Komunikasi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Nah yang menjadi topik pembahasan kita kali ini adalah komunikasi nonverbal yang kita ambil dari sebuah film pendek. Film ini berjudul "Cantik itu Baik" persembahan dari Teladan Cinema x Zoya Cosmetics yang diperankan oleh Siti Wardatul Mutaqiyah dan Muhammad Tegar Iman.
Sebelumnya kita beri ulasan singkat tentang komunikasi nonverbal itu sendiri.
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang hanya menggunakan isyarat, tanpa kata-kata ataupun tulisan. Biasanya digambarkan dengan ekspresi wajah, gerak tubuh atau Gerakan tangan. Fungsi dari komunikasi nonverbal antara lain :
- Repetisi (Pengulangan)
Komunikasi nonverbal sebagai bentuk pengulangan untuk penegasan atas pesan verbal yang digunakan oleh pelaku komunikasi. Misal dengan mengangguk tanda mengerti.
- Aksentuasi
Memperkuat kembali makna pesan verbal dengan isyarat nonverbal. Misal melambatkan suara untuk menekankan kalimat
- Komplemen (Pelengkap)
Untuk melengkapi pesan verbal. Misalnya menggelengkan kepala saat mendengar sesuatu yang mengherankan
- Kontradiksi
Ini terjadi saat pesan verbal dan nonverbal bertentangan. Misal ketika orang sedang berkata bohong ia akan sering mengedipkan mata
- Subtitusi
Digunakan ketika seseorang tidak menggunakan bahasa verbal tetapi dengan menggantinya dengan gerakan tubuh. Misal seseorang hanya dengan menganggukkan kepala Ketika menyetujui sesuatu
- Regulasi
Memberi isyarat dalam mengatur pesan verbal dan sebagai kontrol ketika berkomunikasi. Misal menatap mata lawan bicara saat berkomunikasi sebagai bentuk ungkapan bahwa kita sedang benar-benar mendengarkannya.
Komunikasi nonverbal bisa kita lihat didalam film, sinetron, theater atau pementasan. Nah komunikasi nonverbal yang akan saya ulik disini adalah dari adegan atau scene yang terdapat dalam film "Cantik itu Baik". Komunikasi nonverbal yang umum digambarkan dalam film ini berupa gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Scene tersebut antara lain :
- Scene 00:26
Didalam scene ini tokoh Sarah berusaha menolong orang yang sedang kecopetan, ini menggambarkan Sarah adalah sosok yang pemberani
- Scene 00:53
Tatapan mata Sarah ke Daud, menggambarkan bahwa Sarah begitu terkesima saat melihat Daud didepannya.
- Scene 00:59
Sikap Sarah yang ia tunjukkan saat menolong kucing menunjukkan dia orang yang suka menolong dan memiliki sifat penyayang
- Scene 03:45
Gerakan tangan Sarah saat menyentuh pipi dan isi chattingan-nya dengan Maul menunjukkan bahwa ia sedang tidak percaya diri dengan wajahnya.
- Scene 07:45
Lirikan mata kearah Maul menunjukkan bahwa ia sedang mengawasi pergerakan Maul
- Scene 08:06
Ekspresi yang menggambarkan tidak percaya atas perkataan Maul
- Scene 09:10
Menangis, sebagai bentuk kesedihan yang dirasakan Sarah karena dia melihat akun palsu yang membongkar rahasianya
- Scene 10:16
Ekspresi mengernyitkan dahi sebagai bentuk perasaan bingung dan heran.
- Scene 11:06
Pakaian yang dikenakan oleh Sarah, ia menggunakan jilbab menutupi dada dan memakai baju gamis panjang syar'i. Biasanya seorang wanita yang memakai pakaian syar'i dan tertutup memiliki stereotype wanita yang lemah lembut, sopan, dan baik. Sarahpun demikian, pakaian yang ia pakai menggambarkan sifat yang dimilikinya.
- Scene 12:49
Gerakan mengusap bahu yang dilakukan Ibu dari Daud saat menasehati Daud menggambarkan kasih sayang yang lembut dari Ibu Daud.
- Scene 18:00
Gerakan mata melotot menunjukkan perasaan terkejut dan rasa tidak percaya atas apa yang Maul dengar dari Daud
- Scene 24:56
Daud yang tersenyum menggambarkan perasaan bahagia ketika ia melihat wajah Sarah Ketika membuka cadarnya
- Scene 25:03
Menundukkan kepala dengan senyum tipis menunjukkan bahwa Sarah malu saat menatap Daud.
Nah, itulah komunikasi nonverbal yang dilihat dari bahasa tubuh, ekspresi wajah dan pakaian yang berhasil saya ulik dari film pendek "Cantik itu Baik". Semoga artikel ini bermanfaat untuk teman-teman semua.
Sumber : Lani, Oktri Permata.dkk.(2021). Komunikasi Verbal dan Nonverbal pada Film Kartun Shaun The Sheep: Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 10 No. 2, Hal. 165-166
Oleh Ninda Rizqiya Nur Hanifah (Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka)
