Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Di Ujung Malam

5 Juni 2023   01:07 Diperbarui: 5 Juni 2023   01:22 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil menunggu aku melihat ke sekeliling warung. Ada sesuatu yang aneh dari warung ini. Kok tak ada pembeli satu pun. Suasana di sini juga membuatku tak nyaman. Ah ... mungkin karena udara sangat dingin di sini.

Tiba-tiba masuk seorang perempuan dengan menggunakan gaun sepanjang lutut dan menggunakan jas  dari bahan denim. Selain itu perempuan itu menggunakan sepatu high heel. Dia duduk tak jauh dari tempatku duduk saat ini.

"Aku nyuwun teh anget yo, Mas Pardi," pinta perempuan itu sambil mengambil sebatang rokok dari dalam tasnya dan menyulutnya dengan korek gas. Kemudian dia menghisap rokok tersebut pelan-pelan tanpa ekspresi.

Diam-diam aku mengamati perempuan itu. Usianya sekitar 35 tahunan, putih, cantik. Wajahnya ber-make up tipis dan bibirnya bergincu warna merah muda. Namun, wajah perempuan itu sangat pucat meski bermake up.

"Ada apa Mas memperhatikanku? Tertarik sama aku?" tanya perempuan itu sambil tersenyum dingin. Mata perempuan itu tajam menatap dan pastinya tatapan itu membuat bulu kuduk merinding.

"Maaf, Mbak. Saya tidak bermaksud begitu ...," jawabku kikuk sambil melemparkan pandanganku ke arah lain.

"Ini pesanan Mas." Laki-laki penjual bakso itu mengantarkan semangkok bakso. Wajah laki-laki itu tanpa ekspresi. Seharusnya pembeli itu raja dan harus dilayani dengan ramah.

"Terima kasih, Mas." Aku menjawab dengan pelan sambil merasakan sesuatu yang aneh di tempat itu. Aku merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk pergi dari warung itu.

"Maaf, Mas. Saya tidak jadi memakan baso ini. Perut saya mendadak mual. Ini uang bayaran untuk semangkuk baso pesanan saya," kataku sambil menyimpan uang seratus ribuan.

"Hai ...tidak bisa begitu. Kamu harus habiskan bakso ini!" bentak laki-laki sambil menunjukkan ekspresi kemarahan. Lama kelamaan wajahnya yang pucat pasi dan menyeringai dengan ekspresi yang menyeramkan.

Aku segera berlari dan masuk ke dalam mobilku. Aku segera berlalu dari warung itu.  Aku merasa ada sesosok bayangan yang sedang duduk di belakang. Aku menghentikan mobil dan memastikan jika ada penumpang gelap dalam mobil. Ternyata tak ada siapa-siapa di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun