Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Hari di Bulan Agustus

10 Agustus 2023   23:35 Diperbarui: 11 Agustus 2023   08:26 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arina tidak mengerti mengapa anak- anak Aki Hamdan tak pernah menengoknya. Seharusnya anak itu berbakti kepada orang tuanya, merawatnya saat mereka sudah sepuh dan renta. Arina melihat kerinduan yang kerap terpancar di matanya. Arina pernah mencoba untuk menghubungi anak- anaknya, tetapi nomor telepon yang diberikan ke panti tidak aktif.

"Aku kasihan pada Aki Hamdan, Bu. Dia sangat merindukan anak- anaknya. Aku melihat Aki sering murung akhir- akhir ini," jelasku pada Bu Fatimah, pimpinan panti," Bagaimana car a kita menghubungi anak- anak Aki ya, Bu?"

"Kita sudah tidak punya data lain selain yang diberikan saat mereka mengantar Aki Hamdan. Setelah itu mereka tak pernah datang," jelas Bu Fatimah.

"Kok anak- anak Aki Hamdan tega ya, Bu menelantarkannya di sini. Padahal Aki sudah berjuang membesarkan anak- anaknya hingga mereka sukses seperti sekarang ini," kataku sambil menunduk," Bu, izinkan aku membuat tulisan tentang Aki Hamdan ya. Aku akan membagikan di media sosial. Siapa tahu anak-anak atau cucu Aki Hamdan membaca dan terketuk hatinya."

"Boleh! Silakan, Arina. Semoga ini menjadi ikhtiar yang menghasilkan." Bu Fatimah memuji rencana Arina.

Setelah percakapan itu, Arina menulis kisah tentang Aki Hamdan dan kerinduannya kepada anak cucunya serta kisah- kisah penghuni griya lansia itu di situs yang dia buat. Arina berharap usaha itu akan membuahkan hasil. Sudah enam bulan lalu, beberapa tulisan di media sosial hadir.

Banyak tanggapan tentang tulisan perjuangan Aki Hamdan dan kisah- kisah tentang penghuni griya lansia "Pelita Asih" ini. Beberapa orang ada yang datang dan menghibur Aki Hamdan dan para penghuni lainnya. Namun, dari para pengunjung itu tak satupun anak- anak Aki Hamdan datang. Arina tak mengerti terbuat dari apa hati anak-anak dan cucu Aki Hamdan.

Setelah menonton upacara penurunan bendera di Istana Merdeka, Aki Hamdan masuk ke kamar. Hingga azan Isa terdengar Aki Hamdan tak terlihat keluar kamar. Biasanya dia tak pernah tertinggal untuk salat berjamaah di musola griya.

"Handi, Aki Hamdan tak terlihat keluar kamar. Coba tolong cek di kamarnya, ya," ujar Arina kepada rekannya. Setelah itu Arina melanjutkan untuk menyiapkan makan malam.

Tak lama kemudian Handi datang sambil tergesa- gesa," Teh, Aki Hamdan ...."

"Ada apa dengan Aki Hamdan?" tanya Arina menghentikan pekerjaan kemudian berlari ke kamar Aki. Handi dan beberapa pengurus lainnya mengikutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun