"Ma... lihat! Mereka sedang makan bersama. Mengapa aku tidak diajak, ya? Apa masalahnya denganku, ya? Apa mereka membenci aku?" tanya Dania sore tadi sambil memperlihatkan sebuah foto.
Aku melihat foto itu. Dalam foto itu beberapa teman teman Dania sedang makan bersama. Deg! Ada sesuatu yang menyayat hatiku. Aku dapat merasakan kekecewaan Dania. Namun, aku harus bisa menguatkannya.
"Ya, sudah. Kamu tidak diajak oleh teman-temanmu juga tidak apa-apa. Toh masih banyak teman-temanmu yang lain yang masih peduli padamu." Aku menasehati Dania agar tidak terlalu kecewa.
Aku tahu anakku tidak boleh menjadi anak yang cengeng. Dia tidak boleh kecewa hanya karena hal- hal kecil. Aku yakin dia mampu menjadi anak yang tabah dan kuat.
Percayalah, anakku. Kelak Allah SWT akan memberikan kesuksesan untukmu. Terbanglah dengan sayap-sayapmu ke tempat tertinggi yang mampu kau tempuh. Allah SWT akan meridhoi setiap langkah hidupmu. Biarlah kamu berbeda tapi jadikan perbedaanmu itu kekuatanmu.
Aku kembali membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Dan malam mulai merayap menuju pagi. Esok kau sambut mentari dengan semangat dan asa yang berlimpah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H