Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Sepotong Hati Yang Terluka

20 Oktober 2024   11:17 Diperbarui: 20 Oktober 2024   11:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu lain terbuka; namun sering kali kita terlalu lama menatap pintu yang tertutup itu hingga tidak melihat pintu lain yang telah terbuka untuk kita.~Hellen Keller

Sepotong Hati yang Terluka

Di sudut sunyi, ia termenung
Dalam hampa rasa, sepi
Dia dianggap tiada meski ia ada
Semuanya pergi, menjauh

Mereka bilang, dia berbeda
seakan dirinya kabut yang samar
padahal dia adalah gemintang terang di langit malam yang kelam.

Mengapa dunia buta?
Mengapa mereka hanya melihat raga bukan jiwa
tak menghiraukan hati yang merana
meminta diterima, diakui, dicinta?

Gundahnya seperti ombak
bergetar
Menembus dermaga hati
terjebak dalam lautan kehidupan yang sunyi

Hatinya terluka, meski tak hancur
Ada kasih yang mengobati lara
ia telah menemukan  cinta sejati
Cinta Ilahi, yang tak pernah terhenti

Dalam doa yang ia bisikkan
Ia temukan kekuatan
Tak peduli mata-mata yang berpaling
Ia tahu, Tuhan selalu di samping.

Takdirnya mungkin berat
Namun di hadapan-Nya, ia adalah mutiara
Bukan fisik yang menjadi pandangan
Melainkan jiwa yang penuh keimanan

"Ya Allah, kuasa-Mu tak pernah terbatas,
Engkau yang menjaga hati hamba yang tengah terhempas,"
Kini ia tak lagi merasa sendirian
Karena cinta-Nya selalu ada dalam pelukan.

Sepotong hati yang terluka
Kini tumbuh kuat dalam cinta yang nyata
Ia melangkah, walau dunia tak menghiraukan hadirnya
Tuhan selalu ada, dalam setiap tapak dan jejak

Di balik senyum yang dia tawarkan
ada luka yang tak pernah  terucapkan
Dunia tak punya lagi cinta
Namun, dia punya Sang Maha Pencinta

Meski dia terluka, hatinya bertahan
seperti bunga liar yang tumbuh di tepi jurang
Dia tetap mekar di tengah badai
menyimpan harapan dalam setiap tetes hujan.

Dunia boleh menolaknya, sayang,
namun Tuhan selalu memeluknya erat,
tak peduli rupa atau suara,
karena kau adalah karya-Nya, sempurna dalam cinta.

Sepotong hati yang dulu terluka,
Kini tumbuh kuat dalam cinta yang nyata,
Ia melangkah, walau dunia tak menatap,
Tuhan selalu ada, dalam setiap desah

Cibadak, 20 Oktober 2024

Selalu ada cinta untuk kalian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun