Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Antologi "Aku dan Anakku" Bagian 1

29 Juli 2022   20:37 Diperbarui: 29 Juli 2022   20:38 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yang terbaik bukan dia yang datang dengan kelebihannya, melainkan dia yang tidak pergi dengan segala kekurangan, tetapi tetap belajar dan berusaha." 

Nasib Diriku
Mukhlis Abdul Kholik

Suatu hari aku duduk merenung seorang diri
Berkaca mengapa aku terlahir berbeda
Aku pun tak tahu
Mengapa diriku jadi begini

Hati bertanya, mengapa nasib menimpa diri ini
Aku merangkak dengan kedua tangan ku ini
Ditemani embun pagi yang selalu menyelimuti
Seakan - akan dia ingin menutupi lara di hati

Aku melihat ke kiri dan ke kanan
Semua orang bersiap - siap untuk berjalan
Dengan menunduk rasa malu
Terpaksa aku bertanya kepada ibu

Oh ibu, ibu yang membesarkan ku
Ibu yang mengurusku
Ibu berjuang untuk aku
Oh ibu, izin kan aku bertanya

Ibu, mengapa aku dilahirkan tak sempurna
Mengapa aku berjalan dengan tangan ini
Sementara teman - temankuberjalan dengan kaki
Ibu, mengapa pembicaraanku kurang dimengerti

Ya Allah, kenapa nasibku jadi begini
Aku bersujud di pangkuan ibu
Oh ibu, mohon jawab pertanyaanku ibu
Kenapa nasib seperti ini menimpa diriku

Oh ibu, aku mohon maaf bila aku salah bertanya
Mohon maaf bila pertanyaan menying perasaan
Kalau ibu tidak mau mengatakan
Hanya sepatah kata saja yang aku harapkan

Petuah Ibu
Mukhlis Abdul Kholik

Ibu mendekap tubuhku dengan kasih
Lembut tangannya membelaiku penuh cinta
Sesaat tak ada kata terucap untukku
diam, sunyi, senyap mengisi ruang hati

Baca juga: Pengorbanan Guru

Hembusan angin terasa sejuk di ubun-ubunku
Ku pandang wajah ibu dalam balutan rindu
Ibu pun menatapku dengan wajah layu
memandang jalan kehidupan ku

Ada duka dan air mata di kelopak matanya
Duka lara tergambar, sedih tiada terkira
Semua terkubur dalam kalbu, sendu
Ujian Sang Maha Pencipta tetap harus diterima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun