Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang dalam bentuk jamaknya (to etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam hal ini etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan hidup yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain dari satu generasi ke generasi lain (Arijanto,2011).
Lantas, apa perbedaan etika dan norma? Norma adalah suatu pranata dan nilai mengenai baik dan buruk, sedangkan etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu baik dan buruk. Melakukan tindakan penipuan terhadap orang lain adalah buruk. Hal Ini berada pada tataran moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk dan apa alasan pikirannya merupakan ranah etika. Dalam pemikiran Islam etika lebih dipahami sebagai akhlak atau adab yang bertujuan untuk mendidik moralitas manusia.
      Sedangkan untuk kata bisnis sendiri berasal dari bahasa Inggris bussiness, yang dibentuk dari kata sifat busy yang artinya kesibukan. Nah, kesibukan di sini apa sih? Ya, tentu saja kesibukan dalam hal aktivitas ekonomi yang meliputi kegiatan produksi, konsumsi, distribusi, investasi dan lain sebagainya baik dalam bentuk barang maupun jasa.
      Dari pengertian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa etika bisnis Islam adalah  kebiasaan atau budaya moral yang berhubungan dengan bisnis, saling menguntungkan satu sama lain sesuai dengan ajaran Islam.
      Lalu apa sih perbedaan etika bisnis dengan etika bisnis Islam?
Dikutip dari jurnal kajian hukum dan sosial, karya Khusniati Rofiah dengan judul Urgensi Etika di dalam sistem bisnis islam mengatakan bahwa: Etika bisnis dan etika bisnis Islam merupakan hal yang sama. Mempelajari tentang baik/buruk/, benar/salah, dan sebagainya dalam dunia bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas. Namun yang berbeda di sini hanyalah pada susunan adjective di atas, mengenai etika bisnis yang ditambah dengan halal dan haram.
      Rangkaian bisnis Islam hampir sama dengan sistem konvensional, namun masih ada beberapa perbedaan terutama pada karakteristik bisnisnya, antara lain sebagai berikut:
1. Asas. Pada bisnis Islam memiliki asas berupa aqidah Islam (nilai-nilai transedental) sedangkan pada bisnis non Islam memiliki asas sekulerisme (nilai-nilai materialisme).
2. Motivasi. Bisnis Islam memiliki motivasi dunia-akhirat, sedangkan bisnis non Islam berpacu pada dunia saja,
3. Etos kerja. Pada bisnis Islam, etos kerja sangat tinggi, karena bisnis merupakan bagian dari ibadah. Sedangkan pada bisnis non islam walaupun etos kerja juga tinggi namun bisnis ini dianggap sebagai kebutuhan duniawi saja.