Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

5 Tips Mendidik Anak Deaf

11 Desember 2021   14:27 Diperbarui: 14 Desember 2021   15:53 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dengan anak tuli. Sumber: istockphoto.com/Fizkes

Untuk menumbuhkan kompetensi sosialnya bu Tias memasukkan putrinya ke PAUD yang berada di dekat rumahnya. Jadi anak bawang begitu bu Tias menyebutnya. Tujuannya agar putrinya memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi orang lain. 

Dia belajar berkomunikasi dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Awalnya dia sering sakit hati kala melihat putrinya sering diejek. Namun dia tidak membela putrinya. Dia mengharapkan agar putrinya memiliki mental yang kuat dan tidak baperan.

Semakin banyak waktu yang digunakan untuk berkomunikasi akan  menumbuhkan kepercayaan diri anak dan menambahkan kemampuan anak berbicara dan memahami suatu konsep.

  • Carikan sekolah inklusi agar anak dapat bersosialisasi dengan dunia luar.

Dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Melalui peraturan ini Kemendikbud mewajibkan agar setiap kepala daerah Kabupaten dan Kota menetapkan minimal 1 SD dan 1 SMP di daerah tersebut yang harus menerima apabila ada orang tua yang mendaftarkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus untuk bersekolah di sekolah tersebut. Hal tersebutlah yang memberanikan Bu Tias untuk mendaftarkan diri putrinya ke sekolah umum. 

Tentu saja dia harus mengonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter dan psikolog yang biasa menanganinya. Alhamdulillah ada satu TKIT yang menerima keberadaannya. Di sekolah tersebut putri bu Tias memiliki progres yang pesat. Dia bisa berkomunikasi dengan teman-teman, guru dan yang lainnya dengan lancar.

Saat dia menginjak usia SD (ia disekolahkan SD saat usia tujuh tahun setengah karena kelahiran pada bulan bulan Januari) sekolah, bu Tias memasukkan putrinya ke sekolah umum juga. 

Kini dia sudah bersekolah di kelas enam SD dan tumbuh seperti anak normal lainnya. Dia sudah pandai membaca, mengaji dan pandai bercerita tentang pengalamannya kepada bu Tias. Yang hanya membedakan adalah penggunaan alat bantu mendengar di kedua telinganya.

  • Jangan segan membelikan alat bantu dengar untuk anak deaf

Untuk membantu pendengaran bagi anak-anak deaf adalah dengan menggunakan alat bantu dengar. Alat bantu dengar ini memaksimalkan sisa pendengaran yang ada. Tentu saja hal tersebut harus dikosultasikan dengan dokter. Pilihlah alat bantu mendengar sesuai dengan yang direkomendasikan dokter.

  • Perlakukan sama dengan anak normal lainnya

Hal yang paling penting juga adalah memperlakukan anak deaf sama dengan anak-anak normal lainnya. Orang tua tidak perlu memanjakan karena anaknya memiliki kekurangan. 

Pendidikan karakter yang diberikan dengan tepat akan menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian pada anak deaf. Sehingga mereka dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada kepada orang tuanya atau kepada orang lain.

Pengalaman bu Tias ini bisa kita jadikan pembelajaran buat orang tua yang memiliki anak deaf. Dengan bimbingan, pendidikan dan penanganan yang tepat, mereka akan memiliki perkembangan yang baik. Anak-anak deaf pun memiliki hak untuk hidup normal seperti anak- anak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun