Lagu Indonesia menggema di jumantara Nusantara pada tanggal 17 Agustus 2023 mengiringi berkibarnya Sang Saka Merah Putih di seluruh pelosok negeri. Peringatan HUT ke-78 RI dengan seremonial pengibaran bendera merah putih menjadi suatu kegiatan rutin setiap tahun. Kegiatan itu disemarakkan dan dilengkapi dengan berbagai lomba sebagai wujud euforia bangsa Indonesia yang sudah terbebas dari belenggu penjajahan bangsa Belanda dan Jepang tujuh puluh delapan tahun yang lalu.
Apakah hanya sebatas itu makna seremonial upacara pengibaran bendera sebagai peringatan hari kemerdekaan negara Indonesia?
Upacara peringatan hari kemerdekaan menjadi sebuah momen penting bagi bangsa Indonesia untuk melakukan intropeksi diri dan mendalami kembali makna kemerdekaan itu sebenarnya. Sebuah pertanyaan terselip dalam sanubari: "Apakah nilai- nilai nasionalisme dan semangat perjuangan para pahlawan bangsa yang gugur merebut kemerdekaan itu sudah tertanam dalam sanubari seluruh bangsa Indonesia?"
Makna nasionalisme menurut KBBI adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Setiap warga negara hendaknya memiliki sikap nasionalisme yang tinggi. Kesadaran nasionalisme ini mampu memberikan semangat untuk bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa.
Apakah upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka peringatan HUT ke 78 RI ini mampu menumbuhkan semangat nasionalisme itu atau hanya sekedar kegiatan formalitas semata?
Setiap kali mengikuti upacara bendera khususnya saat peringatan hari Proklamasi Indonesia ini selalu memberikan kesan mendalam. Saat pengibaran bendera dan bergemanya lagu Indonesia Raya mampu menggetarkan hati saya. Entah tanpa mampu dibendung air mata ini menetes di kedua pelupuk.
Terbayang perjuangan dari para pahlawan Indonesia yang berjuang untuk memerdekakan bangsa ini. Kisah- kisah perjuangan Pangeran Diponegoro, kisah perjuangan Teuku Umar, kisah- kisah perjuangan Jendral Sudirman saat menolak untuk tetap tinggal di Yogyakarta demi memimpin perjuangan gerilya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan banyak sekali kisah- kisah pahlawan Indonesia yang berjuang untuk memerdekakan bangsa Indonesia. Kisah- kisah perjuangan yang pernah saya baca itu serta merta terlintas dan tanpa disadari membuat saya menangis.
Sejarah perjuangan para pahlawan Indonesia ini tak bisa terlepas dari fakta kemerdekaan Indonesia yang diperoleh dari usaha sendiri. Saya masih ingat saat SD dulu saya membaca buku kisah perjuangan para TNI yang tergabung dalam Kodam III Siliwangi. Buku ini milik ayah yang bertugas sebagai TNI Angkatan Darat di kota Cirebon. Dari buku tersebut saya memahami bahwa perjuangan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia itu tidak hanya mendapat rongrongan dari tentara- tentara asing yang menjajah Indonesia saja, tetapi juga rongrongan dari bangsa sendiri yang tergabung dalam gerombolan pengacau keamanan.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Indonesia tidak hanya dihadapkan dengan masalah datangnya kembali tentara sekutu yang diboncengi oleh NICA serta gangguan dalam negeri yang muncul di berbagai daerah di Indonesia. Rata- rata kelompok- kelompok separatis itu bertujuan untuk melepaskan diri dari kesatuan Negara Republik Indonesia. Contoh kelompok- kelompok separatis itu antara lain: Republik Maluku Selatan (RMS yang dipimpin oleh Dr. Soumokil, DI TII di Jawa Barat, Gerakan Aceh Merdeka dan Organisasi Papua Merdeka.
Dapat dibayangkan oleh kita yang tidak menjadi pelaku sejarah, betapa berat perjuangan seluruh rakyat dan seluruh pejuang pada masa itu untuk meraih kemerdekaan. Lalu apa yang dapat dilakukan setelah bangsa ini merdeka?
Saya sangat terluka saat beberapa siswa saya bercanda saat ada pengibaran bendera pada saat upacara. Mereka kurang menghargai betapa untuk mengibarkan bendera itu di negeri pertiwi ini membutuhkan perjuangan berat. Pendidikan sejarah bangsa masih harus terus ditanamkan kepada mereka agar bisa menghargai jasa para pahlawan. Pendidikan bela negara yang menumbuhkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air harus menjadi salah satu agenda di setiap sekolah. Hal itu dilakukan agar para generasi muda paham betul nilai- nilai sejarah, nilai- nilai patriotisme para pejuang, dan memahami makna kemerdekaan yang sejati.
Tahun ini saya tidak mengikuti upacara peringatan Proklamasi di lapangan, karena saya sedang sakit. Namun, saya tetap mengikuti pelaksanaan pengibaran bendera di Istana Merdeka. Selalu ada tangis saat melihat pengibaran bendera di Istana Merdeka apalagi dilakukan oleh para putra- putri terbaik bangsa ini. Ada rasa haru, bangga, dan sedih bercampur. Selamat ulang tahun negeriku. Semoga bertambahnya usia semakin menyejahterakan rakyatmu.
Referensi
 Abdi, Husnul. 2021. Separatisme adalah Gerakan untuk Memisahkan Diri, Kenali Penyebab dan Contohnya. https://www.liputan6.com/hot/read/4462088/separatisme-adalah-gerakan-untuk-memisahkan-diri-kenali-penyebab-dan-contohnya
Profil Penulis
Â
Nama saya Nina Sulistiati.  Lahir pada akhir Januari di kota udang Cirebon. Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung tahun 1991 dan Universitas Terbuka FKIP Jurusan Bahasa Indonesia pada tahun 2010. Karya buku solo: Asa Di balik Duka Wanodya, 2022, Novel Serpihan Atma, 2023.  Penulis 25 antologi dengan berbagai genre, antara lain: Pelangi di Langit Sukabumi: Antologi Puisi. 2021. CV. Jejak Publisher, Antologi Simponi Dua Hati Jilid 2, 2021, Dandelion Publisher, Ketegaran Seorang Ibu, Dandelion Publisher. 2022. Motto: Belajar dan Berkarya Sepanjang Masa tanpa Terbatas Usia. Fb Nina Sulistiati   IG: nsulistiati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H