Mohon tunggu...
Aninda WB
Aninda WB Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Resensi] Novel Pulang Karya Tere Liye

20 Desember 2015   08:29 Diperbarui: 4 April 2017   17:47 48692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persis malam itu, pada puncak perburuan. Dada bujang telah dibelah, rasa takut telah dikeluarkan dari sana. Malam itu juga Bujang menyadari, warisan leluhurnya yang menakjubkan, bahwa dia tidak mengenal lagi definisi rasa takut.

Esoknya Tauke Muda meminta izin membawa Bujang ke kota, sekali lagi dengan berat hati sang mamak harus merelakan kepergian Bujang ke kota, ikut dengan rombongan Tauke Muda. Mamaknya sekali lagi berpesan, Bujang harus menjaga perutnya dari daging babi dan tuak juga segala macam makanan-minuman haram. Setelah mendapat izin dari bapak dan mamaknya, berangkatlah Bujang ke kota bersama rombongan Tauke Muda.

Sampai di kota Bujang dilayani dengan sangat terhormat. Dia diangkat sebagai anak angkat Tauke Muda yang ternyata telah menjadi Tauke Besar, hanya saja bapaknya masih memanggilnya dengan sebutan Tauke Muda.

Kemudian ada Basyir, orang pertama yang ditemui Bujang saat berada di kota sekaligus teman pertama Bujang. Remaja berusia enam belas tahun, memiliki tubuh tinggi besar, kulit gelap, perawakan khas Arab dan tinggal di rumah Tauke Besar sejak kecil. Basyir sangat senang berbicara, dia paling senang menceritakan sejarah leluhurnya tentang suku Bedouin.

Di kota, Tauke Besar berusaha membuat Bujang dapat menyusul ketertinggalan di sekolah sebab di kampungnya dia tidak pernah mencicipi bangku sekolah. Bersama Frans, seorang mantan diplomat yang kini telah menjadi guru di sekolah internasional ibu kota, Bujang memulai sekolahnya. Mulai dari belajar pelajaran pengetahuan umum, logika, matematika dan potensi akademik lainnya.

Awalnya Bujang bersabar menunggu jatahnya untuk menjadi tukang pukul, mungkin belajar bersama Frans adalah salah satu proses sebelum menjadi tukang pukul, namun lambat laun Bujang merasa heran dan bosan, Bujang ingin seperti Basyir yang dapat ikut para tukang pukul kesana kemari menghabisi beberapa orang yang merewelkan di luar sana. Namun Tauke Besar tidak mengizinkan. Sayangnya bukan Bujang jika dia tidak menentang, persis seperti Samad bapaknya Bujang terus menuntut tidak ingin sekolah dengan Frans. Akhirnya Tauke Besar mengalah, dengan satu perjanjian kecil Bujang akhirnya diizinkan. Melakukan suatu ritual yang biasa di lakukan para tukang pukul. Setelah melakukan ritual ternyata Bujang kalah, sesuai perjanjian jika Bujang kalah dia akan sekolah dengan Frans. Dengan berat hati Bujang pun mengikuti sekolah dengan Frans.

Kopong, salah satu petinggi tukang pukul, meminta izin Tauke Besar untuk melatih Bujang, Tauke pun mengizinkan agar Bujang semakin bersemangat belajar akademiknya. Dengan dua guru kiriman kopong, satu bernama Guru Bushi dan satunya Solanga. Bujang mulai melatih keahliannya.

Dua puluh tahun kemudian, Bujang telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah, menjadi jagal dunia hitam, seorang jagal nomor satu. Jenius, kuat, dan tidak mengenal rasa takut. Bujang berhasil menyusul ketertinggalannya dan menyelesaikan sekolah terakhirnya di luar negeri sebagai salah satu lulusan terbaik. Bujang tumbuh menjadi pemuda yang hebat, cerdik dan penuh ide-ide cemerlang. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu Negara ke Negara lainnya. bertemu orang-orang petinggi sampai calon presiden. Bujang telah hebat, dia diberi julukan si babi hutan. Menjadi bagian dari Keluarga Tong, salah satu keluarga penguasa shadow economy.

Setelah Keluarga Tong telah berkembang pesat, bau pengkhianat mulai tercium. Di sanalah rasa takut Bujang mulai tergoyah. Bujang merasa lalai pada dirinya sendiri. Bahwa pengkhianat itu ternyata berada di sekitar Bujang, menjadi bagian dari keluarga besarnya.

Siapakah sosok pengkhianat tersebut?

Dimanakah letak ‘pulang’ dalam cerita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun