Seorang laki-laki berpakaian biru dan bercelana kain hitam tergopoh-gopoh. Tampaknya dia sangat terburu-buru. Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Dia membawa tas hitam dan jas putih dokter. Matanya tertuju ke depan sehingga dia tak melihat seseorang sedang berjalan ke arahnya.
"Deg!" Tubuh laki-laki itu tertumbuk tubuh seorang perempuan. Tas perempuan itu terjatuh.
"Maaf ... maaf. Saya terburu-buru," ujar lelaki itu seraya mengambilkan tas milik perempuan itu. Setelah itu laki-laki itu bergegas menuju ruang bedah.
Fatimah tersenyum saat melihat ulah laki-laki itu. Dia berhasil mengerjai laki-laki itu, Dokter Tio. Teman lamanya yang rupanya sudah lupa pada wajah Fatimah.
Dokter Tio segera menuju ruang bedah karena dia mendapat panggilan tentang operasi seorang pasien yang harus segera dilaksanakan.
Saat Dokter Tio masuk ke ruang bedah, suasana gelap tak seorang pun ada di situ. Biasanya ada perawat yang bertugas di sini, tetapi tak satu pun ada ruangan itu.
"Apa-apaan ini. Tadi aku ditelepon untuk segera pergi ke ruang bedah karena ada pasien yang harus dioperasi segera," gerutu Dokter Tio seraya mengambil handphone di tangannya. Dia akan menanyakan kepada perawat yang bertugas di ruang bedah.
Tiba-tiba lampu menyala. Beberapa perawat dan asisten dokter keluar dari persembunyian mereka seraya menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
"Selamat ulang tahun, ya, Dokter," ujar Suster Anggun seraya menyerahkan buket bunga mawar merah.
"Apa-apan kalian ini. Katanya ada pasien yang akan dioperasi?" tanya Dokter Tio kikuk.