Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Anak "Perjuangan Pasukan Kuning"

30 Juli 2023   22:20 Diperbarui: 5 Agustus 2023   18:07 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lampungone.co/

Pertanyaan Bunda tadi sangat mengusik hati Anisa. Berapa sampah yang dihasilkan manusia di bumi ya? Bagaimana jika tak ada pekerja seperti Mang Udin yang mengambili sampah?

Malam harinya Anisa sudah tertidur pukul 8. Dalam tidurnya Anisa bermimpi berada di di sebuah kota yang dipenuhi dengan tumpukan sampah.

Anisa mengitari pandangannya ke seluruh penjuru kota. Tak ada satu pun makhluk hidup di sini. Dia hanya melihat gedung-gedung bertingkat yang kumuh. Dia membaca tulisan Kantor PT Persada Permai.  Di halaman gedung itu dipenuhi tumpukan sampah. Sampah-sampah yang berserakan juga memenuhi halaman dan tempat parkir.

"Aku masih berada di kotaku sendiri," gumam Anisa," Tapi mengapa semua berubah seperti ini."

Anisa mulai merasa takut dengan keadaan seperti itu. Namun dia harus memberanikan diri agar bisa mengetahui apa yang terjadi. Dia heran kondisi rumahnya tak jauh berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Halaman dipenuhi sampah plastik dan keresek.

Anisa memberanikan diri untuk membuka pintu gerbang. Dia kemudian masuk lewat pintu depan yang tidak terkunci.

"Assalamualaikum!" Anisa berteriak sambil menutup hidungnya. Rumah itu sangat kotor dan jorok. Bungkus makanan masih tergeletak di meja. Begitu juga sampah di dapur menumpuk hingga tercium bau tak sedap.

"Apa yang terjadi, ya? Kondisinya hampir sama di seluruh kota. Sepi, tak ada seorang pun di kota ini. Dan lebih parahnya lagi sampah -- sampah itu bertebaran di seluruh penjuru kota." Anisa berpikir sambil mengernyitkan dahinya.

"Ha...ha...ha... rupanya ada seseorang yang datang," Suara yang tak berwujud itu terdengar keras sekali. Suara tawa itu diikuti oleh tawa-tawa yang lain.  Anisa merinding saat mendengar tawa itu.

Tawa itu begitu keras dan menyeramkan.

"Siapa kalian?" tanya Anisa sambil berteriak keras. Anisa melihat di sekeliling ruangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun