Mohon tunggu...
Maida Tertia Anindya
Maida Tertia Anindya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Airlangga

an INFJ that would like to travel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lestarikan Batik dengan #berkainbersama

10 Juni 2022   10:00 Diperbarui: 10 Juni 2022   10:09 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai negara dengan julukan negeri seribu pulau terdiri atas beragam suku dan budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan. Hingga tahun 2021 lalu, berdasarkan situs Intangible Culture Heritage UNESCO tercatat Indonesia memiliki 12 warisan budaya tak benda  yang telah diakui, salah satunya batik. Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa “ngembat” atau melempar berkali-kali dan “tik” atau membuat titik. Jadi, secara harfiah dapat diartikan sebagai membuat titik (membuat gambar) pada sehelai kain.

Perlu diketahui bahwa tak hanya produk batiknya yang diakui oleh UNESCO, tetapi juga pendidikan dan pelatihan batik di Pekalongan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Pekalongan memiliki Museum Batik yang memprakarsai program pelatihan batik sejak tahun 2005, hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya melestarikan batik secara turun temurun.

UNESCO menyebut bahwa teknik, simbolisme dan juga budaya mengenai batik berkaitan erat dengan siklus hidup masyarakat Indonesia dari lahir hingga kembali ke liang lahat. Keberagaman corak pada batik menggambarkan berbagai macam pengaruh, mulai dari kalgrafi Arab, rangkaian bunga Eropa dan burung phoenix China hingga burung merak dari India. Batik sangat terkait dengan identitas budaya bangsa Indonesia, melalui makna mendalam dari warna dan coraknya. Tak hanya Jawa, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki corak atau motif batiknya sendiri, Bandung Fe Institute dan Sobat Budaya telah melakukan pendataan motif batik asal Indonesia dan sekitar 5.849 motif batik telah berhasil terdokumentasikan.

Mulanya batik hanya berkembang di daerah keraton sebagai pakaian bagi raja dan keluarganya, sedangkan masyarakat di luar keraton menggunakan kain lurik yang ditenun. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan kain mulai meluas keluar keraton dengan corak atau motif yang semakin beragam karena telah melalui tangan para saudagar yang menyesuaikan motif dengan kondisi pasar.

Meluasnya pemakaian batik ke berbagai kalangan membuat batik semakin dikenal dan digemari oleh masyarakat Indonesia bahkan masyarakat manca negara, untuk melestarikannya terdapat beberapa cara baru untuk membatik yaitu teknologi batik cap, pewarnaannya pun juga beragam, mulai dari pewarna alami sampai penggunaan bahan kimia.

Sebagai pemuda yang berbangga dan memiliki tanggung jawab untuk melestarikan batik, kita dapat ikut andil melestarikan batik dengan berbagai cara, seperti mengunjungi museum batik, mempelajari cara membatik, mempelajari makna dari masing-masing pola yang terdapat pada batik, bahkan menggunakan batik sebagai pakaian sehari-hari atau berkontribusi dalam gerakan #berkainbersama.

Gerakan berkain telah dimulai sejak tahun 2017 oleh Swara Gembira, sebuah wadah untuk melestarikan seni dan budaya Indonesia di kalangan milenial. Swara Gembira semakin menggaungkan penggunaan kain tradisional untuk pakaian sehari-hari, meskipun tidak hanya berfokus pada batik.

Kain batik dapat dijadikan produk fesyen yang tidak kalah menarik dibanding pakaian yang berasal dari luar negeri, seharusnya kain batik yang dibanggakan ini juga bisa terus digunakan beriringan dengan perkembangan zaman. Gerakan berkain patut untuk diteruskan dan melibatkan lebih banyak pihak sebagai salah satu upaya melestarikan dan memperkenalkan batik, seperti pihak akademisi yang dapat mengadaptasi gerakan ini menjadi salah satu pakaian yang bisa dipakai saat free day atau hari khusus yang menganjurkan mahasiswa dan tenaga pendidik untuk menggunakan batik atau berkain, pekerja yang menggunakan batik sebagai aksesoris harian, bahkan bisa melibatkan musisi dan artis nusantara. Pemakaian kain juga dapat dikreasikan sesuai preferensi masing-masing, dengan begitu penggunaan batik akan menjadi hal yang umum dan semakin dekat dengan masyarakat, bukan hanya digunakan pada acara-acara tertentu.

Mari berkain. Mari lestarikan budaya Indonesia.

(Maida Tertia, dikutip dari berbagai sumber.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun