"Ah ... sudahlah, jangan berpikir macam-macam. Kita bersiap-siap saja. Koh Ahong sebentar lagi menyuruh kita sarapan kemudian kita akan mulai latihan awal buat kejuaraan besok," ajak Mey Lan sambil bangkit menuju kamar mandi.
Saat Mey Lan membuka kran wastafel, bukan air yang mengalir melainkan cairan merah seperti darah, amis.
"Annchi!" teriak Mey Lan keras. Dia membuka pintu kamar mandi dan berlari keluar.
"Ada apa, Ci?" tanya Annchi saat melihat Mey Lan panik dengan wajah pucat.
"Banyak darah di wastafel," seru Mey Lan seraya menunjuk ke arah kamar mandi. Annchi memberanikan diri untuk masuk.
"Tidak ada darah di wastafel," teriak Annchi dari dalam. Mey Lan pelan-pelan masuk dan melihat kran yang dibuka Annchi, hanya terlihat air," Tuh kan, banyak kejadian aneh di sini pasti gara-gara nomor kamar ini."
Mey Lan hanya bergeming. Dia mulai mencerna makna mimpi yang dialami selama dua malam ini. Apakah Mey Lan harus mempercayai mitos leluhurnya itu? Hari itu Mey Lan berlatih dengan perasaan yang tak nyaman. Dia merasa ada sesuatu yang aneh dari kamar itu dan dia harus mencari tahu apa sebenarnya yang dialaminya.
***
    Yu Jie melihat mamanya terbaring di sebuah kamar rawat inap Rumah Sakit Medistra. Di sampingya seorang Alan, adiknya sedang menyuapi mama.
"Ma...Yu Jie belum ditemukan. Polisi masih mencarinya. Mama harus kuat, ikhlas dan sabar ya." Alan menghibur sambil pelan-pelan memasukan sendok berisi bubur.
"Ma, aku di sini di dekatmu," ujar Yu Ji sambil memeluk mamanya. Namun, Yu Ji hanya memeluk ruang hampa yang ada di depannya,"Apa yang terjadi denganku?"