Mohon tunggu...
Nindi Kusuma
Nindi Kusuma Mohon Tunggu... -

Mahasiswi lebay kekanakan lahir di tahun 1996, suka buku kopi dan hujan. Suka nangis kalau lihat senja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fakta : Mimpi jadi Pertanda

9 Februari 2017   00:01 Diperbarui: 9 Februari 2017   00:02 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oke, jadi sebelum aku putus komunikasi dengan Ryan (mantanku) aku bermimpi. Di dalam mimpiku itu ada seorang wanita aku tau itu teman kerja Ryan sebut saja dia Wulan. Tapi aku tak begitu mengenalnya hanya sekedar tau saja. Dari beberapa update di media sosial. Di dalam mimpiku itu Wulan botak. Padahal dia punya rambut. Sempat aku update di line juga begini "Ya Allah pertanda apa, ati-ati mbk Wulan teman kerjanya Ryan, saya nggak kenal tp kok mimpi begini". 

Tau nggak ternyataaaaaaa........

Mbk Wulan adalah orang yang sudah satu bulan berpacaran dengan mantan saya ini (posisi saya belum putus ya). Jadi bisa di sebut selingannya dia. Menurut pengakuan Ryan, Ryan belum lama dekat dengan mbk Wulan ini. Tapi kok iya tau-tau udah langsung pacaran aja satu bulan. Kaget dong saya, di tambah lagi Ryan ini mengaku sudah putus dengan saya 4 bulan lalu. Aduuuuhhhh, Ryan bohong lagi. Hubungan di mulai dari kebohongan (lagi). Ini kejadian kedua, sebelumnya ini kejadian dengan saya. Sama persis kejadiannya saya di bohongi juga sama Ryan, ngakunya sudah putus ternyata belum. Deeeer, rasanya hatiku mau copot dengar pengakuan itu (Ryan baru bilang soal kejadian di saya ini setelah ada masalah dengan mbk wulan ini).

Setelah kejadian ini aku sadar. ALLAH sedang menunjukkan kepadaku. Hal-hal yang sulit untuk di ungkap. Jadi mudah banget untuk aku mengetahuinya. 

Besok aku ceritain bagaimana bisa memergoki Ryan ini selingkuh dengan mbk Wulan. Sorry ini ajang curhat jadi beginilah :( 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun