Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersinergi dengan Perpusda dalam Menumbuhkan Minat Baca Siswa

21 Agustus 2023   21:26 Diperbarui: 21 Agustus 2023   22:12 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rendahnya kemampuan literasi di Indonesia menjadi persoalan yang klise dan belum mengalami peningkatan. Beberapa kali Indonesia mengikuti tes PISA, tetapi hasilnya belum memuaskan. Tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat kedua dari belakang.

Programme for International Student Assessment (PISA) adalah sebuah tes yang dirancang oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD) untuk menilai kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa di Indonesia yang telah/hampir menyelesaikan masa pendidikan dasar.

Tes PISA ini berkaitan dengan kemampuan menalar dan kemampuan kritis siswa usia 15 tahun yang menitikberatkan kepada kemampuan membaca, matematika dan sains. Alasan itulah pemerintah mengencarkan gerakan literasi sekolah. Tiap sekolah diimbau untuk mengembangkan kegiatan literasi di sekolah dan menunjuk koordinator kegiatan sekaligus pembimbing.

 Seorang pembimbing dan penggiat literasi pastinya memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan literasi di sekolah masing- masing. Satu kunci utama bagi para pembimbing atau pun penggiat literasi adalah harus memiliki kesabaran dan pantang menyerah. Mengapa demikian?

Banyak kendala yang akan dihadapi oleh mereka, antara lain:

  • Rendahnya minat baca yang dimiliki para siswa.

Literasi memang tidak sebatas baca tulis atau literasi numerasi  saja. Ada beberapa literasi dasar yang juga harus dikuasai para siswa, antara lain: literasi budaya dan kewarganegaraan, literasi digital, literasi finansial, dan literasi sains yang juga harus dikuasai siswa.  Namun, literasi baca tulis dan literasi numerasi merupakan hal yang paling awal dikuasai siswa sebelum menguasai keempat literasi dasar lainnya. Dan minat baca yang dimiliki siswa masih rendah. Bisa ditanyakan kepada para siswa berapa buku non pelajaran yang sudah dibacanya selama satu bulan belakangan ini.

  • Budaya literasi yang belum berkembang di sekolah

Literasi harus dibudayakan di lingkungan sekolah. Untuk memudayakan literasi dibutuhkan dukungan dari beberapa pihak. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Wiedarti (2016:7) bahwa aktivitas literasi harus bersifat partisipatif dan kolaboratif dengan pelibatan seluruh warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, maupun orang tua/wali peserta didik.

  • Kurangnya dukungan 

Kurangnya dukungan dari orang tua di rumah atau pun warga sekolah menjadi hambatan bagi tumbuh kembang budaya berliterasi di sekolah. Semua pihak harus bersinergi untuk menciptakan budaya literasi di sekolah bahkan harus menjadikan literasi ini sebuah kebutuhan. Jika seluruh warga sekolah membutuhkan literasi dasar bagi pengembangan kompetensi hidupnya, maka pengembangan budaya literasi di sekolah akan pesat.

  • Ketersediaan bahan bacaan yang kurang memadai

Faktor ketersediaan bahan bacaan di sekolah menjadi salah satu penghambat berkembangnya literasi. Perpustakaan sekolah hanya berisi buku- buku pelajaran. Sedikit sekali buku- buku non pelajaran yang bisa dibaca oleh para siswa.

  • Kurang menariknya kegiatan- kegiatan literasi

Kegiatan pengembangan literasi yang diadakan kurang menarik perhatian para siswa.

  • Kurang pahamnya para siswa tentang makna dan manfaat literasi

Banyak siswa yang memaknai bahwa literasi adalah sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan menulis berbagai genre. Hal tersebut membuat siswa membayangkan jika kegiatan literasi itu membosankan. Padahal kegiatan literasi itu adalah kegiatan yang mengasah kemampuan menalar dan berpikir kritis. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi tinggi maka akan memiliki kemampuan menalar dan memecahkan masalah yang tinggi pula.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Pembimbing atau penggiat literasi di sekolah harus mampu membuat kegiatan yang berbeda dan kekinian seperti menggunakan berbagai aplikasi di gawai atau laptop. Aplikasi desain bisa diberikan agar siswa mampu menggunakan daya kreasinya dalam membuat berbagai desain. Banyak aplikasi yang bisa diperoleh dengan menggunakan akun belajar. Id. yang dimiliki siswa dan mudah dalam mengaplikasikannya, seperti canva. Aplikasi yang juga bisa digunakan adalah editor video agar literasi digital siswa meningkat.

Kegiatan- kegiatan yang diberikan kepada para siswa bervariasi, mulai dari menonton film, membuat poster dengan aplikasi internet, latihan teater, latihan menari dan sebagainya.

Untuk memperkuat pelaksanaan literasi, sekolah bisa bekerja sama dengan beberapa pihak. Salah satunya adalah perpustakaan daerah.

Apa saja bentuk sinergi  dengan perpustakaan daerah untuk mengembangkan literasi di sekolah?

  • Pengadaan buku yang kurang memadai

Perpustakaan Daerah Kabupaten Sukabumi memiliki satu program yaitu boks buku. Program ini menawarkan kepada sekolah- sekolah yang kekurangan bahan bacaan non pelajaran berupa pinjaman 100 eksemplar buku selama dua bulan. Selain itu ada program perpustakaan keliling yang juga bisa dimanfaat oleh sekolah pada waktu- waktu tertentu.

  • Kegiatan pelatihan yang diadakan  Perpustakaan Daerah Kabupaten Sukabumi yang bisa diikuti siswa, antara lain: pelatihan Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin, pelatihan pembuatan animasi, podcast, mendongeng dan lain- lain.
  • Kegiatan- kegiatan lomba yang diadakan perpustakaan daerah pun banyak dan bisa diikuti oleh semua jenjang pendidikan.

Kegiatan kerjasama dan kolaborasi yang dilakukan ini memberikan dampak yang baik untuk sekolah untuk ke depannya. Harapan utama budaya literasi di sekolah dapat tumbuh dan berkembang seiring dengan kompetensi bernalar kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun