Kegemaran saya membaca tumbuh karena mama. Ya mama yang notabenenya seorang guru SD sengaja berlangganan majalah Bobo. Hal itu bertujuan agar saya senang membaca.Â
Sejak usia 3 tahun, waktu itu tahun 73-an, mama sudah memberi saya buku Bobo. Mama selalu mengajak untuk mendengarkan cerita dari majalah bobo itu. Ada kisah Bobo dan keluarga kelinci lainnya.
Ada cerita rongrong dan Bona gajah kecil berbelalai panjang, ada kisah Oki dan Nirmala. Mama juga mengajarkan saya membaca sejak kecil. Konon katanya saya sudah bisa membaca sebuah buku saat berusia lima tahun.
Sejak saya bisa membaca, mama memberi banyak buku untuk dibaca. Kisah Srigala dan kerudung merah, kisah Cinderela dan beberapa cerita karya H.C.Andersen menjadi bahan bacaan saya selanjutnya. Meskipun buku-buku pada zaman itu tidak sebagus buku-buku anak sekarang, masih banyak anak-anak yang gemar membaca..
Zaman dahulu buku-buku cerita anak jarang yang bergambar. Kalau pun bergambar, warnanya tidak semarak seperti buku-buku anak zaman sekarang.
Kegemaran saya membaca terus berlanjut. Dan semua itu berpengaruh pada kemampuan belajar . Saya lebih senang pada pelajaran bahasa daripada pelajaran berhitung. Namun mama tak mempermasalahkan hal tersebut. Mungkin dia percaya kalau setiap anak mempunyai kemampuan masing-masing.
Selain membaca, saya juga memiliki hobi menulis khususnya menulis puisi dan cerita. Mungkin kegiatan membaca itu sangat membantu untuk hobi menulis saya.
Saya masih ingat, saat itu masih duduk di kelas 3 SD. Saya mengirimkan puisi berjudul R.A. Kartini ke majalah Bobo. Betapa bahagianya u saat puisi itu dimuat di majalah tersebut. Mama merasa bangga saat itu.
Tahun 1979 mama meninggal dunia dan saya beserta keempat kakak harus tinggal di rumah nenek.Saya juga harus pindah sekolah. Saat itu saya duduk di bangku kelas 4.
Di sekolah saya yang baru, ada perpustakaan yang memiliki koleksi buku yang cukup banyak. Kegemaran saya membaca semakin menggila
Setiap istirahat saya jarang pergi ke kantin untuk jajan. Saya lebih senang duduk di pojok perpustakaan sambil membaca buku. Banyak buku yang sudah saya baca.Â
Setiap hari saya selalu meminjam buku di perpustakaan itu untuk saya bawa ke rumah. Petugas perpustakaan yang juga guru ku sudah hafal pada kebiasaan ku.
Setiap pulang sekolah ada kebiasaan yang paling saya sukai yaitu membaca buku di atas genteng. Kebetulan di samping rumah nenek ada pohon mangga yang rindang.Â
Komik Wayang yang Paling Kugandrungi Karena Berisi Nilai-Nilai Moral dan Filsafat Kehidupan
Di antara banyak buku yang saya baca, ada dua buku yang sangat saya senangi. Pertama adalah komik wayang yang berseri dan buku sejarah perjuangan prajurit Kodam Tiga Siliwangi.Â
Komik wayang saya pinjam dari perpustakaan sekolah dan buku sejarah perjuangan prajurit Siliwangi didapat dari ayah yang bekerja sebagai prajurit TNI AD.
Komik wayang saat itu tidak berwarna namun cukup hebat memberikan daya imajinasi saya dan membayangkan bagaimana wajah para tokoh wayang itu jika berada di dunia nyata.Â
Komik wayang itu ada dua judul dan berseri. Komik pertama berkisah tentang kisah Raja Pandu dan saudara-saudaranya.
Kisah perjuangan Pandawa Lima melawan saudaranya kaum Kurawa di kerajaan Astinapura yang terangkum dalam kisah Mahabharata.Komik kedua berkisah tentang Raja Rama dan Sinta yang terangkum dalam kisah Ramayana.
Dari kedua komik itu, saya paling senang membaca buku kisah Mahabharata. Setiap seri komik itu berkisah tentang perjalanan Pandawa Lima menegakan keadilan bagi keluarganya.Â
Entah saya sudah lupa ada berapa buku kisah Bharatayudha itu yang jelas komik itu membuat aku memahami nilai-nilai perjuangan akan kebenaran.Â
Dan yang paling membuat geli, saya selalu menjadi nara sumber buat pertunjukan wayang golek yang sangat disenangi nenek.Â
Saya sampai hafal kostum yang dipakai masing-masing tokoh wayang tersebut karena saya hafal cerita wayang yang ada dalam komik. Saat itu pergelaran wayang golek sangat digemari banyak orang dengan dalang Ki Asep Sunandar Sunarya.Â
Dari beberapa tokoh cerita Mahabharata yang paling saya senangi adalah tokoh Yudhistira. Mengapa demikian? Dalam komik yang saya baca saat itu, Yudistira adalah gambaran tokoh yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi kepada keluarganya.Â
Dia sangat melindungi ibunya Dewi Kunti dan keempat adiknya. Dia rela melakukan apa pun agar seluruh keluarganya dapat dilindungi. Yudhistira juga tokoh yang sangat bijaksana. Dia berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan damai.
Kelima tokoh Pandawa Lima menggambarkan watak yang dimiliki manusia itu sangat berbeda-beda. Meskipun tujuan dan maksud yang sama namun cara yang digunakan masing-masing tokoh Pandawa Lima ini berbeda-beda sesuai dengan karakternya.
Pada komik seri Ramayana saya diajarkan tentang tanggung jawab dan kesetiaan seorang isteri kepada suaminya. Dewi Sinta memiliki karakter yang sangat kuat.Â
Keteguhan dan kesetiannya menjadikannya terhindar dari kobaran api yang membakarnya. Hal itu membuktikan kesetiaannya kepada suaminya.
Buku komik wayang ini sudah jarang ditemukan. Anak-anak milenilai zaman now ini juga sudah jarang yang memiliki kegemaran membaca khususnya membaca kisah-kisah pewayangan.Â
Padahal kisah-kisah pewayangan itu dapat memberikan pendidikan karakter yang cukup baik kepada kawula muda. Duh, saya jadi rindu membaca komik wayang lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H