Bram mengangguk, sambil mengamati sekeliling loteng, berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tak diinginkan muncul. Bayangan-bayangan di dinding tampak bergerak-gerak seolah mengikuti setiap langkah mereka.
Ketika Meylana membuka kotak itu, mereka melihat kain bertuliskan huruf Cina, persis seperti yang mereka cari. Kain yang sama dengan yang mereka temukan saat pertama kali datang. Namun, sebelum mereka sempat menyentuhnya, suhu di ruangan tiba-tiba turun drastis. Dari nafas mereka keluar kabut putih yang tipis. Udara di sekitar mereka berubah menjadi berat dan menyesakkan.
Sebuah suara gemerisik terdengar dari sudut gelap loteng. Meylana menoleh dengan mata terbelalak, jantung mereka berdegup kencang. Tangannya menggapai ke arah Bram, tetapi tubuh Bram tak bisa dijangkau.
Dari kegelapan, muncul seorang wanita berpakaian putih. Bajunya compang-camping, berlumuran darah. Wajahnya buruk rupa, kulitnya pucat seperti mayat, dan darah mengalir dari mata serta mulutnya yang menyeringai menakutkan. Wanita itu mendekat dengan langkah-langkah pelan namun pasti, meninggalkan jejak darah di lantai kayu yang berderit di bawah kakinya.
"Jangan takut," katanya dalam suara yang mengerikan, seperti bisikan dari dunia lain. "Aku di sini untuk membimbing kalian."
Meylana mundur selangkah, matanya terbelalak dengan horor. Mey mencoba tetap tenang meskipun keringat dingin mengalir di pelipisnya. "Siapa kau?" tanya Mey, suaranya gemetar.
"Aku adalah penjaga rahasia kain ini," jawab wanita itu dengan senyum menyeramkan seraya memperlihatkan giginya yang rusak. "Kain ini bukan sembarang kain. Ia menyimpan kekuatan yang luar biasa dan rahasia besar yang bisa mengubah takdir. Namun, hanya yang tulus hatinya yang bisa memahami pesan di dalamnya."
Meylana menelan ludah, mencoba mengatasi rasa takutnya. "Apa yang harus kami lakukan?" tanyanya dengan suara lirih.
Wanita itu mendekat, menatap kain itu dengan tatapan penuh arti, darah menetes dari dagunya ke lantai. "Bawa kain ini ke tempat asalnya. Hanya di sana pesan sejati akan terungkap. Ingat, jalan kalian tidak akan mudah. Banyak rintangan dan bahaya yang harus kalian hadapi."
"Tunggu!" Meylana berteriak keras sehingga terdengar gema suaranya. Tubuhnya lemas.
"Hai ... Mey! Ada apa? Apa yang kamu lihat?" tanya Bram seraya menggoyang bahu Meylana.