Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen "Di Balik Tirai Waktu"

18 Agustus 2024   11:32 Diperbarui: 18 Agustus 2024   20:17 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku membuka mata dan mendapati diri di tempat yang asing, tetapi terasa begitu akrab. Sementara kamu terkapar di sisiku dengan tatapan mata yang nanar.

"Kita terdampar di mana?" tanyamu waktu itu.

"Entah ... tetapi rasanya aku pernah berada di tempat ini," ujarku sambil mengitari seluruh tempat.

Tempat ini tampak seperti desa kita, namun ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat bulu kudukku berdiri. Penduduk desa yang biasa berpakaian  jarik, kebaya,surjan,pangsi tidak terlihat. Mereka berbicara dalam bahasa yang terdengar asing. Mereka memandang kita dengan tatapan curiga, seakan-akan kita adalah makhluk dari dunia lain.

"Siapa kalian, anak muda?" tanya seorang perempuan dengan membawa senjata laras panjang dan berseragam layaknya seorang prajurit Belanda.

Dia mendekat ke arah kita. Matanya menyipit saat memandang tajam ke arah kita.

"Aku Aryo, dan ini temanku, Bagas," jawabku, "Kita dari desa sebelah gunung. Bagaimana kita bisa sampai di sini?"

Ia menggeleng, "Kalian telah melanggar batas antara dua dunia. Dunia ini terjebak dalam lingkaran waktu yang tak pernah berubah. Hanya satu cara untuk kembali." Matanya menatap jauh, seakan melihat sesuatu yang tak bisa dijangkau oleh pandangan biasa. "Kalian harus menemukan tirai waktu di puncak gunung."

Kita memulai perjalanan, dengan semangat yang sama seperti saat melawan penjajah. Namun, perjalanan ini jauh lebih sulit dari yang kita bayangkan. Setiap langkah terasa berat, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang mencoba menahan kita. Rasa putus asa mulai merayap di hati, tetapi kita tak bisa menyerah. Kita harus kembali, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk desa dan orang-orang yang kita cintai.

Di tengah perjalanan, kita bertemu dengan seorang pria misterius bernama Ki Ageng. Tatapannya tajam, sedang mengawasi setiap gerakan kita dengan seksama. Dia berbicara dengan suara rendah dan berat, seolah-olah setiap kata yang keluar dari mulutnya membawa beban rahasia yang dalam.

"Kalian mencari tirai waktu?" tanyanya dengan nada yang hampir mencemooh. "Tidak sembarang orang bisa menemukannya. Hanya mereka yang benar-benar memahami jati diri dan tujuan mereka yang dapat mencapainya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun