Jika sejarah menjadi guru kebijaksanaan, tokoh sejarahlah yang mengkongkritkan keteladanan. - Najwa Shihab
Sejarah mencatat tentang kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta yang dikenal sebagai sepasang proklamator kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan Indonesia dikibarkan dengan diiringi lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman.
Sejak dibacakannya teks Proklamasi tersebut, Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara yang merdeka dari tangan penjajahan. Sebuah perjalanan sejarah yang penuh semangat nasionalisme dan kepahlawanan tertulis dari seluruh wilayah negara Indonesia. Hampir di seluruh wilayah Nusantara kita mengenal para pahlawan bangsa yang mengorbankan jiwa dan raga mereka demi sebuah kemerdekaan.
Para pahlawan yang memimpin perjuangan rakyat tersebut berjuang untuk menghapuskan penindasan rakyat oleh bangsa-bangsa penjajah. Indonesia dijajah oleh pemerintahan Belanda dan diteruskan oleh penjajahan Jepang. Penjajahan dan penindasan itu sudah memakan korban yang tak terhitung dari rakyat Indonesia. Di Pulau Jawa kita mengenal perlawanan dari beberapa daerah. Pangeran Diponegoro memimpin perlawanan rakyat di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Perlawanan KH. Zainal Mustafa dari Tasikmalaya. Mohammad Toha dari Bandung Selatan. Dari Aceh kita mengenal Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Mutia. Dari Sulawesi ada Sultan Hasanudin dan pejuang-pejuang lainnya.
Salah satu jejak perjuangan rakyat Indonesia saat melawan penjajah terjadi di daerah Bojongkokosan, Kabupaten Sukabumi yang terjadi pada tanggal 9 Desember 1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan dibacakan, perlawanan bangsa Indonesia terus berlanjut demi mempertahankan kemerdekaan tersebut. Berbagai perlawanan terjadi di berbagai daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
 Sejak Jepang kalah pada perang dunia II oleh Sekutu pada tahun 1945, tentara Sekutu datang kembali ke Indonesia dengan tujuan utama, yaitu: melucuti senjata milik Jepang dan membebaskan tentara Jepang yang ditahan di beberapa daerah di Indonesia. Tawanan Jepang tersebut dikenal dengan sebutan Allied Prisoners of War and Intenees (APWI).
 Awalnya kedatangan tentara Sekutu tersebut disambut baik oleh Indonesia karena mereka berjanji tidak akan menyertakan tentara NICA, dan akan mengikutsertakan Tentara Kemanan Rakyat (TKR) dalam proses pelucutan tentara Jepang dan pengiriman bantuan untuk para tahanan (APWI).
Berdasarkan laman Wikipedia, kisah heroik perlawanan rakyat di Bojongkokosan bermula saat satu batalyon tentara NICA, Gurkha dan Inggris akan memasuki wilayah Sukabumi. Tujuan pasukan tersebut  adalah:
- Mengambil tawanan sekutu yang berada di wilayah Sukabumi dan sekitarnya,
- Memberikan bantuan kepada tentara sekutu yang ada di Bandung. Bandung saat itu sedang bergolak karena perlawanan rakyat dan pemuda.
- Menjaga keamanan jalur darat antara Sukabumi, Cianjur, Bandung.
Namun, Sekutu ingkar janji dan membawa tentara NICA dan Gurkha untuk menguasai kembali wilayah Sukabumi umumunya Indonesia dengan pasukan yang besar. Pada saat pemberian bantuan untuk APWI pun mereka tidak melibatkan TKR. Pelanggaran perjanjian yang dibuat bersama oleh kedua pihak itu membuat PM Syahrir mendiskusikan hal tersebut dengan walikota Sukabumi, Syamsudin dan Komandemen Wilayah Jawa Barat.