Pertanyaan Bunda tadi sangat mengusik hati Anisa. Berapa sampah yang dihasilkan manusia di bumi ya? Bagaimana jika tak ada pekerja seperti Mang Udin yang mengambili sampah?
Malam harinya Anisa sudah tertidur pukul 8. Dalam tidurnya Anisa bermimpi berada di di sebuah kota yang dipenuhi dengan tumpukan sampah.
Anisa mengitari pandangannya ke seluruh penjuru kota. Tak ada satu pun makhluk hidup di sini. Dia hanya melihat gedung-gedung bertingkat yang kumuh. Dia membaca tulisan Kantor PT Persada Permai. Â Di halaman gedung itu dipenuhi tumpukan sampah. Sampah-sampah yang berserakan juga memenuhi halaman dan tempat parkir.
"Aku masih berada di kotaku sendiri," gumam Anisa," Tapi mengapa semua berubah seperti ini."
Anisa mulai merasa takut dengan keadaan seperti itu. Namun dia harus memberanikan diri agar bisa mengetahui apa yang terjadi. Dia heran kondisi rumahnya tak jauh berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Halaman dipenuhi sampah plastik dan keresek.
Anisa memberanikan diri untuk membuka pintu gerbang. Dia kemudian masuk lewat pintu depan yang tidak terkunci.
"Assalamualaikum!" Anisa berteriak sambil menutup hidungnya. Rumah itu sangat kotor dan jorok. Bungkus makanan masih tergeletak di meja. Begitu juga sampah di dapur menumpuk hingga tercium bau tak sedap.
"Apa yang terjadi, ya? Kondisinya hampir sama di seluruh kota. Sepi, tak ada seorang pun di kota ini. Dan lebih parahnya lagi sampah -- sampah itu bertebaran di seluruh penjuru kota." Anisa berpikir sambil mengernyitkan dahinya.
"Ha...ha...ha... rupanya ada seseorang yang datang," Suara yang tak berwujud itu terdengar keras sekali. Suara tawa itu diikuti oleh tawa-tawa yang lain. Â Anisa merinding saat mendengar tawa itu.
Tawa itu begitu keras dan menyeramkan.
"Siapa kalian?" tanya Anisa sambil berteriak keras. Anisa melihat di sekeliling ruangan