Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen "Melodi Buat Derana"

17 April 2023   14:18 Diperbarui: 18 April 2023   05:28 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.lovepik.com/image

Rana berusia dua tahun saat aku memeriksakannya ke dokter. Ada keanehan pada Rana kala itu. Seharusnya anak berusia dua tahun sudah pandai mengucapkan beberapa kata yang teratur. Dia sudah mampu mengucapkan kata nenek, kakek, mama, papa, dan kata-kata lain yang mudah. Sementara Rana belum bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas.

"Kita harus memeriksakan Rana ke dokter, Mas," ujarku pada Mas Bram, suamiku.

"Rana belum bisa berbicara karena belum waktunya. Nanti juga dia bisa bicara," jawab suamiku seraya menatap Derana yang aku gendong.

"Aku takut ada masalah, Mas ..." ujarku pelan. Aku melihat ibu mertuaku yang juga sedang duduk tak jauh dari tempat kami ngobrol.

"Maksudmu? Kamu takut Rana cacat begitu!" Suara Mas Bram tinggi kudengar," Tidak ada keturunan keluargaku yang cacat."

"Bukan begitu, Mas." Aku berbicara pelan agar Mas Bram tidak emosi.

"Sudahlah, Anjani. Kamu jangan berbicara ngawur. Nanti juga Rana bisa berbicara," tukas ibu mertuaku sambil memandangku sinis.

Ya ... Allah, bagiku sikap Mas Bram dan ibu mertuaku sangat menyakitkan. Namun, aku tetap harus bersabar. Memang ibu mertuaku tidak suka kepadaku karena aku hanyalah perempuan biasa dan bukan dari kalangan ningrat.

Diam-diam aku memeriksakan Derana ke dokter Sinta, dokter anak langgananku. Dokter Sinta menyarankan agar Derana diperiksa ke klinik tumbuh kembang anak. Aku membawa Derana tanpa sepengetahuan Mas Bram dan mertuaku.

Derana mengikuti berbagai tes yang dilakukan oleh dokter Sinta dan dokter Airin, dokter rekam medik. Dari hasil observasi, Rana dirujuk ke dokter THT. Sekali lagi aku melakukan itu tanpa sepengetahuan suami dan mertuaku.

"Anak ibu didiagnosa tidak bisa mendengar," ujar dokter Kesya pelan, saat aku memeriksakan Rana ke dokter THT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun