Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlukah Aksi Coret-coret Seragam, Konvoi dan "Euforia" Saat Kelulusan Sekolah?

8 Juni 2022   23:02 Diperbarui: 8 Juni 2022   23:20 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa Sd Dan Aksi Coret-Coret.Sumber:Detik.News

Bulan Juni 2022 ini adalah masa-masa yang dinantikan oleh para siswa kelas 6,9 dan 12 karena mereka menunggu pengumuman penting. Pengumuman yang dimaksud adalah kelulusan mereka.

Beberpa siswa selalu merencanakan sesuatu saat pengumuman kelulusan mereka dengan berbagai cara. Ada yang melakukan konvoi kendaraan bermotor sehingga mengganggu ketertiban dan kelancaran pengguna jalan yang lain, atau pun coret-coret baju seragam mereka serta melakukan pesta yang sangat berlebihan. Kebiasaan ini berlangsung terus menerus sehingga menjadi budaya yang dilakukan berulang oleh para pelajar.

Kelulusan adalah salah satu momen yang dianggap penting oleh para siswa di sekolah. Setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan sesuai jenjangnya, wajarlah jika mereka sangat berbahagia saat dinyatakan lulus. Segala pressure yang dialami saat di bangku sekolah sedikit berkurang saat nama mereka dinyatakan lulus. Segala kerja keras yang dilakukan saat mereka bersekolah sesuai di jenjangnya telah terbayar dengan kelulusan tersebut.

Berbagai ekspresi dilakukan oleh mereka. Ada yang melakukan hal-hal positif sebagai ungkapan rasa syukur mereka, misalnya: menggelar doa dan pengajian bersama, membagikan seragam yang layak pakai kepada siswa yang membutuhkan, dan membagikan makanan kepada kaum miskin.

Hal-hal yang dianggap menyimpang pun sering dilakukan oleh beberapa siswa, misalnya dengan konvoi dengan menggunakan motor dan membesarkan knalpot motor, mencoret-coret baju seragam mereka dan melakukan pesta yang berlebihan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perubahan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang berlaku di dalam masyarakat. Aksi coret-coret baju seragam, konvoi, atau pun pesta yang berlebihan itu dianggap kurang baik oleh sebagian kalangan sehingga prilaku coret-coret itu dianggap sebagi prilaku yang menyimpang.

Cat pilox atau spidol adalah senjata utama yang dipakai oleh para siswa untuk melakukan aksi coret-coret tersebut. Coretan-coretan yang tak bermakna mengotori seragam mereka bahkan tidak jarang tembok-tembok milik sekolah dan gedung-gedung lain akan dipakai sebagai kanvas aksi coret-coret mereka. Aksi vandalisem mungkin saja terjadi.

Mengapa aksi coret-coret, konvoi dan euforia  bisa terjadi?

Aksi coret-coret ini biasanya dilakukan oleh anak-anak yang bermasalah di sekolah. Anak-anak tersebut merasa tertekan saat mengikuti proses belajar di sekolah. Mereka harus menaati segala peraturan yang ada. Mereka laksana kuda lepas kendali saat dinyatakan lulus sehingga ekspresi yang mereka lakukan pun kurang baik. 

Saya yakin jika anak-anak yang nyaman berada di sekolah, tidak akan melakukan aksi coret-coret tersebut. Aksi coret-coret baju seragam itu termasuk kegiatan mubazir. Alangkah baiknya jika seragam tersebut diberikan kepada anak yang membutuhkan.

Konvoi kendaraan bermotor pun kerap dilakukan oleh para siswa yang dinyatakan lulus. Parahnya lagi, knalpot motor mereka dibunyikan keras. Tentu saja hal itu mengganggu masyarakat sekitar. Tak jarang aksi konvoi itu berujung dengan tawuran.

Sebenarnya pihak sekolah sudah melakukan berbagai upaya agar aksi coret-coret itu tidak terjadi. Upaya yang dilakukan antara lain: mengundang para orang tua siswa saat mengambil surat kelulusan. Hal itu diharapkan agar para siswa tidak memiliki kesempatan untuk datang ke sekolah. 

Upaya lain adalah dengan memberikan syarat pemberian surat kelakuan baik yang dibutuhkan siswa untuk mendaftar ke jenjang berikutnya. Bagi siswa yang terlibat coret-coret dan konvoi, tidak akan diberi surat pernyataan kelakuan baik tersebut, dan memberikan arahan untuk menyumbangkan baju seragam mereka kepada orang yang membutuhkan.

Sekolah hendaknya menyiapkan media agar anak-anak dapat mengekspresikan kegembiraannya dalam bentuk positif, misalnya menyiapkan kanvas kain panjang untuk para siswa mencoret-coret atau membubuhkan tanda tangan mereka. Selain menjadi media ekspresi, hal tersebut dapat menggugah anak-anak untuk berkreasi.

Jadi banyak cara positif untuk meluapkan kebahagiaan tanpa melakukan aksi coret-coret dan konvoi. Masa depan mereka masih panjang. Kelulusan adalah titik awal proses meraih kesuksesan berikutnya. Kerja sama orang tua angat diperlukan agar tindakan coret-coret dan konvoi tersebut tidak terjadi tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun