Mohon tunggu...
NINDIA AYUARISANTI
NINDIA AYUARISANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

......

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Globalisasi pada Kebaya, Adaptasi Modern atau Ancaman?

19 Juni 2024   22:04 Diperbarui: 19 Juni 2024   22:07 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kebaya adalah salah satu pakaian tradisional yang paling dikenal di Indonesia. Asal usul kebaya dapat ditelusuri hingga ratusan tahun yang lalu, dan pakaian ini telah menjadi simbol penting dalam budaya Indonesia. Kata "kebaya" sendiri diperkirakan berasal dari bahasa Arab, yakni "kaba" yang berarti pakaian. 

Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa kebaya memiliki akar budaya dari kerajaan-kerajaan di Jawa dan Bali. Kebaya umumnya merujuk pada pakaian blus tradisional dengan bahan tipis atau semi-transparan, sering kali dihiasi dengan bordir atau aplikasi lain yang indah. Biasanya dipasangkan dengan kain batik atau songket. Potongannya sederhana, dengan garis leher V atau bentuk lain, kancing depan, dan lengan panjang atau pendek.

Kebaya telah mengalami banyak perkembangan dan inovasi seiring waktu. Kini, desainer modern Indonesia sering menggabungkan elemen modern dengan tradisional, menciptakan kebaya yang lebih kontemporer. Perubahan pada pola, bahan, dan dekorasi memungkinkan kebaya untuk terus relevan di zaman modern, bahkan menjadi bagian dari mode global. 

Dengan perpaduan tradisi dan modernitas, kebaya terus menjadi simbol budaya yang berharga bagi masyarakat Indonesia. Pakaian ini tidak hanya mencerminkan warisan budaya, tetapi juga menunjukkan adaptasi dan kreativitas yang tak terbatas.

Ada beberapa tren budaya yang menarik perhatian masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah fenomena kebaya coquette dan pengaruh budaya Korea yang semakin mendominasi akibat adanya globalisasi. Banyak masyarakat di sosial media seperti tiktok itu mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap munculnya dua jenis kebaya tersebut karena dinilai merubah entitas kebaya dan menghilangkan ciri khas, serta esensinya. 

Apalagi sampai memunculkan inovasi kebaya crop top kekoreaan yang hal tersebut dinilai tidak sesuai dengan budaya kita yang tertutup dan sopan dalam berpakaian.

Namun, apakah memunculkan kedua jenis kebaya tersebut adalah sebuah kesalahan?

Secara umum, tidak salah berinovasi pada kebaya. Apalagi pengaruh globalisasi yang semakin tidak terbendung dan fenomena budaya Korea atau yang dikenal dengan "Hallyu Wave" juga memiliki dampak signifikan.  Berinovasi dengan tren-tren tersebut bisa menjadi sarana agar generasi muda sekarang lebih bersemangat membeli kebaya dan tidak merasa kuno saat mengenakannya. 

Namun, perlu diperhatikan bahwa kebaya  bukan hanya kain tipis atau semi-transparan yang dipadukan dengan batik atau songket tapi ia juga punya ciri khas yang harus diperhatikan agar tidak merusak entitas dan esensi dari kebaya itu sendiri.

Kebaya coquette dan kebaya Korean style adalah versi kebaya yang dirancang dengan sentuhan gaya dan inspirasi yang lebih modern terinspirasi oleh tren  fashion dari Korea Selatan. Mereka mungkin memiliki beberapa perbedaan dibandingkan dengan kebaya tradisional, seperti potongan yang lebih pendek, warna yang lebih cerah atau motif yang lebih kontemporer. Pertanyaan kedua yang muncul adalah apakah versi kebaya ini menghilangkan ciri khas kebaya Indonesia?

Untuk memahami apakah ciri khas kebaya hilang, mari kita lihat beberapa aspek penting dari kebaya tradisional dan bagaimana kebaya coquette atau kebaya Korea berinteraksi dengan aspek-aspek tersebut:

1. Siluet dan Bentuk Dasar

Kebaya tradisional biasanya memiliki potongan yang mengikuti bentuk tubuh dengan kerah terbuka. Kebaya coquette atau kebaya Korean style sering memiliki variasi dalam potongan, seperti panjang yang lebih pendek atau kerah yang berbeda, tetapi biasanya masih mempertahankan beberapa elemen dasar dari kebaya.

