Mohon tunggu...
Ninda Ratri Pratama Ningrum
Ninda Ratri Pratama Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa PIAUD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komitmen Pra-Nikah Bukanlah Hal Tabu

25 September 2018   18:34 Diperbarui: 25 September 2018   20:50 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikah adalah mempersatukan antara laki-laki dan perempuan dalam satu ikatan menjadi sebuah keluarga. Ketika seseorang telah mencapai usia yang matang dan dewasa, maka mereka akan melangsungkan pernikahan. 

Apalagi jika telah didukung dengan faktor pekerjaan yang tetap sehingga mendapatkan penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarganya nanti setiap bulannya, dan adanya lampu hijau dari kedua orang tua pasangan. Lalu apakah yang masih ditunggu jika sudah seperti ini?

Namun, mengubah keputusan dari single menjadi suami istri bagi kebanyakan orang tidaklah mudah. Menikah tidak hanya cukup mengucap akad di depan penghulu, tapi pada  kenyataanya di Indonesia banyak prosesi yang harus dilakukan di dalam  pernikahan. 

Dalam prosesi itu para pasangan harus mempersiapkan banyak  hal seperti undangan, catering, baju pengantin, gedung, souvenir dan  lain sebagainya, apalagi jika dari kedua orang tua menginginkan anak-anaknya menggunakan adat dari asal mereka tinggal. Pastinya hal ini menjadikan kedua pasangan merasa kebingungan dalam menentukan mana yang harus dipakai agar tidak mengecewakan satu sama lain.  

Kebanyakan pasangan terutama perempuan pasti mengidamkan konsep resepsi  pernikahan yang bagus dan mewah sesuai dengan apa yang di impikan selama  ini. Karena mereka menganggap bahwa pernikahan yang dilakukan hanyalah  satu kali dalam hidupnya atau bisa saja karena mereka adalah anak  terakhir dari keluarga tersebut. 

Seharusnya sebelum menikah kedua pasangan sudah  berfikir seperti apa kehidupan rumah tangganya nanti setelah menikah, bagaimana jika  ada masalah dalam rumah tangganya, bagaimana cara menyelesaikan konflik dengan pasangan ataupun mertua, dan bagaimana cara mengurus anak nanti dan sebagainya. 

Maka dari itu dibutuhkan komitmen pra nikah atau sebelum menikah agar memiliki pandangan untuk kehidupan setelah menikah. Komitmen pranikah ini tidak selalu mengenai harta gono gini, namun ada hal yang lebih diperlukan dalam membina rumah tangga seperti mengetahui terlebih dahulu karakter dari masing-masing pasangan, mengetahui solusi  yang dilakukan jika terjadi perselisihan. 

Komitmen pra nikah ini biasanya dianggap sebagian masyarakat adalah hal yang  tabu karena sebelum menikah saja sudah membuat beberapa janji, lalu bagamana jika sudah menikah pasti akan banyak tuntutan, begitulah beberapa persepsi orang. 

Sebenarnya pemikiran itu tidaklah sepenuhnya benar, karena dengan adanya komitmen pranikah  akan mendapatkan sesuatu yang baik karena dengan adanya komitmen di pra pernikahan mereka akan menjaganya dan tidak melakukan hal yang tida sesuai dengan keinginan dari pasangan.  Komitmen ini berisi beberapa hal berikut ini :

1. Adanya Resepsi pernikahan/tidak 

Resepsi pernikahan memang dianggap hal yang sakral bagi beberapa orang, terutama wanita. karena mereka ingin terlihat perfect di depan para tamu undangan di hari yang berbahagia ini. 

Namun, siapa sangka jika resepsi pernikahan ini justru tidak di inginkan bagi kebanyakan orang, karena mereka tidak ingin ribet mengurus resepsi. Hal ini harus dibicarakan terlebih dahulu oleh kedua pasangan dan kedua orang tua. Jika komitmen ini tidak terlaksanan dikemudian hari, maka harus ada kesepakatan antara kedua keluarga pasangan, resiko apa yang akan didapatkan. 

2. Komitmen perceraian 

Mungkin kebanyakan orang akan bertanya, menikah saja belum sudah memikirkan perceraian, dan secara tidak langsung hal ini dianggap tabu bai beberapa masyarakat. 

Namun, komitmen ini juga dianggap penting dan harus ada dibuat oleh setiap pasangan. Sebelum menikah, para pasangan harus membuat komitmen mengenai perceraian. yang dimaksud perceraian disini bukanlah mengenai pertengkaran ataupun masalah ekonomi, melainkan perceraian disini diakibatkan karena salah satu dari pasanga kedapatan telah berselingkuh. 

Hal ini dilakukan agar dikemudian hari mereka harus berkomitmen bahwa setelah menikah tidak boleh ada perselingkuhan yang mengakibatkan  permaslaahan dalam rumah tangga dan dampak yang tidak baik bagi anak-anaknya. 

3. Refreshing berdua 

Buat jadwal bersama pasangan, minimal 1 minggu sekali untuk membicarakan kejangalan-kejangalan yang terdapat di masing-masing pasangan , seperti istri tidak suka suami selalu memarahi anak dan sebagainya. Lakukan hal ini dengan pergi bersama pasangan untuk sekedar ngopi bersama, pergi ke cafe bersama atau tempat-tempat lain untuk sharing-sharing masalah yang terjadi dalam hubungannya dan masalah yang terjadi pada ankanya. Cara ini juga cukup baik untuk dilakukan karena secara tidak langsung cara ini juga akan menjadikan hubungan menjadi harmonis, karena biasanya para pasangan yang sudah memiliki anak akan jarang untuk keluar berdua. 

4. Buat konsekuensi jika melanggar komitmen

Yang terakhir adalah tentang konsekuensi, konsekuensi ini diperlukan jika salah satu dari pasangan melanggar komitmen. Kedua pasangan harus membuat konsekuensi apa jika mereka melanggar komitmennya sendiri. 

Semoga bermanfaat!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun