemuan);

4.Proyek merupakan bentuk pemecahan masalah sehingga dari pembuatan proyek bermuara pada peningkatan hasil belajar;

5.Bahan, alat, dan media yang dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia di lingkungan sekitar. dan diarahkan memanfaatkan bahan bekas/sampah yang tidak terpakai agar menjadi bernilai guna; dan

6. Penilaian autentik menekankan kemampuan merancang, menerapkan, menemukan, dan menyampaikan produknya kepada orang lain.

Siswa sebagai subjek dari model pembelajaran problem based learning. Mereka dituntut untuk memahami dan memikirkan solusi dari permasalahan yang telah disajikan oleh guru. Siswa tidak sekedar dituntut, tetapi juga harus diberi pemahaman oleh guru. Harus ada kerjasama dankomunikasi antara guru dengan siswanya.Selain guru harus mampu menyajikan materinya secara optimum.

Pada kenyataannya masih banyak guru yang tidak peduli dan menuntut siswa untuk memahami  materi yang telah disajikan secara mandiri. Dampak nya ialah  sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari yang menyebabkan siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya. Selain itu peserta didik akan berada di bawah tekanan akademis. Beban belajar peserta didik terlalu berat dan waktu belajar di sekolah terlalu lama. Sekalipun peserta didik memiliki batas waktu terlama untuk konsentrasi, mereka harus menguasai terlalu banyak materi. Ini merupakan masalah yang sangat penting, dengan peserta didik sebagai tujuan kurikulum 2013, sukses tidaknya mata kuliah 2013 tentunya akan

sangat bergantung pada perkembangan mahasiswa tersebut.

Akan tetapi, Guru memberi statement siswa " memahami secara mandiri " berdampak positif bagi siswa, yaitu :

1.  Memotivasi peserta didik dengan melibatkannya di dalam pembelajarannya, membiarkan sesuai minatnya, menjawab pertanyaan dan untuk membuat keputusan dalam proses belajar.

2. Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu.

3. Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah, memperhatikan dunia nyata, dan mengembangkan ketrampilan nyata.

4.Menyediakan peluang unik karena pendidik membangun hubungan dengan peserta didik, sebagai pelatih, fasilitator, dan co-learner.

5.Menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan komunitas yang besar.

6.Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

7. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

8.Memberikan pengalaman pada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

9. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

10.Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Dengan demikian, Model Pembelajaran Problem based learning lebih banyak memberikan dampak positif bagi seluruh aspek utamanya dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan sumber daya manusia. Peningkatan tersebut mengubah Indonesia lebih maju dan tangguh dalam menghadapi peradaban dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun