Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kejahatan Hadir karena Ada Kesempatan

7 Agustus 2023   22:05 Diperbarui: 8 Agustus 2023   06:45 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana terminal Kampung Rambutan sangat ramai oleh calon penumpang maupun para penumpang yang baru turun dari bus antar kota. Siang itu cuaca cukup panas karena musim kemarau baru saja tiba. Aku melangkah masuk dan mencari bus dengan tujuan Sukabumi. Saat itu saya baru saja pulang dari rumah paman dan berencana kembali ke Sukabumi.

"Sukabumi! Sukabumi!" teriak para calo di terminal rambutan saat itu.

Saya segera menaiki salah satu bus yang menuju ke Sukabumi. Seperti biasa saya paling suka duduk di dekat jendela. Alasannya saya dapat melihat pemandangan langsung tanpa terganggu oleh penumpang lain. Saya memilih duduk di bangku yang berada di baris bagian tengah.

Saat saya tengah asyik memandang suasana terminal, datang penumpang lain dan duduk di samping saya. Selintas saya mengamati penumpang tersebut. Dia seorang perempuan berusia sekitar 35 tahun dengan wajah yang manis. Penampilan wanita tersebut mampu mengundang perhatian orang khususnya kaum laki- laki. Mengapa? Dia berpakaian ketat dan berbalut celana jean yang ketat pula. Lekuk- lekuk tubuhnya terlihat jelas. Rambutnya dicat blonde. Dan yang paling mengundang mata juga adalah dia menggunakan perhiasan yang sangat mencolok di jari- jari, pergelangan tangan dan lehernya.

Tak lama kemudian bus mulai berjalan dan meninggalkan terminal dengan penumpang yang cukup padat. Beberapa orang terpaksa berdiri karena kursi penumpang sudah terisi semua. Biasanya mereka penumpang dengan tujuan yang tak terlalu jauh. Tepat di baris kursi yang saya dan wanita itu tempati, berdiri seorang laki- laki dengan menggunakan jaket hitam, Dia berdiri bersama seorang temannya.

Saat bus mulai memasuki jalan tol Jagorawi, salah seorang dari mereka mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya dan terus mepet ke arah bahu wanita di sebelah saya itu. Wanita itu tampak tegang. Dia mencolek tangan saya seolah meminta bantuan. Saya kurang paham saat itu.

"Ada apa, Mbak? Ada yang bisa saya tolong?" tanya saya saat itu sambil memandang wajahnya. Wanita itu memberikan kode dengan kerlingan matanya yang mengarah kepada lelaki yang berdiri di sampingnya.

Serta merta saya melihat lelaki itu sambil memandang tajam ke arah saya. Selintas saya melihat ke arah tangannya yang sedang menodongkan sebilah pisau ke rah bahu wanita itu.

"Serahkan semua perhiasan yang kamu pakai jika kamu ingin selamat," bisik lelaki itu sambil menekankan pisau itu lebih dalam.

Saat itu saya takut dan bingung harus berbuat apa. Begitu juga wanita itu yang berwajah pucat. Para penjahat itu cukup pintar dan berani. 

Mereka pintar karena menodongkan pisau ini di area yang tertutup. Badan kedua orang itu menutupi pisau sehingga tidak bisa terlihat orang lain.

Saya melihat wanita itu mulai melepas gelangnya. Saya mencoba melarangnya dengan menggelengkan kepala agar tak terlihat kedua penjahat itu.

"Lepaskan pisau di tangan kamu!" Tiba- tiba sebuah suara terdengar  cukup keras, " Kalau tidak, saya akan menembak kepala kamu!"

Penjahat itu menyerahkan pisau itu dan menyerahkannya kepada  laki- laki itu.

Beberapa penumpang melihat ke arah laki- laki itu. Saya melihat laki- laki yang berpakaian preman sedang menodongkan pistol ke salah seorang penjahat yang membawa pisau. 

Penjahat itu menyerahkan pisau yang ternyata hanya sebuah pisau mainan. Saat itu sopir menghentikan bus di pinggir jalan tol. Beberapa penumpang berusaha untuk bertindak main hakim sendiri, tetapi segera ditepis oleh laki- laki berpistol. Laki- laki itu ternyata seorang polisi yang berpakaian preman dan berniat akan pulang ke rumahnya di Ciawi.

Saya tidak tahu bagaimana caranya tahu jika ada tindak penodongan di bus itu. Mungkin feeling kuat dan melihat gerak gerik kedua penjahat itu.

Saya bersyukur karena peristiwa itu dapat ditangani. Pengalaman itu cukup membuat saya ketakutan. Seperti bermain dalam sebuah film aksi yang sering saya saksikan. Polisi itu membawa kedua penjahat itu turun. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan.

"Mbak, maaf lebih baik perhiasan yang dipakai itu dilepas saja dan disimpan di tas agar tidak mengundang orang lain berniat jahat." Saya menasihati perempuan itu dengan hati- hati. Akhirnya wanita itu menuruti saran saya.

Pengalaman tersebut, ada beberapa pembelajaran yang dapat kita petik saat pergi dengan menggunakan kendaraan umum, yaitu:

  • Hendaknya menggunakan kendaraan umum yang tidak terlalu padat,
  • Tetap waspada saat berada di perjalanan dan pahami kondisi sekitar,
  • Memakai pakaian yang sopan dan tidak mengundang perhatian orang banyak.
  • Jangan menggunakan perhiasan yang berlebihan agar tidak mengundang orang lain berbuat kejahatan.

Semoga pengalaman ini dapat memberikan manfaat dan pembelajaran bagi kita saat menggunakan kendaraan umum.

Bionarasi

Nama Nina Sulistiati.  Lahir pada akhir Januari di kota udang Cirebon. Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung tahun 1991 dan Universitas Terbuka FKIP Jurusan Bahasa Indonesia pada tahun 2010. Karya buku solo: Asa Di balik Duka Wanodya, 2022. Penulis 24 antologi dengan berbagai genre, antara lain:

  • Unforgeteble Legend, Antologi Cerpen Pena Citra Dewani, 2021. PT. MGG, Bandung
  • Pelangi di Langit Sukabumi: Antologi Puisi. 2021. CV. Jejak Publisher,
  • Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Bunga Rampai Inspirasiana. 2021
  • Sebait Warita Pada Samudera Masa.2021
  • Bulan Dikekang Malam, Antologi Cerita Pendek, 2023, Dandelion Publisher

Fb: Nina Sulistiati, IG:nlistiati, tiktok n. listiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun