Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

5 Tips Mendidik Anak Deaf

11 Desember 2021   14:27 Diperbarui: 14 Desember 2021   15:53 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendidik Anak Tulis. Sumber: www.orami.co.id

Tidak ada satu pun orang tua yang mengharapkan anaknya memiliki kekurangan. Namun takdir tidak pernah kita ketahui. Apa yang akan terjadi saat kita dikaruniai anak yang tidak sempurna. Dunia seakan runtuh. Penolakan akan ada di hati kita. Kita bertanya mengapa harus anak kita yang mengalami hal tersebut? Mengapa anak kita bisa memiliki hambatan tumbuh kembang? Kita berpikiran jika Tuhan tidak adil pada anak kita.

Hal tersebut yang dialami oleh seorang ibu. Sebut saja nama si ibu itu Tias. Awalnya wajar jika orang tua beranggapan seperti itu, tetapi hal tersebut tidak boleh berlarut-larut. Menurut Tias, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang ibu saat melahirkan anaknya.

Pertama, cek segala kelengkapan jasmani yang ada dalam tubuh bayi. Secara kasat mata kita bisa melihat tangan, kaki, telinga, mulut dan organ tubuh yang terlihat langsung. 

Namun tidak semua organ tubuh dapat kita periksa secara langsung, seperti organ pendengaran. Lakukan tes OAE (Oto Acoustic Emission) yang dilakukan pada bayi yang baru lahir untuk melakukan deteksi dini (screening) khususnya bagi bayi yang berisiko gangguan pendengaran.

Penyebab gangguan pendengaran pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu si bu saat hamil terkena virus TORCH (virus toxoplasma, rubella, cyto meagalo virus, herpes simplex). Penyebab lain adalah si ibu saat hamil meminum obat yang salah sehingga mempengaruhi pendengaran.

Ibu Tias sendiri tidak tahu apa penyebab anaknya mengalami tuli sejak lahir. Dia pun tidak mengecek anaknya saat baru lahir. Bu Tias baru mengetahui jika anaknya memiliki masalah pendengaran saat usia 2 tahun.

Pada saat itu Bu Tias mencermati tumbuh kembang putri kecilnya itu tidak sesuai dengan tumbuh kembang seharusnya. Sesuai dengan artikel yang dia baca, anak usia dua tahun harus menguasai sedikitnya 50 kata, mengulang kata-kata yang di dengarnya, mengucapkan kalimat yang pendek dan sederhana, mengikuti petunjuk sederhana, mengulang kata-kata yang didengar dalam percakapan, mengetahui nama orang tua, saudara atau anggota keluarga lain.

Kemampuan- kemampuan dasar itu tidak dimiliki oleh putri ibu Tias. Kemudian dia mencari tahu apa solusi yang harus dilakukannya melihat gejala putri kecilnya itu lambat tumbuh kembangnya.

Kedua, Jangan segan berkonsultasi dengan ahli jika melihat tumbuh kembang anak lambat.

Saat bu Tias mengetahui keterlambatan yang dialami putrinya, dia langsung berbicara dengan suaminya. Dia mengajak suaminya untuk memeriksakan putrinya itu ke klinik tumbuh kembang anak. 

Awalnya suami bu Tias menolak karena merasa putrinya itu memang belum waktunya saja memiliki kemampuan berbicara. Namun bu Tias memaksa suaminya untuk mengantarkannya ke klinik tumbuh kembang anak.

Di klinik tersebut, putri bu Tias diobservasi oleh dua orang dokter, yakni dokter anak dan dokter rekam medik. Setelah observasi putri bu Tias dirujuk ke dokter THT untuk diperiksa dan tes OAE. 

Sulit sekali menyuruh putrinya  tidur agar hasil tes OAE-nya valid. Setelah hasil tes OAE keluar, dokter THT mendiagnosa bahwa putri bu Tias mengalami gangguan pendengaran sejak lahir.

Saat itu ibu Tias merasa kaget dan lemas seluruh tubuhnya. Dokter menguatkan bu Tias agar menerima semua kenyataan dan mulai mencari cara untuk mengubah pola didik putrinya. Dokter juga memotivasi bu Tias bahwa banyak anak yang deaf bisa mencapai kesuksesan.

Untuk meyakinkan kondisi putri bu Tias, dokter merujuk ke Hearing Center Bandung agar putrinya itu mengikuti tes Bera. Tes Bera di Hearing Center tersebut. Tes Bera berguna untuk mendiagnosis masalah sistem saraf dan gangguan pendengaran (terutama pada bayi baru lahir dan anak-anak), menemukan seberapa baik sistem saraf bekerja, memeriksa kemampuan pendengaran orang yang tidak lolos tes pendengaran lain.

Mendidik Anak Tulis. Sumber: www.orami.co.id
Mendidik Anak Tulis. Sumber: www.orami.co.id

Dari tes bera ini diketahui bahwa ambang dengar telinga kanannya 80 dB dan telinga kiri 70 dB. Untuk memaksimalkan sisa pendengaran, dokter menyarankan untuk menggunakan alat bantu mendengar.

Saat salah satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka. Hanya seringkali kita terpaku begitu lama pada pintu yang tertutup sehingga tak melihat yang telah terbuka untuk kita. (Hellen Keller)

Pola Didik Anak Deaf

Awalnya benar-benar menyakitkan kala putri kecilnya dinyatakan memiliki masalah pendengaran. Suaminya melarang Bu Tias menceritakan masalah ini kepada orang lain. Entah apa alasan jika bu Tias harus menutupi tentang kekurangan putrinya. Mereka tidak perlu malu jika putri kecilnya memiliki kekurangan. Orang tua hendaknya bangkit dari keterpurukan kemudian menerima kondisi anak dengan ikhlas. Setelah itu carilah solusi agar anak dapat berkembang dengan lebih baik lagi.

  • Berikan terapi yang sesuai dengan masalah

Bu Tias kemudian mendaftarkan putrinya ke terapi wicara agar dia dapat memaksimalkan sisa pendengarannya. Awal terapi putri kecilnya selalu menangis histeris apalagi di kedua telinganya terpasang alat bantu dengar. Dia memaksakan hatinya dan membiarkan putrinya bersama terapis. Bu Tias kerap menyembunyikan air matanya saat mendengar anaknya menangis. Saat terapi, si anak memang tidak boleh didampingi oleh orang tuanya agar mandiri dan fokus.

Putri bu Tias mengikuti terapi dua kali seminggu. Otomatis mereka harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan mengantar terpai. Setelah dua bulan mengikuti terapi putri kecil bu Tias sudah mulai nyaman. Sesekali bu Tias bisa melihat cara terapis mengajar putrinya memahami konsep dan mengucapkan kata.

Kemudian bu Tias melakukan apa yang dilakukan oleh terapis. Dia malah menciptakan metode belajar sendiri yang menyenangkan dengan media-media belajar yang diciptakannya. Progres putri kecilnya sangat cepat. Hal itu dikatakan oleh terapisnya jika kosa kata yang dikuasai putrinya sudah sangat banyak.

  • Tumbuhkan kompetensi sosialnya dengan memberikan kesempatan bergaul dengan banyak orang

Untuk menumbuhkan kompetensi sosialnya bu Tias memasukkan putrinya ke PAUD yang berada di dekat rumahnya. Jadi anak bawang begitu bu Tias menyebutnya. Tujuannya agar putrinya memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi orang lain. 

Dia belajar berkomunikasi dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Awalnya dia sering sakit hati kala melihat putrinya sering diejek. Namun dia tidak membela putrinya. Dia mengharapkan agar putrinya memiliki mental yang kuat dan tidak baperan.

Semakin banyak waktu yang digunakan untuk berkomunikasi akan  menumbuhkan kepercayaan diri anak dan menambahkan kemampuan anak berbicara dan memahami suatu konsep.

  • Carikan sekolah inklusi agar anak dapat bersosialisasi dengan dunia luar.

Dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Melalui peraturan ini Kemendikbud mewajibkan agar setiap kepala daerah Kabupaten dan Kota menetapkan minimal 1 SD dan 1 SMP di daerah tersebut yang harus menerima apabila ada orang tua yang mendaftarkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus untuk bersekolah di sekolah tersebut. Hal tersebutlah yang memberanikan Bu Tias untuk mendaftarkan diri putrinya ke sekolah umum. 

Tentu saja dia harus mengonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter dan psikolog yang biasa menanganinya. Alhamdulillah ada satu TKIT yang menerima keberadaannya. Di sekolah tersebut putri bu Tias memiliki progres yang pesat. Dia bisa berkomunikasi dengan teman-teman, guru dan yang lainnya dengan lancar.

Saat dia menginjak usia SD (ia disekolahkan SD saat usia tujuh tahun setengah karena kelahiran pada bulan bulan Januari) sekolah, bu Tias memasukkan putrinya ke sekolah umum juga. 

Kini dia sudah bersekolah di kelas enam SD dan tumbuh seperti anak normal lainnya. Dia sudah pandai membaca, mengaji dan pandai bercerita tentang pengalamannya kepada bu Tias. Yang hanya membedakan adalah penggunaan alat bantu mendengar di kedua telinganya.

  • Jangan segan membelikan alat bantu dengar untuk anak deaf

Untuk membantu pendengaran bagi anak-anak deaf adalah dengan menggunakan alat bantu dengar. Alat bantu dengar ini memaksimalkan sisa pendengaran yang ada. Tentu saja hal tersebut harus dikosultasikan dengan dokter. Pilihlah alat bantu mendengar sesuai dengan yang direkomendasikan dokter.

  • Perlakukan sama dengan anak normal lainnya

Hal yang paling penting juga adalah memperlakukan anak deaf sama dengan anak-anak normal lainnya. Orang tua tidak perlu memanjakan karena anaknya memiliki kekurangan. 

Pendidikan karakter yang diberikan dengan tepat akan menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian pada anak deaf. Sehingga mereka dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada kepada orang tuanya atau kepada orang lain.

Pengalaman bu Tias ini bisa kita jadikan pembelajaran buat orang tua yang memiliki anak deaf. Dengan bimbingan, pendidikan dan penanganan yang tepat, mereka akan memiliki perkembangan yang baik. Anak-anak deaf pun memiliki hak untuk hidup normal seperti anak- anak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun