Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memori Imlek yang Penuh Nuansa Bhineka Tunggal Ika

1 Februari 2022   20:50 Diperbarui: 1 Februari 2022   23:29 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Tahun Baru. Sumber: suara.com

Setiap Imlek aku selalu teringat dengan kehidupan masa kecil ku. Aku terlahir di sebuah gang kecil di pesisir utara kota Cirebon, tepatnya di gang Bakti, Kecamatan  Kesunean, Kota Cirebon.

Keluarga kami tinggal di rumah peninggalan kakek. Kakek adalah seorang amtenar pada awal Indonesia merdeka, tahun 1950-an. Konon kabarnya beliau juga bersahabat dengan para tuan Belanda. Kakek memiliki sebidang tanah yang kemudian didirikan beberapa rumah kontrakan. 

Sejak kakek meninggal tahun 1960, rumah -rumah itu dikelola oleh nenek yang kemudian memberikan salah satu rumahnya untuk didiami keluarga kami..

Rumah kontrakan nenek ada  tujuh rumah yang semuanya dihuni oleh keluarga keturunan Tionghoa. Aku tidak tahu dari belahan mana mereka berasal. Yang jelas secara fisik mereka berbeda dengan penduduk pribumi. Mereka bermata sipit dan berkulit putih. 

 Selain rumah kontrakan nenek, ada beberapa rumah lagi yang dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Mereka memang penduduk minoritas di daerah itu, tetapi kerukunan hidup di antara warga sangat kental terasa. 

Mayoritas penduduk di gang tersebut adalah muslim. Ada sebuah mesjid milik sesepuh dan madrasah di gang itu. Setiap hari kami hidup rukun dan saling menghargai. 

Tak pernah ada gesekan di antara warganya. Ketika kami sedang beribadah , mereka tak pernah mengganggu. Saat kami sedang memperingati hari raya Idul Fitri, kerap mereka memberi kue-kue kepada warga. 

Kebetulan ayahku menjabat sebagai Ketua RW saat itu. Setiap Imlek datang, kami kebanjiran kue keranjang dan buah Sweet Mandarin Sunpride. Konon kue keranjang dan jeruk itu memiliki makna filosofi bagi mereka. 

Menurut  Nakita.grid.id, jeruk dalam bahasa Mandarin berarti  gan ju atau gan jie. 'Emas' dan 'Jeruk' dalam Bahasa Mandarin memiliki kemiripan sehingga terdengar hampir sama saat diucapkan. Jeruk mandarin memberikan harapan agar bisa menghantarkan rezeki. 

Biasanya jeruk Mandarin yang diberikan itu yang berkualitas baik dan di pasarkan oleh perushaan Sunpride yang memiliki satu-satunya pemegang sertifikat GAP yang dimiliki oleh perusahaan ini, 

Kue keranjang memiliki makna persatuan karena tekstur  kue tersebut  lengket dan melekat. Rasa manis yang dimiliki oleh kue ini juga merupakan simbol  keharmonisan dalam keluarga maupun dalam hidup bermasyarakat.

Aku mempunyai sahabat bernama Bunga, Yuli, Mei-Mei, Lani,  yang semuanya kupanggil Cici dan Acong, Huan Zhu    kupanggil koko. Mereka semua baik dan mau berbaur dengan para penduduk. Kami saling membantu begitu juga dengan para orang tua mereka.

Aku selalu senang jika datang Tahun Baru Imlek karena kami, anak-anak yang tinggal di gang tersebut mendapat angpau juga.

Pertunjukan Barongsai sangat kami tunggu setiap Tahun Baru Imlek ini. Gang itu dimeriahkan oleh pertunjukan Barongsai . Atraksi mereka membuat kami terpukau. 

Seluruh warga membantu persiapan pertunjukan Barongsai tersebut. Kebahagiaan tidak hanya milik warga ketuturnan Tionghoa, tetapi seluruh warga.

Kini, empat puluh lima tahun aku meninggalkan tempat yang penuh kenangan itu. Entah bagaimana kabar sahabat-sahabat kecilku itu. Semoga keharmonisan akan tetap tercipta di sana. Selamat Tahun Baru buat sahabat-sahabat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun