Saya mahfum, bagi kita yang sudah pekak akan hiruk pikuk kehidupan urban dan memendam celengan rindu yang berat pada keluarga di rumah, momentum mudik saat Lebaran jelas amat ditunggu. Tapi, ibarat meditasi untuk mengisi ulang energi, mudik Lebaran seharusnya membuat kita feeling good, feeling blessed dan never stressed toh? Bukannya malah makin pening dihantui momok pertanyaan-pertanyaan tidak sopan tadi.
Lebaran mungkin akan terasa berbeda tanpa kemeriahan perayaan khas kampung halaman, tapi anggap saja ini kesempatan bagi kita untuk merasakan intimate celebration yang sebenar-benarnya dengan Sang Pencipta. Hanya antara kita dan Dia. Mari kita nikmati dan syukuri, yang penting masih dikasih rezeki sehat dan umur panjang ketemu Lebaran.Â
Udah itu aja. Malahan bonus Lebaran yang sangaaat damai dan bebas iritasi telinga. Bonus plus lagi bagi saya: sekaligus juga menambah tabungan pahala, karena tahun ini absen menyemproti dan menghardik kerabat dan tetangga kepo yang nanya-nanya mulu kapan punya anak. Oopss.
Jadi, yuk semangat yuk bagi yang masih sedih karena gagal mudik. Beneran deh, saya meyakini meskipun nanti nuansa Lebaran akan sedikit hampa tanpa keluarga besar di kampung halaman, tapi setidaknya hati dan pikiran kita adem ayem tentrem tanpa kepikiran ditanya macem-macem sama orang-orang kepo saat acara halal bihalal. Semoga saja dengan adanya pandemi dan larangan mudik ini, orang-orang kepo itu jadi merasa kehilangan karena gak ada objek untuk dikepoin dan digosipin, lalu mereka merenung dan dapat hidayah untuk introspeksi diri. Syukur-syukur tobat nanya-nanya yang gak sopan lagi. Aamiin kenceng!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H