Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peristiwa Bojongkokosan: Jejak Heroik Rakyat Sukabumi

17 Agustus 2022   13:30 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:15 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palagan Bojongkokosan. sumber: Kompas.com

Jika sejarah menjadi guru kebijaksanaan, tokoh sejarahlah yang mengkongkritkan keteladanan. - Najwa Shihab

Sejarah mencatat tentang kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta yang dikenal sebagai sepasang proklamator kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan Indonesia dikibarkan dengan diiringi lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman.

Sejak dibacakannya teks Proklamasi tersebut, Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara yang merdeka dari tangan penjajahan. Sebuah perjalanan sejarah yang penuh semangat nasionalisme dan kepahlawanan tertulis dari seluruh wilayah negara Indonesia. Hampir di seluruh wilayah Nusantara kita mengenal para pahlawan bangsa yang mengorbankan jiwa dan raga mereka demi sebuah kemerdekaan.

Para pahlawan yang memimpin perjuangan rakyat tersebut berjuang untuk menghapuskan penindasan rakyat oleh bangsa-bangsa penjajah. Indonesia dijajah oleh pemerintahan Belanda dan diteruskan oleh penjajahan Jepang. Penjajahan dan penindasan itu sudah memakan korban yang tak terhitung dari rakyat Indonesia. Di Pulau Jawa kita mengenal perlawanan dari beberapa daerah. Pangeran Diponegoro memimpin perlawanan rakyat di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Perlawanan KH. Zainal Mustafa dari Tasikmalaya. Mohammad Toha dari Bandung Selatan. Dari Aceh kita mengenal Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Mutia. Dari Sulawesi ada Sultan Hasanudin dan pejuang-pejuang lainnya.

Salah satu jejak perjuangan rakyat Indonesia saat melawan penjajah terjadi di daerah Bojongkokosan, Kabupaten Sukabumi yang terjadi pada tanggal 9 Desember 1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan, perlawanan bangsa Indonesia terus berlanjut demi mempertahankan kemerdekaan tersebut. Berbagai perlawanan terjadi di berbagai daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

 Sejak Jepang kalah pada perang dunia II oleh Sekutu pada tahun 1945, tentara Sekutu datang kembali ke Indonesia dengan tujuan utama, yaitu: melucuti senjata milik Jepang dan membebaskan tentara Jepang yang ditahan di beberapa daerah di Indonesia. Tawanan Jepang tersebut dikenal dengan sebutan Allied Prisoners of War and Intenees (APWI).

Palagan Bojongkokosan. sumber: Kompas.com
Palagan Bojongkokosan. sumber: Kompas.com

 Awalnya kedatangan tentara Sekutu tersebut disambut baik oleh Indonesia karena mereka berjanji tidak akan menyertakan tentara NICA, dan akan mengikutsertakan Tentara Kemanan Rakyat (TKR) dalam proses pelucutan tentara Jepang dan pengiriman bantuan untuk para tahanan (APWI).

Berdasarkan laman Wikipedia, kisah heroik perlawanan rakyat di Bojongkokosan bermula saat satu batalyon tentara NICA, Gurkha dan Inggris akan memasuki wilayah Sukabumi. Tujuan pasukan tersebut  adalah:

  • Mengambil tawanan sekutu yang berada di wilayah Sukabumi dan sekitarnya,
  • Memberikan bantuan kepada tentara sekutu yang ada di Bandung. Bandung saat itu sedang bergolak karena perlawanan rakyat dan pemuda.
  • Menjaga keamanan jalur darat antara Sukabumi, Cianjur, Bandung.

Namun, Sekutu ingkar janji dan membawa tentara NICA dan Gurkha untuk menguasai kembali wilayah Sukabumi umumunya Indonesia dengan pasukan yang besar. Pada saat pemberian bantuan untuk APWI pun mereka tidak melibatkan TKR. Pelanggaran perjanjian yang dibuat bersama oleh kedua pihak itu membuat PM Syahrir mendiskusikan hal tersebut dengan walikota Sukabumi, Syamsudin dan Komandemen Wilayah Jawa Barat.

Kedatangan Sekutu yang diboncengi oleh tentara NICA Belanda yang berusaha mencengramkan kukunya di nusantara ini. Serta merta perlawanan terjadi di beberbagai daerah, seperti halnya perlawanan rakyat di desa Bojongkokosan, Kecamatan Parungkuda Kabupaten Sukabumi.

Dari hasil koordinasi itu diputuskan bahwa kedatangan tentara Sekutu tersebut akan diadang oleh pasukan yang terdiri dari TKR, laskar Hisbulah, Fisabilillah, Barisan Benteng dan Pesindo. Pengadangan itu akan dilakukan pada tanggal 9 Desember 1045 dan berlokasi di daerah Bojongkokosan.

Peristiwa Bojongkokosan Penyulut Bandung Lautan Api

Penyerangan di tebing Bojongkokosan. sumber:Sindonews
Penyerangan di tebing Bojongkokosan. sumber:Sindonews

Pengadangan dilakukan dengan dua periode. Dijelaskan dalam Wikipedia, pengadangan pertama dilakukan dalam pada tanggal 9 sampai dengan 12 Desember 1945 dan periode kedua dilakukan pada tanggal 10 sampai 14 Maret 1946. Regu pengadang pertama dipimpin oleh Mayor Yahya Bahram. Pelaksana lapangan pengadangan adalah Kapten Murad Idrus, pimpinan Kompi III bersama laskar rakyat, melakukan pengadangan dan pendudukan di tebing utara dan tebing selatan jalan Bojongkokosan.

Peta penyerangan pasukan Sekutu dilakukan di sepanjang 81 km, mulai dari Cigombong, sampai dengan Ciranjang Cianjur. Pertempuran sengit terjadi. Perlawanan TKR dan laskar rakyat Sukabumi menggunakan senjata rampasan dari Jepang. Penyerangan dilakukan dalam empat titik dan titik utama penyerangan terletak di Bojongkokosan.

Titik penyerangan empat titik tempur, mulai dari Cigombong sampai Ciranjang. Titik utamanya terletak di Bojong Kokosan. Regu pengadang pertama dipimpin oleh Mayor Yahya Bahram, serta Kapten Murad Idrus sebagai pelaksana lapangan.

Strategi pertama yang diguakan adalah tipuan dengan pertimbangan bahwa tentara Sekutu dan NICA pasti membawa persenjataan lengkap, termasuk tank, panser hingat pesawat tempur. Sedangkan Indonesia hanya berbekal senjata rampasan dari Jepang. Perbekalan untuk tawanan APWI itu diangkut dalam konvoi puluhan truk dan pengawalan delapan tank Stuart, tiga pesawat Thunderbolt, dan satu pesawat Mosquito. Ketika tiba di Bojong Kokosan, mereka terpaksa berhenti sekitar pukul 16.30 karena pengadangan dari barikade pertama. Dengan menggunakan senjata seadanya, granat dan molotov pasukan tersebut melakukan penyerangan ke pasukan Sekutu.

Dalam beberapa jam, pengadangan dan penyerangan yang tak diduga tersebut mampu membuat pasukan Sekutu hilang kendali dan panik. Apalagi alam mendukung penyerangan itu dengan memberikan hujan deras sehingga cuaca gelap dan berkabut. Setelah cuaca cerah, pesawat tempur Sekutu melakukan penyerangan. Pasukan Indonesia terpaksa harus mundur karena kalah persenjataan. Namun, penyerangan tersebut berhasil memporakporandakan pasukan Sekutu saat itu. Ratusan korban terjadi saat penyerangan tersebut, Dari Indonesia ada 28 orang yang menjadi korban. 

Mengapa peristiwa Bojongkokosan tersebut menjadi penyulut peristiwa Bandung Lautan Api? Peristiwa Bandung Lautan Api diawali dengan datangnya pasukan Sekutu di bawah Brigade MacDonald pada 12 Oktober 1945. Sekutu meminta seluruh senjata api yang dimiliki penduduk, tak terkecuali milik Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Polisi diserahkan kepada Sekutu. Kedatangan pasukan Sekutu tersebut disertai dengan pasukan NICA yang memiliki niat untuk merebut kembali Indonesia. Terjadi pengadangan dan penyerangan dari TKR dan laskar-laskar rakyat, termasuk yang dilakukan oleh para TKR dan laskar rakyat di Sukabumi. Tujuan dari pasukan Sekutu dan NICA antara lain akan memberikan bantuan pasukan di Bandung yang sedang mendapat perlawanan juga.


Peristiwa di Bojong Kokosan merupakan salah satu faktor penyebab dari peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946. Hal ini disebabkan karena ditinjau dari strategi nasional, daerah jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung merupakan urat nadi kekuatan sekutu untuk menguasai daerah yang dilalui jalur tersebut. Oleh karena itu, pasukan Sekutu berniat untuk menguasai wilayah-elayah strategis tersebut.Perlawanan tidak hanya terjadi di titik Bojongkokosan saja, tapi terus terjadi di sepanjang Bogor, Sukabumi, Cianur hingga Bandung.

Peristiwa ini memberikan nilai moral yang tinggi kepada seluruh bangsa Indonesia khususnya kaum muda yang kelak akan melanjutkan tampuk pimpinan bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia bukan sesuatu yang mudah diperoleh. Kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaian sejarah yang memakan korban dari para pahlawan Indonesia. Oleh karena itu marilah kita isi kemerdekaan Indonesia yang sudah memasuki angka 77 tahun ini dengan meningkatkan semangat kinerja seluruh lapisan rakyat agar tercipta kesejahteraan merata.

Itulah sekelumit kisah heroik Pahlawan- Pahlawan  dari Sukabumi. Untuk menghormati peristiwa sejarah tersebut, didirikanlah satu Palagan dan Meseum yang menggambarkan kisah pengadangan dan penyerangan TKR dan laskar rakyatpada tanggan 9 Desember 1945 tersebut. Pada tanggal yang bersamaan dijadikan sebagai Hari Siliwangi yang selalu diperingati oleh para TNI di Kodam III Siliwangi. Semoga bermanfaat.

"Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat." -- Bung Hatta 

Referensi:

Dit. PCBM. 2018. Palagan Bojongkokosan, Heroisme di Sukabumi yang Menyulut Lautan Api di Bandung. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Hadi, Abdul. 2021. Sejarah Pertempuran Bojong Kokosan: Penyebab, Kronologi dan Dampak. https://tirto.id/giPK

https://id.wikipedia.org/

#selamatharikemerdekaanke77

#dirgahayuIndonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun