“Takut tambah dewasa…takut aku kecewa...takut tak seindah yang kukira” begitulah potongan lirik lagu berjudul Takut dari Idgitaf. Lagu yang booming khususnya di kalangan anak muda zaman sekarang mungkin membuat banyak dari mereka sudah tidak asing lagi dengan lagu tersebut di tengah banyaknya lagu lain.
Mungkinkah mereka relate dengan lagu tersebut?
Kata relate menjadi kata yang sering digunakan di zaman sekarang saat kita merasa sesuatu hal cocok dengan kita atau kita juga merasakan bahkan mengalami hal tersebut. Meskipun sebenarnya ada banyak alasan kita bisa mendengarkan sebuah lagu.
Namun, tidak menutup kemungkinan alasan mereka mendengarkan lagu karena mereka merasa lagu tersebut adalah dirinya atau merasa cocok dengan situasi yang sedang mereka alami.
Jika seseorang sedang mengalami rasa takut akan bertambah dewasa, maka hal tersebut bisa dibilang normal disaat mereka tidak tahu bagaimana mereka ke depannya, bagaimana ekspektasi-ekspektasi di masa depan mereka bisa terealisasi, dan masih banyak hal lain lagi di masa depan.
Potongan lirik lagu yang mengisyaratkan ketakutan bertambah dewasa, ketakutan akan kekecewaan di masa depan, dan ketakutan masa depan tak seindah yang dibayangkan cukup bisa menggambarkan sebuah rasa takut akan hal tersebut.
Ditambah lagi dengan adanya fenomena quarter life crisis, saat seseorang berusia 18–30 tahun merasa tidak memiliki arah tujuan hidup, khawatir, dan bingung akan masa depan mereka. Umumnya seputar masalah karir, percintaan, kehidupan sosial, dan perekonomian mereka.
Apalagi di zaman sekarang banyak hal bisa kita lakukan dengan mudah dan cepat. Kehidupan yang seperti ini bisa jadi membuat anak muda zaman sekarang juga menginginkan banyak hal menjadi mudah dan cepat termasuk apa yang ingin mereka capai di masa depan dengan mengesampingkan kenyataan bahwa masing-masing orang memiliki jalan hidup berbeda, cara yang berbeda, usaha yang berbeda, dan waktu keberhasilan yang berbeda.
Bisa jadi kehidupan di zaman sekarang juga secara tidak langsung menuntut semua hal bisa jadi mudah dan instan. Belum lagi kita bisa melihat kehidupan orang lain dengan mudah di media sosial padahal apa yang ditunjukkan di media sosial juga kebanyakan bagian yang bagus-bagus saja.
Hal itu bisa membuat kita berpikir bahwa kehidupan yang bagus pun bisa dengan mudah didapat padahal kita tidak tahu juga perjuangan orang yang membagikan kehidupan mereka di media sosial itu seperti apa. Di zaman sekarang kadang hasil lebih dilihat daripada proses untuk mencapai hasil tersebut.
Belum lagi tuntutan dari kehidupan sosial yang seakan-akan tidak ada habisnya. Sudah lulus kuliah kita dituntut untuk segera memiliki pekerjaan tetap dan bahkan menargetkan rupiah yang tidak sedikit dalam waktu singkat. Tidak segera menikah pun kita seperti mendapat tekanan untuk segera menikah.
Setelah menikah kita tetap seperti mendapat tekanan kapan punya anak dan lebih lagi ketika sudah mempunyai anak pertama akan ditanyakan kapan punya anak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya seakan tidak ada habisnya tuntutan yang diberikan.
Memang memikirkan masa depan tidak ada yang salah dan masih bisa dibilang normal khususnya bagi anak muda zaman sekarang yang beranjak dewasa. Namun disamping kita merasa takut akan masa depan, kita bisa mengurangi ketakutan itu dengan persiapan yang sudah kita lakukan dari awal.
Kita bisa mempersiapkan diri kita dengan skill yang perlu kita miliki, rencana masa depan, dan hal lain yang kita butuhkan di masa depan. Persiapan ini juga termasuk kesiapan kita untuk kegagalan-kegagalan yang akan terjadi karena tidak mungkin sebuah hidup tidak menghadapi masalah atau rintangan di perjalanannya.
Kita usahakan saja yang terbaik untuk masa depan kita agar sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jika kita mengalami kegagalan, maka ingat saja kita sudah berusaha semampu kita. Usahakan juga untuk tidak membandingkan diri kita dengan orang lain secara berlebihan sampai kita jadi merasa rendah diri. Matahari dan bulan sama-sama bisa bersinar di waktu mereka sendiri bisa bersinar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H