Melihat hal itu, tangis Calista semakin kencang dan histeris. Gendis berusaha untuk mengendalikan emosi Calista. Gendis membawa masuk Calista dan mengunci rumah. Calista semakin menjadi. Dia terus menerus menjerit keras dan berusaha membuka pintu rumah.
Gendis memeluk Calista dan mengalihkan perhatian Calista dengan memberikan mainan baru yang lebih aman, tetapi Calista masih terus menangis seraya menunjuk ke arah pintu.
"Bunda ... please belikan aku lato-lato," ujar Calista di sela tangisnya.
"Duh ... aku harus bagaimana, ya?" keluh Gendis," Seharusnya Lik Ato segera berlalu dari depan rumah agar Calista tak menangis lagi."
Akhirnya Gendis membawa Calista ke dapur. Dia mengajak Calista membuat kue kesukaan Calista, yaitu bolu kukus rasa pandan. Gendis membiarkan Calista memegang mixer sambil tetap mengawasinya. Syukurlah tantrum Calista berkurang dan lama kelamaan tangisan Calista berhenti.
"Bunda, aku masukan terigu, ya," kata Calista. Gendis hanya menganggukan kepala sambil mengambil alih mixer di tangan Calista.
Calista tertawa saat melihat terigu bertebaran dan mengotori tangannya. Semoga saja puterinya itu lupa dengan lato-lato. Gendis juga berharap agar esok Lik Ato tidak menjajakan dagangan di sini.
Setelah lelah membuat bolu kukus, Gendis dan Calista pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan makanan yang sudah habis. Mereka juga akan menjemput ayah ke kantor. Calista bernyanyi-nyanyi riang di sepanjang jalan
Di sebuah pertigaan yang tak ada lampu merah, Gendis melambatkan laju mobilnya. Dia melihat banyak orang yang sedang mengerumuni seseorang yang tergeletak di aspal. Konon orang tersebut korban tabrak lari sebuah motor yang melaju kencang.
Tak seorang pun dari mereka yang menolong orang tersebut. Mungkin mereka takut akan dijadikan tersangka seperti yang sering terjadi. Niat seseorang ingin menolong justru dijadikan tersangka. Beberapa orang iseng membuat konten di gawainya. Benar- benar tidak berperikemanusiaan. Demi sebuah konten, mereka tega memperlakukan korban kecelakaan itu.
Gendis menepikan mobilnya dan menyuruh Calista menunggu di mobil. Kemudian dia melihat korban kecelakaan itu. Tak jauh dari tubuh korban, Gendis melihat ada sepeda dan beberapa mainan termasuk lato-lato yang berserakan. Tampak dia tak asing lagi dengan pemilik sepeda itu.