Semua anak berteriak histeris saat melihat ular tersebut. Beberapa orang berlari ke arah luar kelas. Kelas menjadi heboh tepatnya sekolah. Beberapa anak dari kelas lain mengintip ke arah kelas kami.
"Tunggu! Ular ini jinak dan baik. Lihat dia tidak mengganggu," sahutku sambil mengelus-elus si Zima, ular kesayangan ayahku.
Perlahan beberapa anak ikut mendekat dan memegang Zima termasuk Aldo. Dia mencoba menggendong Zima di lehernya, tentu saja dengan pengawasanku. Beberapa guru juga datang ke kelas untuk melihat apa yang terjadi. Ada beberapa orang dari mereka menghindar dan ada yang ikut memegang ular tersebut.
Gegara itu, aku dipanggil kepala sekolah. Namun, setelah aku menjelaskan metode pendekatan kepada Aldo dan teman-temannya, beliau mengerti seraya mengatakan jika akan membuat kejutan lagi harus berkonsultasi dulu dengannya.
Aldo ternyata orang yang berkomitmen dan menepati janjinya. Sejak saat itu Aldo dan gangnya mulai berubah sedikit demi sedikit. Para guru kagum pada pendekatan yang aku gunakan kepada Aldo dan seluruh murid.
Akhirnya para siswaku tidak hanya sekadar menjadi anak yang aku beri materi dan ilmu. Mereka aku jadikan anak-anakku yang senantiasa curhat bila ada masalah yang dirasakan mereka. Kepala sekolah memberikan penghargaan kepadaku dengan menjadikanku wakil pembina kesiswaan mendampingi Pak Budi yang konon killer kepada anak-anak.
Aku menyadari jika menghadapi anak-anak yang bermasalah harus memiliki trik dan pendekatan sendiri. Anak-anak sekarang tidak bisa terlalu keras atau terlalu lemah. Guru harus memiliki cara sendiri sesuai dengan kasus yang dihadapinya.
Setelah Aldo dipanggil Pak Ardian, dia tidak masuk ke sekolah selama tiga hari tanpa keterangan. Saat aku menanyakan kepada sahabat-sahabatnya tak ada yang tahu alasannya. Aku merasa ada sesuatu yang Aldo sembunyikan dariku. Biasanya dia selalu bercerita kepadaku tentang masalah yang sedang dihadapinya.
"Fitri, kamu tahu rumah Aldo yang baru? Kata Bondan, Aldo sudah pindah rumah. Benar tidak?" tanyaku kepada Fitri, siswa kelas sembilan H Â yang rumahnya dekat dengan Aldo.
"Iya, Bu. Rumah Aldo sudah dijual kepada orang lain. Tak ada yang tahu ke mana Aldo pindah," jawab Fitri saat kupanggil dan kutanyai.
Aduh, aku kehilangan jejak Aldo kali ini. Aku yakin ada sesuatu yang sedang dia alami. Aku harus mencari tahu karena aku yakinAldo adalah anak yang baik.