Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apakah yang Harus Dilakukan Saat Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus?

30 Juli 2022   12:51 Diperbarui: 31 Juli 2022   13:14 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengasuh anak berkebutuhan khusus.| Dok iStockphots/recep-bg via parapuan.co

Anak berkebutuhan khusus akan berkembang potensinya jika mendapat dukungan dari keluarga, sekolah dan lingkungan. Setiap kekurangan mereka, Allah Swt akan memberikan kelebihan.

Saya memandang gadis remaja berseragam putih yang tengah duduk di bangku baris paling depan di salah satu kelas. Dia duduk sendiri karena teman satu bangkunya sedang sakit dan tidak bisa hadir. Hari ini adalah hari ke sepuluh dia bersekolah di SMP Negeri tempat saya bekerja.

Wajahnya sangat manis, menurut ukuran saya. Apalagi saat dia tersenyum. Tingginya standar dan dan tubuhnya ideal. Orang tak akan menyangka jika gadis ini penyandang tuna rungu karena alat bantu dengar yang digunakannya tertutup hijab. Ya... gadis itu sudah berhijab sejak usianya enam tahun.

Nama gadis itu Andina. Dia menggunakan alat bantu dengar sejak usianya dua tahun. Kedua orangtuanya baru mengetahui jika putri kecilnya itu tidak bisa mendengar. 

Awalnya sang ibu merasa khawatir karena tumbuh kembang putrinya tidak sama dengan anak-anak lainnya. Setiap menginginkan sesuatu, putrinya itu selalu menangis. Kosakata yang biasa diucapkannya semakin lama semakin hilang.

Kedua orangtuanya merasa khawatir sehingga mereka membawa putrinya itu ke dokter spesialis anak. Dokter anak menyarankan agar mereka membawa putrinya ke klinik tumbuh kembang anak di RS Hermina.

Saat dokter menyatakan diagnosis awal bahwa putrinya itu kemungkinan mengalami gangguan pendengaran. Dokter menyarankan untuk melakukan tes OAE. Tes OAE (Oto Accoustic Emission) adalah screening pendengaran bayi baru lahir untuk menguji emisi koklea pada anak. Jika hasil tes menyatakan pass, maka anak akan didiagnosis ulang pada usia 1 sampai 3 tahun.

Dari hasil tes OAE Andina, ternyata hasilnya refer. Artinya memang ada gangguan pendengaran yang ada di saraf pendengarannya. Akhirnya dokter THT merekomendasikan untuk melakukan tes BERA (brainstem evoked response audiometry). Mereka dirujuk ke Hearing Center di Bandung untuk melakukan tes tersebut. 

Tes BERA (brainstem evoked response audiometry) adalah pemeriksaan untuk mengukur aktivitas gelombang otak yang merespon nada tertentu. Pemeriksaan ini merupakan metode yang efektif untuk mengukur bagaimana telinga menerima suara dan mengirimkannya ke otak melalui saraf pendengaran.

Berdasarkan hasil tes Bera ternyata Andina memiliki ambang dengar 80db dan 90 db artinya gangguan pendengaran yang dialami Andina tergolong berat dan harus dibantu dengan alat bantu dengar agar Andina bisa memaksimalkan pendengarannya.

Ayah dan Bunda Andina pastinya merasa shock saat itu. Siapa sih orangtua yang mau memiliki anak yang tidak sempurna? Namun, takdir memang sudah menggariskan seperti itu. Putrinya harus mengalami kondisi yang tidak menyenangkan itu. Akhirnya mereka harus menerima kondisi dan takdir yang menimpa anaknya dengan ikhlas. 

Mereka yakin keikhlasan dan kepasrahan kepada takdir Allah Swt akan memberikan kekuatan buat mereka dalam membesarkan putri tersayang. Hal itu pula yang akan memberikan energi positif buat putrinya saat belajar.

Perlu dukungan orangtua saat membimbing ABK. Sumber https://hellosehat.com/
Perlu dukungan orangtua saat membimbing ABK. Sumber https://hellosehat.com/

Akhirnya, mereka memesan sepasang alat bantu dengar buat Andina. Mereka ingin agar Andina dapat belajar maksimal dengan bantuan alat bantu mendengarnya. Untungnya mereka mendeteksi gangguan pendengaran Andina saat dia masih kecil. Mereka dapat mengambil upaya agar Andina bisa mendengar layaknya anak normal lainnya.

Perjuangan keluarga untuk membimbing Andina dimulai. Awalnya sulit sekali memakaikan alat bantu mendengar pada Andina. Beberapa kali Andina melepas alatnya dan berusaha membuangnya. 

Perhatian ekstra harus dilakukan saat memakaikan alat kepada Andina. Takutnya Andina melepas alat tersebut dan melemparnya. Wah... pasti akan rusak karena alat tersebut tidak boleh jatuh atau terkena air.

Dengan sabar kedua orangtua Andina membiasakan putrinya untuk menggunakan alat bantu mendengar. Selain itu Andina mengikuti terapi di klinik tumbuh kembang RS Hermina sebanyak dua kali seminggu. 

Mereka harus meluangkan waktu, tenaga dan dana untuk mengantar Andina terapi wicara. Kesabaran dan keikhlasan adalah kunci utama untuk membimbing anak-anak berkebutuhan khusus,

Selama tiga tahun terapi wicara itu diberikan kepada Andina. Andina sudah mulai lancar berbicara. Peran orangtua dan anggota keluarga sangat mendukung perkembangan bicara Andina. 

Ibunya selalu mengamati cara terapis yang sedang melatih Andina kemudian mempraktikkannya di rumah. Ibunya juga rajin menyiapkan dan membuat berbagai media yang dibutuhkan agar Andina mampu memahami konsep kata dan kalimat. 

Perkembangan Andina sangat pesat. Terapisnya saat itu merasa kagum atas upaya yang dilakukan ibu Andina di rumah sehingga kemampuan berbicara Andina sangat pesat.

Usia lima tahun Andina ikut sekolah PAUD dekat rumah dengan tujuan membina kemampuan sosial dan kepercayaan dirinya. Keluarga mereka sengaja memasukan Andina ke sekolah reguler agar perkembangan Andina akan lebih cepat. 

Usia enam tahun setengah Andina mengikuti pendidikan TK di salah satu sekolah Islam yang menerimanya. Awalnya Andina didaftarkan di TK Negeri, tapi pihak sekolah melalui salah satu guru menolak kehadiran Andina di sekolah tersebut. 

Alasannya tidak ada tenaga pembimbing khusus di sekolah tersebut. Alhamdulillah ada TKIT yang menerima dengan terbuka kehadiran anak-anak spesial ini dan perkembangan kognitif, motorik dan sosialnya dapat tumbuh dengan bantuan guru dan kenyamanan belajar di sekolah tersebut.

Setelah TK, Andina bersekolah di sekolah reguler kembali dengan tujuan kemampuan-kemampuan yang dimiliki Andina berkembang. Memang dari segi akademik Andina tidak memiliki kelebihan, bahkan harus terus dibimbing karena anak yang deaf (tuna rungu, tuli) pasti akan kesulitan memahami sebuah konsep dan harus diajarkan berulang-ulang. 

Enam tahun Andina bersekolah di sekolah reguler. Semua teman, guru dan lembaga sangat membantu pertumbuhannya. Kini dia sudah pandai mengaji, ibadah, berbicara dan bersosialisasi layaknya anak normal lainnya. 

Ucapan dan lafalnya pun normal tanpa terdengar bunyi sengau seperti yang biasa terjadi di anak-anak tuna rungu. Semua upaya itu berkat kegigihan dan kesabaran seluruh anggota keluarga khususnya sang ibu.

Ibu Andina mengikuti komunitas parenting dan rajin membaca artikel yang berkaitan dengan masalah anak tuna rungu. Hal tersebut sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan Andina di rumah.

Kini Andina sudah menjadi siswa SMP Negeri tempat saya bekerja. Sekolah reguler yang harus menrima keberadaan para siswa disabilitas yang mampu bersekolah dan mengikuti prosesnya. Doa dan harapan kedua orangtuanya mulai terlihat meski perjuangan untuk memotivasi Andina masih panjang.

Apa yang harus dilakukan Saat Memiliki ABK?

Apa yang akan dilakukan jika anggota keluarga kita tergolong anak istimewa, anak berkebutuhan khusus? Apakah kita akan menolak dan mengucilkan mereka dari pergaulan sosial karena malu? 

Ataukah kita akan menyalahkan Tuhan karena memberikan anak yang tidak sempurna? Atau sebaliknya menerima takdir dan berupaya untuk memaksimalkan bimbingan kepada mereka? Dari cerita tersebut, dapat diambil kesimpulan jika kita memiliki anak disabilitas. Inilah yang perlu dilakukan:

  • Terima mereka dengan ikhlas dan tumbuhkan kesabaran dalam hati kita saat membimbingnya.
  • Kenali masalah yang dialami oleh anak kita dan ciri-cirinya.
  • Konsultasikan segera ke dokter bila melihat adalah perubahan tingkah laku, kelainan tumbuh kembang pada anak-anak sejak dini. Kemudian lakukan intervensi dini dengan melakukan terapi sesuai dengan kebutuhan anak.
  • Upayakan mengikuti terapi sesuai dengan masalah yang ada pada anak. Terapis akan membantu penanganan masalah itu secara profesional.
  • Tumbuhkan sinergitas pelatihan di tempat terapi dengan di rumah agar anak memiliki progres yang cepat.
  • Kembangkan ilmu saat menangani anak berkebutuhan khusus dengan membaca artikel-artikel yang sesuai dengan masalah anak agar dapat digunakan saat membimbingnya.
  • Libatkan semua anggota keluarga saat memberikan bimbingan kepada anak yang berkebutuhan khusus.
  • Tawakal, tabah dan tak lepas memohon kepada Sang Maha Pnecipta adalah kunci upaya dari orangtua saat memiliki ABK.

Demikianlah selintas pengalaman yang saya dapatkan dari membimbing ABK di sekolah. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun