Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Doa dari Rahim Semesta

21 November 2024   22:51 Diperbarui: 22 November 2024   02:02 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah rembulan kelam
Ibu terjaga, dalam diam yang pekat
Hatinya bergoyang, seperti daun dihembus angin
Gundah yang membalut rasa
melekat erat dalam atma

Sang permata hati, bintang kecil yang bersinar
Mengisi harinya dengan tawa dan harapan
Saat malam membawa bisik tanya  yang samar
Akankah dunia ini cukup untuk mereka bertahan?

Ibu masih memeluk harap di dada
Mendoakan anak-anaknya temui jalan yang terang
Meski dunia terkadang mengaburkan arah
Setiap doa adalah pelita di setiap langkah mereka

Ibu melihat jauh, ke ujung cakrawala
Di sana, masa depan seolah samar tertutup kabut duka
Apakah pelukan dan doa cukup kuat melindungi?
Dari badai dunia yang tak henti mendera dan menguji?

Kegelisahan tak pernah merenggut asa
Disusunnya doa dengan penuh pasrah
Ya Tuhan, pemilik waktu dan semesta
Jagalah anak-anakku dalam pelukan cinta-Mu yang nyata

Berikan  hati  dengan kearifan-Mu
Agar tetap lembut meski dunia keras menghantamnya.
Berikan mereka kekuatan di setiap langkah
Agar berani menghadapi hidup tanpa menyerah

Tanamkan iman di lubuk jiwa mereka
Agar  melangkah di jalan-Mu
 selalu setia mereka berjalan
Lindungi mereka dari kelamnya tipu daya
Dan hadirkan cahaya dalam gelapnya masa

Masa depan gemilang menjelang
Sang permata hati tumbuh dengan gagah
Bukan karena dunia memberi segalanya
 jiwa mereka kuat, tak gentar apa pun yang ada

ada harap mereka temukan kedamaian
Dalam langkah mereka, ada hikmah dan pelajaran
Hingga mereka tahu, cinta ibu tak pernah surut
Mengalir abadi, menyusuri waktu tanpa batas, tanpa putus.

Di ujung sujudnya, ibu berdoa lirih
Ya Allah, semoga anak-anakku tumbuh bagai bunga
Setiap kelopak mereka menyerap sinar-Mu
Menjadi harum di dunia, dan wangi di akhirat nanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun