Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Percakapan Dua Hati

3 Januari 2025   12:10 Diperbarui: 3 Januari 2025   14:01 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumen pribadi

Ketika kata tak lagi terdengar dan bibir tak lagi bersuara
seorang anak bertanya kepada Sang Bunda penuh asa
Meski luka melarung atma

Ibu, mengapa dunia begitu senyap?
Tak ada dendang, tak ada irama  hidup yang berderap
Kicau burung hanya tampak bergetar
mengalun  di telinga yang hampa

Ibu, apakah Sang Maha Kasih terlalu mencintaiku?
Aku terlahir dengan perbedaan
Aku ingin mendengar merdunya lirik-lirik kerinduan-Nya
Tapi suara itu jauh, entah di mana

Ibu, aku bertanya apakah  Tuhan berencana
Memberikan kisah indah kelak pada waktunya
Atau aku hanya serpih tak berharga di semesta?

Ibu, apa yang harus kulakukan di dunia tanpa bunyi?
Dimana gema suara hanya menjadi sunyi?
Bagaimana aku mengejar angan dan mimpi
Jika langkahku tersekat dalam ruang sepi?

Ibu aku tahu matamu bercerita
tentang cinta
lewat genggaman tanganmu yang erat, tak pernah sirna.
Kau ajarkan aku membaca suara lewat bibir dan isyarat,
Kau tanamkan kekuatan di tengah  keterpuruka

Mungkin inikah jalan Tuhan untukku?
aku mendengar lewat kalbu
merasakan dunia lewat gemetar jiwa
menjadikan sunyi ini harmoni dalam hati

Ibu, apakah aku harus belajar memeluk sepi
membuat kehadirannya  menjadi nyanyian dalam diri
Bukan untuk meratapi yang tak kumiliki
Namun, untuk mensyukuri yang ada di dalam diri

Baca juga: Ketika Ambu Tiada

Ibu, lihatlah aku berdiri,
Meski sunyi, aku tak akan lari.
Karena cinta dan doa yang kau sematkan,
Adalah suara yang paling abadi dalam kehidupan.

Sang Bunda menjawab penuh keharuan
Dia paparkan tentang cinta
dan kasih sayang Sang Maha Pencipta

Anakku, dengarkanlah melalui hatimu yang suci
Meski dunia sunyi, semesta masih bernyanyi
Lihatlah burung yang terbang tinggi di argantara 
Ia melukis nada dalam sayapnya yang memeluk surga.

Telingamu mungkin diam, tapi atmamu berbicara
Ia mampu merasakan detak kehidupan yang erat.
Setiap detik adalah irama yang Tuhan beri
Untuk kau ubah menjadi prestasi, bukan sekadar mimpi

Bukanlah suara yang menentukan arti
Tindakan dan cinta yang sejati penuh arti
Kau raih cahaya di tengah gelap
Seperti bintang yang setia bersinar di malam pekat

Kesunyian adalah  keajaiban Tuhan
yang mengajarkanmu bahasa yang tak terucapkan.
Lewat matamu yang jernih, kau membaca dunia
menemukan arti cinta yang paling nyata.

Anakku, jadilah pohon yang akarnya kuat
Yang meski badai menghantam, tetap tegak tak berat
Tuhan tak memberimu suara, tapi memberimu hati
Yang lebih dalam dan luas dari samudera yang tak terperi

Biarlah sunyi menjadi temanmu yang setia
Ia akan membimbing mu menulis kisah
 kau ciptakan keindahan dari keheningan.

Ingatlah, anakku, burung pipit pun tak dilupakan-Nya
Begitu pula dirimu, selalu dalam rahmat dan cinta
Tuhan punya rencana yang belum kau mengerti
Namun kelak kau akan melihat betapa indahnya takdir ini

Tataplah langit, dan peluk bumi,
Kau adalah bagian dari simfoni ini
Jadilah pelukis dengan warna yang tak biasa,
Menciptakan mahakarya dari sunyi yang membekas rasa.

Berdirilah, anakku, dengan hati yang besar
Biarkan dunia melihat bahwa kau bukan sekadar
Kau adalah bukti cinta Tuhan yang paling luhur,
Dalam kesunyianmu, ada kekuatan terkubur

Dan jika kau ragu, genggam tangan ini
Tangan yang akan memberimu kekuatan
Cinta kasih sejati tanpa henti
 dalam sunyimu, ada semesta yang berpadu.

Bandung, 3 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun