Hipertensi biasa disebut penyakit "silent killer" karena terjadi tanpa gejala dan menyebabkan permasalahan serius pada kesehatan jika tidak segera ditangani. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan sistole mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastole yang mencapai lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah yang tak terkendali menjadi salah satu faktor risiko utama dalam perkembangan penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan kerusakan ginjal. Tujuan utama penanganan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah untuk mencegah permasalahan lebih lanjut. Hal ini dilakukan dengan mengendalikan berbagai faktor risiko yang diperlukan agar tekanan darah kembali normal.
Hipertensi berkembang secara bertahap, akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, menjadi permanen jika tidak ditangani. Penyebabnya meliputi obesitas, makanan tinggi garam, stres, alkohol, kopi, faktor genetik, usia, penyakit tertentu (ginjal, jantung, kelainan hormonal), atau efek obat. Kecemasan dan ketakutan juga dapat memicu penyempitan pada pembuluh darah serta mengurangi aliran darah ke ginjal. Jika tidak diobati, hipertensi dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, kerusakan organ, hingga kematian.
Pengobatan hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologis (menggunakan obat-obatan) atau non-farmakologis (tanpa obat-obatan). Pengobatan dengan obat-obatan harus diminum secara teratur melibatkan penggunaan bahan kimia seperti diuretik, beta blocker, dan calcium channel blocker untuk mengontrol tekanan darah. Sementara itu, pengobatan tanpa obat, yang dikenal sebagai terapi komplementer, semakin populer di berbagai negara. Terapi ini mencakup metode seperti menggunakan tanaman tradisional, akupunktur, akupresur, dan bekam. Banyak orang memilih terapi komplementer karena alasan kepercayaan, biaya yang lebih terjangkau, efek samping obat kimia, dan harapan akan tingkat kesembuhan yang lebih baik.
Bekam Sebagai Pengobatan Hipertensi
Bekam adalah salah satu metode pengobatan tradisional yang menggunakan alat seperti gelas, tabung, atau bambu untuk menciptakan efek pengekopan pada titik-titik tertentu di tubuh. Proses ini dimulai dengan menempatkan alat bekam pada kulit, menghasilkan tekanan negatif yang menarik kulit dan jaringan di bawahnya. Hal ini meningkatkan aliran darah ke area tersebut dan membentuk bendungan lokal di permukaan kulit. Teknik ini dipercaya mampu melancarkan sirkulasi darah, mengeluarkan racun dari tubuh, serta meredakan ketegangan otot. Pada metode bekam basah, langkah selanjutnya melibatkan penyayatan halus pada kulit dengan pisau bedah atau penusukan menggunakan jarum bekam untuk mengeluarkan darah kotor, yang diyakini membawa manfaat penyembuhan.
Sejak zaman peradaban kuno, terapi bekam (cupping) dilakukan menggunakan berbagai alat seperti tulang, tanduk hewan, bambu, kerang, dan labu. Namun, dengan perkembangan zaman dan teknologi, alat-alat tradisional tersebut secara bertahap digantikan oleh cangkir modern yang tersedia dalam berbagai ukuran, bentuk, dan bahan, seperti kaca, plastik, karet, serta silikon. Terapi bekam memiliki berbagai manfaat, antara lain membantu mengeluarkan angin, racun, dan kolesterol berbahaya dari tubuh, meredakan nyeri, memulihkan fungsi tubuh, melancarkan aliran darah, meningkatkan kualitas penglihatan, memperkuat daya ingat dan kecerdasan, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Bekam dapat membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan beberapa cara. Pertama, bekam membuat sistem saraf yang mengatur respons tubuh terhadap stres menjadi lebih tenang. Hal ini membantu menurunkan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kedua, bekam mengurangi kadar hormon aldosteron, yang dapat memengaruhi keseimbangan cairan dan garam dalam tubuh. Ketiga, bekam meningkatkan produksi zat yang disebut nitrat oksida (NO), yang membantu pembuluh darah melebar, sehingga aliran darah menjadi lancar dan nutrisi lebih mudah sampai ke jaringan tubuh. Selain itu, bekam juga merangsang reseptor di pembuluh darah agar lebih sensitif, sehingga pembuluh darah dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik terhadap kondisi yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Dengan pengaruh tersebut, bekam dapat membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Namun, terapi komplementer dengan teknik bekam juga memiliki efek samping  yaitu nyeri di area bekam, pembengkakan kulit, ruam dan bekas luka yang lama hilang. Meskipun tergolong aman dan terjangkau, sebelum memutuskan untuk melakukan bekam, sebaiknya pastikan terlebih dahulu kondisi kesehatan dengan berkonsultasi kepada dokter secara medis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H