Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Yang Penting Nyaman dan Bahagia, Teruslah Berkarya

21 Agustus 2021   17:53 Diperbarui: 21 Agustus 2021   20:48 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:pixabay.com

Artikel ini mungkin sederhana dan recehan. Judulnya mengutip dari larik puisi pupuhu Inspirasiana pak Katedrarajawen, mohon izin ya pak, karena memang demikian yang saya kerjakan selama ini.  Saya hanya ingin memberikan gambaran bagaimana proses saya dalam menulis khususnya di blog Kompasiana ini.

Gambaran tentang motivasi dan niat saya bergabung dengan salah satu komunitas menulis ini. Saya mengatakan sebagai salah satu komunitas karena nyatanya saya juga bergabung dengan beberapa komunitas menulis di luar sana. Dan nyatanya saya masih belum bisa mahir menulis meskipun sudah berguru ke berbagai suhu menulis.

Menulis Sebagai Sebuah Kebutuhan

Kegiatan menulis merupakan sebuah kebutuhan bagi saya. Mengapa demikian? Profesi saya menuntut agar saya memiliki kemampuan menulis. Saya merasa malu jika memotivasi anak didik saya untuk menulis sedangkan saya sendiri tidak mampu menulis. 

Paling tidak saya harus bisa membuat program kerja sendiri dan tidak hanya copas dari orang lain. Saya membutuhkan kemampuan menulis tersebut. Dengan demikian saya pun harus terus belajar dari berbagai sumber agar kualitas tulisan saya semakin meningkat. 

Dan nyatanya saya selalu merasa belum memiliki kemampuan menulis dengan kualitas yang baik. Dan saya harus bertekad untuk terus belajar.

Awalnya saya senang menulis dengan genre fiksi. Cerpen, puisi, pantun bahkan novel pun pernah saya buat. Karya-karya saya itu masih menjadi koleksi pribadi yang memenuhi file laptop saya. 

Mengapa demikian? Saya belum memiliki kepercayaan diri untuk memublikasikana ke media massa selain majalah dinding sekolah yang saya kelola bersama anak-anak.

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Memang Sulit

Kepercayaan diri seseorang memang perlu dihadirkan agar berani melangkah dan sukses. Demikian pula kepercayaan diri saya yang masih tersembunyi. 

Setiap kali akan menerbitkan tulisan, saya merasa ragu dan selalu bertanya:" Apa respon dari orang-orang yang membaca tulisan-tulisan saya?'

Saat kuliah dulu beberapa tulisan saya pernah dimuat di media massa. Seharusnya itu menjadi motivasi sendiri agar saya berani memublikasikan tulisan-tulisan saya. Namun entah keberanian itu terkubur dalam. Saya hanya berani menuliskan setiap karya hanya untuk koleksi pribadi.

Pada tahun 2017, saya diutus oleh instansi saya untuk mengikuti pelatihan penggerak literasi di Bandung Jawa Barat. Saya bergabung dengan orang-orang hebat yang memiliki kemampuan literasi yang mumpuni baik literasi baca tulis, dan literasi digitalnya. 

Saat itu pula semangat dan keberanian saya mulai muncul. Mereka saja mampu membuat tulisan yang baik dan memublikasikannya. Saya pun harus bisa. 

Sejak saat itu saya mulai berani dan percaya diri pada kemampuan yang saya miliki. Ada rasa sesal sedikit karena saya tidak bergabung dengan komunitas-komunitas yang tersebar di berbagai organisasi.

Kemauan Belajar Adalah Kunci Utama 

Kemauan yang besar dan keinginan untuk maju adalah kunci utama untuk mengubah kemampuan diri. Begitu juga yang saya lakukan. Berbagai komunitas menulis saya masuki. 

Mereka memberikan ilmu yang harus saya serap agar bisa memperbaiki kualitas tulisan saya. Saya tidak melihat apakah ilmu menulis itu berasal dari anak muda yang usianya di bawah saya. 

Saya menyerap energi positif yang mereka miliki. Di usia saya yang sudah setengah abad lebih ini, semangat belajar itu tak pernah meluntur bahkan mungkin semakin menggila.

Keberanian Bergabung Di Kompasiana.Com

Saya bergabung di Kompasiana mulai bulan Oktober tahun lalu. Awalnya saya ragu apakah tulisan saya akan diterima dengan baik oleh para pembaca. Awalnya saya belum mengirimkan tulisan. 

Saya masih mengamati dan membaca kebijakan dari admin di blog ini. Pertama kali saya mengirimkan tulisan dengan perasaan deg-degan. 

Apakah tulisan itu akan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Namun seiring waktu, saya tidak lagi mempedulikan tingkat keterbacaan atau predikat-predikat yang akan diberikan kepada para kompasianer.

Prinsip saya adalah saya menulis dan tulisan saya itu insyaallah akan memberikan manfaat kepada orang lain. Saya tetap harus belajar hingga suatu saat bisa menghasilkan tulisan yang berkualitas. 

Saya menganggap di Kompasiana ini tempat saya menuangkan ide-ide tulisan saya.   Jujur ada terbersit rasa bangga saat beberapa tulisan saya mendapat predikat HL. Saya yakin itu adalah bentuk apresiasi dari admin kepada usaha saya untuk menghasilkan tulisan yang baik.

Perlunya Menjaga Kosistensi Menulis

Menjaga kosistensi menulis itu memang agak sulit. Hal itu berkaitan dengan mood seseorang. Kesibukan dan berbagai masalah yang timbul akan menjadi penghalang buat kita konsisten menulis. 

Begitu juga yang terjadi pada saya. Untuk menumbuhkan kembali mood menulis, saya membaca beberapa artikel dari sahabat-sahabat saya di Inspirasiana. Dari merekalah saya juga menimba ilmu. 

Artikel ini adalah artikel ke seratus yang saya buat khusus buat Kompasiana. Usia tidak pula menghalangi seseorang untuk menulis. Banyak para kompasianer yang memiliki usia di atas saya dan mereka tetap konsisten menulis. 

Hormat dan salut saya untuk Opa Tjiptadinata dan Bunda Roselina yang juga menjadi salah satu inspirasi saya. Tulisan-tulisan mereka memberikan motivasi tersendiri buat saya.

Yang penting nyaman dan bahagia. 

Kalimat yang sangat menginspirasi saya untuk tetap menulis. Kalimat yang  mengajarkan saya agar tidak terbebani embel-embel predikat dari tulisan yang saya buat. 

Saya pernah bertanya kepada teman yang sudah menjadi penulis cara mudah untuk menjadi penulis adlah menulis, menulis dan menulis. 

Asal setiap ide dapat kita tuangkan menjadi tulisan, itulah saat yang membuatnya puas dan bahagia. Dia tidak mempedulikan apakah tulisannya banyak yang membaca atau tidak. 

Pemikiran itulah yang membuat saya mengambil keputusan untuk tetap menulis. Berikanlah jejak hidup kita melalui tulisan-tulisan. semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun