Aku hampir tak dapat bertahan karena sudah mengeluarkan darah banyak sedangkan bayi belum bisa keluar. Akhirnya aku dibawa ke rumah sakit daerah di kota. Karena bayi terlalu besar,dokter mengambil tindakan vacum. Alhamdulillah, Bima lahir tanpa tindakan operasi. Kebahagiaan kami lengkap sudah . Aku sempat kaget juga saat bayi kecilku disimpan di perutku. Sebuah keajaiban besar bagiku meski aku melihat kepala anakku seperti kepala lele. Alhamdulillahi di desaku ada seorang paraji yang bisa memperbaiki bentuk kepala anakku seperti biasa lagi.
" Maaf, Bu. Tujuan ibu kemana? " tanya supir taksi membuyarkan lamunan ku. O, ya aku tadi belum memberitahu kemana tujuanku. Aku jadi tersenyum malu.
"Ke Supermall ya, Pak," jawabku menahan malu.
Mobil melaju pelan menuju Supermall. Aku mampir sekalian membeli beberapa kebutuhan dapur yang habis. Aku melihat banyak orang yang berlalu lalang di pertokoan. Mungkin karena awal bulan, tidak hanya toko sembako saja yang ramai, tap juga toko pakaian dan toko perhiasan pun penuh didatangi pembeli.
Aku turun tepat di pintu masuk supermall. Setelah membayar taksi, aku segera melenggang ke arah toko sembako. Sebelum membeli beberapa kebutuhan dapur, aku mampir untuk membeli minuman di salah satu cafe dekat pintu masuk. Aku memesan jus mangga tanpa gula kesukaanku. Beberapa  pengunjung  masuk dan membawa anak-anak. Aku melihat seorang anak perempuan lucu. Rambutnya berkepang  dua. Aku mengira umurnya mungkin sekitar lima tahunan.
"Hm...mungkin seumur dengan Nadia," desah ku dalam hati. Aku memandang gadis kecil itu sambil mengingat Nadia.
Nadia lahir dengan tindakan operasi Caesar. Waktu itu usia kandungan ku sudah hampir sepuluh bulan. Aku ingat waktu itu hari Jumat. Aku pergi ke dokter Andrian, dokter kandungan yang biasa memeriksa ku. Suamiku ikut mengantar  saat itu.
"Usia kehamilan ibu sudah 39 minggu. Jika bayi tidak segera lahir, khawatir akan lemas karena kekurangan oksigen," jelas dokter Andrian sambil memperlihatkan layar USG kepada kami.
"Apa yang harus kami lakukan, Dok?" tanyaku tak mengerti.
"Ibu lebih baik menginap di sini ya. Nanti akan saya berikan induksi untuk merangsang agar kontraksi," jelas dokter Andrian.
Aku dan suamiku setuju. Dokter menyuruh aku kembali sore nanti. Akhirnya aku dirawat inap di klinik milik dokter Andrian. Dokter memberi ku pil perangsang  untuk membantu kelahiran ku. Namun hingga malam tiba rasa mulas itu tak kunjung datang.