Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menapak Jejak Sejarah di Rest Area 260 Banjaratma Brebes

4 Juli 2021   20:29 Diperbarui: 5 Juli 2021   15:39 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir Juni lalu saya dan keluarga pulang dari daerah Jawa Tengah. Kami sengaja melewati jalan trans Jawa karena lebih cepat dibandingkan dengan jalan arteri biasa meskipun untuk itu harus menyiapkan kocek lebih buat tarif jalan tol. Semua orang yang melewati jalan trans Jawa pasti pernah mengalami apa yang saya lakukan yakni berhenti di rest area yang sangat unik.

 Ketika kita pulang setelah melakukan perjalanan lewat tol trans Jawa, kita akan menemukan satu tempat istirahat yang cukup unik. Tempat istirahat itu berada di KM 260B wilayah Banjaratma Pemalang Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

Tempat istirahat ini unik karena memiliki bangunan yang tetap dipertahankan keaslian tempat itu dan beberapa mengalami renovasi sesuai kebutuhan sebuah res area. Jadi selain sebagai tempat istirahat, tempat ini juga layak dipakai untuk berswafoto. Ya, tempat istirahat awalnya adalah pabrik gula yang berubah fungsi.

Tidak hanya pabrik gula Banjaratma saja yang berubah fungsi. Beberapa pabrik gula di beberapa daerah Jawa mengalami hal yang sama, contoh: pabrik gula di Klaten yang kini sudah berubah menjadi museum gula. Ayo kita intip sejarah pabrik gula ini.

Sejarah pabrik gula di Jawa

Gedung Utama Rest Area. Sumber;dok pribadi
Gedung Utama Rest Area. Sumber;dok pribadi
Pabrik gula Banjaratama ini berdiri pada tahun 1908 oleh N.V. Cultuurmaatschappij (perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam). Indonesia yang dijajah Belanda menjadi sasaran empuk untuk dikeruk kekayaan alamnya termasuk tanaman tebu. Para petani tebu disuruh menyetorkan hasil panennya kepada pabrik-pabrik mereka dengan harga yang sangat murah. Setelah pabrik gula mengolah tebu menjadi bahan jadi berbentuk gula, nilai jual akan meningkat beberapa kali lipat. Hal itu tentu saja sangat menguntungkan Belanda.

Pada tahun 1925 ada 205 pabrik gula yang beroperasi di Jawa dengan menghasilkan komoditi gula yang sangat berharga pada waktu itu.

Namun sayang seiring dengan waktu dan tingginya biaya operasional banyak pabrik gula yang gulung tikar dan meninggalkan banyak peninggalan sejarah yang menjadi saksi revolusi industri di Indonesia.

Saya masih ingat sekitar tahun 1982-an, masih sering melihat kereta-kereta barang yang mengakut tebu dari daerah Cirebon ke arah Jatibarang Sindanglaut. Pada waktu itu memang masih ada pabrik gula yang beroperasi di sana. dan konon pabrik gula Jatibarang ini adalah pabrik gula terbesar di wilayah Pantura. Namun pabrik ini akhirnya terpaksa gulung tikar karena tidak sanggup membiayai operasional dan pasokan petani tebu yang semakin menipis.

Pabrik-pabrik gula itu menjadi saksi dari perjalanan sejarah Indonesia karena berdiri sejak zaman pemerintahan Belanda. Hal itu yang membuat pemerintah daerah membuat kebijoakan baru, beberapa pabrik gula dialihfungsikan menjadi obyek cagar budaya dengan harapan para generasi muda dapat mengetahui perjalanan sejarah bangsa Indonesia melalui aset pabrik gula ini.

Beberapa pabrik gula yang mengalami alih fungsi antara lain: pabrik gula Banjaratama yang berubah menjadi rest area di tol trans Jawa, pabrik gula Colomadu berubah menjadi museum gula, pabrik gula Jatibarang sedang diproses untuk menjadi museum uap Indonesia.

Dengan berubah fungsi menjadi cagar budaya(heritage) ini diharapkan jejak-jejak sejarah tidak akan punah.

Sejarah Rest area 260B Banjaratama

PG Banjaratma dihentikan operasinya pada 1998 setelah melakukan produksi terakhir pada tahun 1997. Saat itu, Banjaratma ditutup bersamaan dengan empat PG lain di bawah PTPN IX, yakni PG Kalibagor di Banyumas, PG Colomadu di Karanganyar, PG Cepiring di Kendal, dan PG Ceper Baru di Klaten.

Selama 20 tahun, kompleks pabrik itu dibiarkan terbengkalai dan baru pada Mei 2018, Kementerian BUMN memerintahkan PT PP Properti untuk merevitalisasi kawasan pabrik gula itu menjadi salah satu rest area di ruas Tol Trans-Jawa.

Pabrik gula ini berdiri di atas lahan 10,6 hektar dan memiliki luas bangunan utama 1,4 hektar. Di dalam bangunan utama inilah terdapat berbagai macam makanan khas daerah Brebes juga makanan modern.

 Keunikan lain gedung-gedung yang sudah menjadi puing-puing atau setengah hancur dibiarkan dan menjadi spot unik untuk berswafoto. Mungkin ada beberapa pasangan yang sudah menjadikan bangunan-bangunan tua ini sebagai lokasi pra-wedding mereka.

Di bagian luar terdapat lokomotif uap yang sengaja dipajang, sisa tungku pembakaran dan sisa pabrik menjadi spot yang menarik untuk dilihat agar para pengunjung di rest area tersebut dapat mengetahui alat -alat  yang pernah dipakai  pada masa itu..

Jadi bila anda pulang ari Jawa Tengah silakan mampir ke rest area ini untuk menikmati keindahannya.

Sumber informasi :

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng

http;//kompas.com

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dok. pribadi
Dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun