Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hijabku karena Allah

8 Juli 2022   12:17 Diperbarui: 8 Juli 2022   12:25 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muslimah. Sumber:https://www.pinhome.id/

Bi Arum akhirnya merapikan pakaian-pakaian yang dipisahkan Prety. Kemudian dia membawanya ke luar.

Setelah Bi Arum keluar kamar, Prety memandangi rinai hujan yang masih turun. Dia senang memandangi hujan. Dari hujan dirinya memiliki banyak pelajaran. Hujan jatuh ke bumi berkali-kali, tetapi dia tak pernah berhenti memberikan ketentraman, kesejukan dan kesuburan kepada bumi, meskipun tahu jatuh itu sangat menyakitkan.

Hal itu yang harus dipelajari Prety. Keputusannya untuk menutup aurat menuai protes dari beberapa pihak, termasuk kedua orang tuanya sendiri. Mereka meminta dirinya untuk mempertimbangkan keputusannya.

"Prety sayang ... Ayah dan Bunda mendukung keputusanmu, tapi kami meminta agar niatmu dikuatkan lagi. Jangan sampai nanti kamu membuka kembali auratmu dan memakai pakaian-pakaian yang tidak syari'i." Ayah berbicara sambil menatap Prety tajam. Saat itu Prety meminta izin kepada orang tuanya untuk memakai hijab.

Prety teringat tausyiah Ustaz Randi, pembina remaja masjid di sekolahnya yang membahas tentang kewajiban menutup aurat.

"Anak-anakku, Ustaz akan menyampaikan tentang kewajiban kaum muslimah untuk menutup aurat. Di dalam Al-Qur'an surat An-Nur ayat 31 disampaikan bahwa kewajiban kaum muslim dan muslimah untuk menutup aurat mereka. Ada perbedaan batas aurat perempuan dan batas aurat laki. Batas aurat laki-laki ialah anggota badan dari pusar sampai lutut, sedang aurat perempuan ialah semua anggota badan kecuali muka dan telapak tangan." Prety menyimak penjelasan Ustaz Randi dengan seksama.

"Apa tujuan seorang muslim dan muslimah itu harus menutup auratnya, Ustaz?" tetiba Hani bertanya dengan suara keras. Seluruh siswa di ruangan tampak terkejut mendengar suara keras Hani karena tadi mereka sedang serius mendengarkan penjelasan Ustaz Randi.

"Hm ... suaramu itu membuat semua orang kaget, Hani," celetuk Fuad tak kalah kerasnya. Kami semua tertawa mendengarnya.

"Begini ... kita menutup aurat dengan benar maka kita termasuk ke dalam orang-orang yang taat dan beriman. Selain itu kita akan nyaman dan tidak mengundang orang lain untuk bersikap tidak sopan kepada kita khususnya kalian yang masih remaja," jelas Ustaz Randi.

"Apa hukumannya bagi wanita yang membuka auratnya, Ustaz?" tanya Fatimah pelan. Prety yakin Fatimah menanyakan hal itu agar teman-teman perempuannya diberi hidayah. Fatimah sendiri sudah berhijab sejak Prety mengenalnya di SMP ini.

"Pertanyaan yang bagus, Fatimah. Dalam surat Al Azhab ayat 59 disebutkan: "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang," jelas Ustaz Randi pelan sambil melihat anak-anak ," Lalu bagaimana jika ada kaum perempuan yang tidak menutup aurat mereka, yang pertama adalah mereka berdosa karena telah melanggar tuntuntan Allah dalam Al-Qur'an. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya itu. Pertama, kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang atau para penguasa yang kejam. Kedua, perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat dan mencenderungkan orang lain kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka ini tidak akan boleh masuk surga, serta tidak dapat akan mencium bau surga, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan demikian hadist riwayat muslim."  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun