Puisi 1
Asa yang Terbentang
Nina Sulistiati
Ya Rabb, aku munajatkan doa-doa di setiap sujudku
merangkai asa dan cita
tentang kisah masa depan gemilang
terukir di sepanjang hidupnya
Kuluruskan langkah dan niatnya
saat titian berpijak sudah tak berarah
Kukuatkan hati dan imannya
saat atma mulai rapuh luruh
Bukan ... bukan ... kujadikan dia sepertiku
Kutahu Allah Sang Maha Pemberi Hidup
telah menuliskan skenario untuknya
kisah perjalanan yang penuh suka cita
Bukan ... bukan ... kubentuk dia menjadi Sang perkasa
Kutahu dia adalah dia bukan aku atau orang lain
Kuyakin Sang Maha Pemberi hidup
menyiapkannya dalam balutan kasih sayang-Nya
Cintaku tercipta tanpa karena
Kasihku hadir tanpa pamrih
Kau tahu setiap celotehku adalah doa
Bagiku dirimu adalah segala
Cibadak, 25 Februari 2024
Puisi 2
Jadilah Kuat Anakku
Nina Sulistiati
Kisahmu tak sama dengan yang lain
Sang Maha Pengasih menuliskan aneka alur
Memberikan kekuatan atma dalam setiap Langkah
menuju asa dan cita-cita penuh bahagia
Jangan pernah kau tundukkan kepalamu
tegakkan wajahmu tanpa jumawa
raih masa depan dalam genggaman
Sang Maha Kuasa membaluri dengan cinta
Saat terjatuh, bangkitlah penuh gelora
baluri doa saat hati berbalut lara
Tebarkan syukur jangan lupa tafakur
di setiap bahagia dan suka cita
Kerikil tajam yang terpijak
menjadikanmu kuat dan hebat
Rasa gundah gulana melanda
membuatmu pantang putus asa
Biarkan duniamu berbeda
Yakin Allah memberikan iradah terindah
dalam rangkaian kisah-kisah indah
yang terbentang di sepanjang hidupmu
Cibadak, 25 Februari 2024
Puisi 3
Anakmu Bukanlah Milikmu
Kahlil Gibran
Anak adalah kehidupan,
Mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal darimu.
Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
Curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan Pikiranmu
karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri
Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya,
Karena jiwanya milik masa mendatang
Yang tak bisa kau datangi
Bahkan dalam mimpi sekalipun
Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
Menuntut mereka jadi seperti sepertimu.
Sebab kehidupan itu menuju ke depan, dan
Tidak tenggelam di masa lampau.
Kaulah busur,
Dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menantangmu dengan kekuasaan-Nya,
hingga anak panah itu meleset,
jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita
Dalam rentangan Sang Pemanah,sebab Dia
Mengasihi anak- anak panah yang meleset laksana kilat,
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap
(Puisi karya Khalil Gibran yang sangat menyentuh dan menjadi pembelajaran buat para orang tua tentang tugas sebagai orang tua adalah alat untuk mengantarkan anak-anaknya mencapai kesuksesan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H