Sepekan yang lalu Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa dirinya menyukai musik korea (Kpop). Dalam lawatannya ke negeri gingseng itu, Jokowi mengaku telah dua kali menonton konser boygroupSuper Junior (Suju) bersama putrinya, Kahiyang Ayu. Bahkan dilain kesempatan dirinya sempat berpose bersama salah satu anak asuhan SM Entertainment lainnya yaitu, Minho Shinee.
Pernyataan Jokowi tersebut mendapatkan tanggapan yang beragam dari Kpopers Indonesia. Sebagian menganggap bahwa pernyataan Jokowi hanya sebuah pencitraan semata. Pernyataan tersebut hanya bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan Korea Selatan (Korsel). Namun, tidak sedikit pula Kpopers Indonesia yang memberikan respon positif. Karena presidennya memiliki selera musik yang sama dengan mereka.
Tidak dapat dipungkiri setiap politisi tentu butuh melakukan pencitraan, begitu pula Jokowi. Pencitraan tersebut digunakan untuk mendapatkan dukungan. Menjalankan suatu pemerintahan tentu akan terasa lebih ringan bila mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat. Terlebih sampai saat ini aroma persaingan antara kubu Prabowo dan Jokowi masih sangat kental.
Pernyataan Jokowi tentang kesukaannya terhadap Kpop memang dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pencitraan. Tetapi menggunakan pernyataan sebagai seorang pecinta Kpop merupakan cara yang cerdas. Alasannya? Pertama, pencitraan yang dilakukan Jokowi merupakan pencitraan otentik, bukan pencitraan settingan. Mengapa demikian? Otentik karena memang Jokowi menyukai Kpop. Terbukti dengan dua kali ia menonton konser Suju dengan putrinya.
Kedua, Jokowi juga cerdas dengan memilih Kpopers Indonesia sebagai target pencitraannya. Selama ini di Indonesia Kpopers selalu dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Padahal, jumlah massa Kpopers Indonesia sangatlah besar. Mereka dianggap “aneh” oleh non-Kpopers, karena menyukai laki-laki atau perempuan dengan tubuh proposional dan wajah yang terawat. Kesukaannya itu kemudian terkadang tumbuh menjadi sebuah obsesi. Selain itu, penggemar musik Kpop cenderung lebih ekspresif dibandingkan penggemar musik genre lain. Dan mereka juga memiliki daya persuasi yang tinggi. Masih ingatkah ketika seorang komika bernama Uus, melalui akun pribadinya (@Uus__), menuliskan tweet miring tentang leader Bigbang, GDragon dan personel Suju, Siwon? Saat itu, Kpopers Indonesia yang merasa kesal berbondong-bondong menyerang sosial media Uus. Hashtag kecaman untuk Uus yang bertengger di Trending Topic Twitter,membuat namanya hingga dimuat dalam media online Korsel.
Begitu pula tanggapan yang diberikan oleh Kpopers Indonesia terhadap pengakuan Jokowi yang menyukai musik Kpop. Sebagian Kpopers Indonesia meluapkan kesenangannya terhadap Jokowi dengan cara yang ekspresif. Di berbagai media, seperti official account line Cooking Oppa mereka menyebut Jokowi sebagai “president goals”. Mereka pun tak segan untuk meminta dibuatkan kartu kpopers hingga subsidi untuk konser artis korea melalui akun instagram Jokowi (@jokowi). Dapat dikatakan pencitraan yang dilakukan oleh Jokowi berhasil karena telah mempengaruhi pandangan politik Kpopers Indonesia.
Ketiga, Jokowi ingin menjalin hubungan kerjasama khususnya dalam meningkatkan perekonomian. Memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Jokowi ingin agar kalangan muda untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja negara tetangga. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui sektor ekonomi kreatif. Bahkan sebuah iklan layanan masyarakat dari Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, rutin diperdengarkan di beberapa stasiun radio.
Kpop merupakan industri kreatif Korsel yang sangat sukses. Tidak hanya meraup untung dalam jumlah besar, tetapi pelaku industri Kpop juga memperkenalkan budaya korea. Pernyataan Jokowi sebagai seorang Kpoper, membuat ia mendapat simpati dari pelaku industri Kpop. Selain itu, juga memudahkan Jokowi dalam mendapatkan tips dan trik untuk membangun industri kreatif yang besar.
Jokowi telah melakukan pencitraan yang tepat sesuai dengan target sasaran dan kebutuhan. Menjadikan Kpopers Indonesia sebagai target adalah pilihan yang tepat. Jumlah massa, tingkat ekspresif, dan daya persuasi yang cenderung tinggi, membuat mereka mempengaruhi orang disekitarnya mengenai Jokowi dengan lebih mudah. Citra Jokowi yang mulanya biasa saja, menjadi semakin baik karena memiliki kesamaan selera musik yang tergolong dikesampingkan di Indonesia, yaitu Kpop.
Selain target yang tepat, Jokowi juga dapat menggunakan setting tempat dan waktu yang tepat. Pernyataan dirinya sebagai Kpoper ia lontarkan saat berkunjung ke Korsel dan pada acara Forum Bisnis Korea-Indonesia. Kalimat yang mampu membuat pelaku industri kreatif Korea “tersipu” itu, membuat Jokowi mendapatkan simpati. Sehingga tujuannya untuk meningkatkan perekonomian kreatif Indonesia lebih mudah tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H