2. Bahan dan Motif

Kebaya coquette cenderung lebih fleksibel dalam pemilihan bahan dan motif, tetapi masih dapat menggunakan unsur tradisional yang sesuai dengan ciri khas kebaya. Kebaya tradisional umumnya dibuat dari bahan seperti brokat, katun, atau renda dengan motif tradisional seperti batik atau sulaman. Maka diharapkan kebaya coquette ataupun Korean style ini juga menggunakan bahan dan motif tersebut. Kemudian cobalah untuk mempertahankan elemen khas seperti bordir atau aplikasi payet yang berkesan elegan dan tidak berlebihan.

3. Kesesuaian dengan Acara

Kebaya tradisional sering dipakai pada acara formal atau upacara adat. Kebaya coquette atau kebaya Korean style mungkin memiliki konteks penggunaan yang lebih luas dan cenderung informal, sehingga mereka kadang-kadang terlihat lebih santai.

4. Pemilihan Warna

Warna-warna tradisional seperti putih, cream, merah, hijau, dan emas dapat memberikan nuansa klasik pada kebaya modern. Warna-warna cerah dan bold dapat digunakan, tetapi tetap perhatikan agar tidak menghilangkan esensi kebaya. Pewarnaan ini bisa disesuaikan dengan konsep dan pangsa pasar yang dituju.

Secara keseluruhan, kebaya coquette atau kebaya bergaya Korea tidak selalu menghilangkan ciri khas kebaya Indonesia, tetapi cenderung mengadaptasi elemen kebaya tradisional ke dalam desain yang lebih modern dan kontemporer. Hal ini dapat membuat kebaya lebih fleksibel dan menarik bagi generasi muda atau mereka yang mencari sesuatu yang lebih segar dan bergaya.

Kemudian dari segi penamaan, hal tersebut dapar dipertimbangkan kembali. Kebaya merupakan pakaian tradisional khas Indonesia sehingga menyandingkannya dengan negara lain bukan suatu hal yang bagus untuk diterapkan. contohnya memberi nama kebaya korea karena modelnya korean style. Sebaiknya cukup diberi nama Kebaya modern. 

Pada dasarnya kebaya adalah budaya Indonesia sehingga korean style atau coqquete hanyalah variasi untuk membuat gaya kebaya lebih menarik terutama untuk generasi muda, itupun tak boleh sampai menghilangkan entitas dari kebaya dan keaslian budayanya.

Mengulas kembali kebaya crop top, kebaya crop top juga bisa dilihat sebagai variasi modern dari kebaya tradisional, yang menawarkan interpretasi baru dan gaya yang berbeda. Namun, hal ini sangat tidak disarankan karena penting untuk mempertimbangkan bagaimana model ini sesuai dengan nilai dan tradisi kebaya. Salah satu ciri khas kebaya adalah kesopanan dan keanggunannya. Bagi beberapa orang, ini mungkin dianggap terlalu jauh dari ciri khas kebaya.

Untuk menjaga esensi kebaya, beberapa elemen tradisional harus tetap dipertahankan, seperti bentuk dasar, penggunaan bahan tradisional, dan motif yang selaras dengan budaya Indonesia. Meski kebaya coquette dan kebaya bergaya Korea dapat membawa kebaya ke arah yang lebih modern, penting untuk mengingat nilai-nilai kesopanan dan keanggunan yang menjadi ciri khas kebaya tradisional. 

Kunci keberhasilan inovasi kebaya adalah menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas, sehingga esensi dan makna kebaya sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia tetap terjaga.

Referensi:

Kontemporer Sebagai Pengikat Antara Tradisi dan Budaya Masa Kini, K., Fitria, F., Wahyuningsih, N., Studi Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl Ir Sutami, P., Kentingan, A., & Tengah, J. (n.d.). KEBAYA KONTEMPORER SEBAGAI PENGIKAT ANTARA TRADISI DAN GAYA HIDUP MASA KINI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun