Sebulan, dua bulan, lalu tiga bulan berlalu. Dunia maya itu mengabarkan bahwa doa itu sebuah keajaiban. Aku lolos tes di kementerian luar negeri.
 "Congratulations, Haneen." Peluk Mama dan Papa. Betapa bahagianya aku, tak menyangka petualangan itu sudah sejauh ini. Sedikit lagi ya, sedikit lagi. Hingga akhirnya aku menjadi seorang diplomat, sebagai sekretaris ketiga. Ini adalah suatu hal yang patut disyukuri. Meski belum mencapai duta besar, tapi tak mengapa. Toh aku sudah mendapatkan apa yang ku impikan selama ini. Jalan panjang di hadapanku masih terus membentang..
 Oke, petualanganku kali ini selesai. Adventure awaits telah berakhir. Aku sudah mencapai impian diplomatku. Menjadi seorang wanita yang begitu tangguh dalam berbagai hal, dan pastinya tak bergantung kepada siapapun selama aku mampu untuk mengerjakannya sendiri.
Thanks a billion, Naira.
Darimu aku belajar bahwa orang yang meraih kesuksesan tidak selalu orang yang pintar. Tapi orang yang meraih kesuksesan adalah ia yang gigih dan pantang menyerah. The journey of a thousand miles begins with one step.
Lalu, bagaimana kabar Naira sekarang?
Ia pernah bilang 'we are born to wander'. Gadis penakluk mimpi itu memang begitu mengesankan. Ia memang gadis penjual donat keliling, tapi kejeniusannya membuahkan hasil yang begitu menakjubkan. Siapa sangka, ia sekarang sudah menjadi seorang jurnalis profesional yang namanya telah melanglang buana hingga ke manca negara.
Ketekunannya dalam menulis untuk mewujudkan mimpinya, dan keaktifannya yang sangat luar biasa itu menarik salah satu pembeli donat langganannya untuk menyekolahkannya hingga jenjang perkuliahan. Naira lulusan dari salah satu universitas ternama di kota yang terkenal dengan sebutan kota Atlas, Semarang. Universitas Diponegoro menjadi saksi bisu perjalanannya di Program studi Ilmu Komunikasi yang masih menjadi bagian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Kamu hebat, Naira. Believe you can and you're halfway there.Â
Selalu ada bintang yang menemani sang malam, walau terkadang awan harus menutupinya. Selalu ada cahaya yang menerangi kegelapan, walau terkadang angin berhembus menundukkannya. Akhir selalu tak sejalan seperti awal bermula. Selalu ada alur yang membelokkan waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H