Mohon tunggu...
Nina Rahyuni
Nina Rahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - wanderlust

let the GOD be with you

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyucian Jiwa yang Digemari Masyarakat Zaman Now

6 April 2022   17:19 Diperbarui: 6 April 2022   17:27 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahu gak sih??? 

kalau di Bali ada yang namanya penyucian jiwa yang sedang disukai orang-orang zaman now, bahkan banyak yang rela mengantre untuk ikut tradisi ini, lhooo. Yuk, cari tahu!

Kebudayaan Bali terbentuk oleh peradaban air, ditepian sungai, danau, laut dan sumber air lainnya dibangunlah tempat suci, untuk kemudian dilakukanlah berbagai ritual keagamaan untuk menunjukkan rasa hormat dan bakti terhadap keberadaan air. 

Masyarakat Bali sangat menghormati keberadaan air, karena dipercaya sebagai wujud Dewa Wisnu, salah satu manifestasi Tuhan Yang Maha Esa yang dipercaya sebagai pemelihara kehidupan dunia. Mata air di Bali dianggap suci oleh umat Hindu, salah satunya adalah mata air Tirta Empul. 

Umat Hindu sangat melarang untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, terutama di lokasi-lokasi mata air yang dianggap suci.

Melukat adalah tradisi budaya yang biasa dilakukan di Pura Tirta Empul Bali. Sebuah tradisi masyarakat Bali untuk melakukan penyucian diri. 

Menurut Wikipedia, melukat adalah upacara pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia. Upacara ini dilakukan secara turun-temurun oleh umat Hindu hingga saat ini. Pensucian secara rohani artinya menghilangkan pengaruh kotor/klesa dalam diri. Dengan air suci ini kita dapat memperoleh kebaikan, dan menjauhkan hal-hal yang negatif. Bahkan tradisi melukat akan berdampak terhadap aspek Psikologis, baik kesehatan mental dan fisik, misalnya menyembuhkan luka batin dan menghilangkan trauma.

Dalam jurnal Tradisi Melukat Pada Kehidupan Psikospiritual Masyarakat Bali, para pemedek menyatakan bahwa setelah melakukan pelukatan merasakan kedamaian dan ketenangan tentunya sesuai dengan apa yang dimohonkan melalui doa, sehingga dapat terhantarkan melalui air melukat. 

Selain itu, menurut tesis Gangguan jiwa (Buduh) di Bali sebagai fenomena budaya, upacara melukat menjadi faktor lain yang bertujuan untuk mengkomunikasikan pada masyarakat bahwa pasien telah sembuh dari gangguan jiwa.

Melukat menjadi tradisi yang dipercaya masyarat Hindu sebagi penyucian diri yang memiliki manfaat. Melukat bisa dilakukan oleh siapapun tidak hanya dilakukan oleh umat Hindu, namun bisa dilakukan oleh umat agama lain. Bahkan melukat sudah menjadi gaya hidup para kaum metropolis. 

Menurut jurnal Wisata Melukat: Perspektif Air Pada Era Kontemporer yang ditulis oleh I Made Gede Anadhi, bahwa kegiatan berbau spiritual ini rupanya dipandang mampu menjawab kedahagaan Masyarakat Kontemporer Bali akan kebutuhan hakiki hidup mereka. Wisata melukat-pun kemudian menjadi ikon yang dipromosikan lewat berbagai media dan berproses dalam berbagai bentuk sebagai wujud komodifikasi air.

Wisatawan dapat mengikuti upacara tersebut dengan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.  Kain kamen menjadi syarat yang wajib agar bisa melakukan upacara melukat. Kamen merupakan kain tradisional khas Bali yang bisa digunakan oleh siapa saja, baik pria maupun wanita. 

Kamen menjadi kain khusus yang biasa dikenakan pada saat melakukan persembahyangan di sebuah pura. Selain itu, kita juga harus meletakan canang di bagian atas dari pancuran yang akan digunakan. Saat prosesi melukat, kita dapat memanjatkan doa. Bagian akhir prosesi melukat adalah dengan menangkup tangan.

Selain itu, para artis juga banyak yang pernah melakukan upacara melukat, salah satunya Pevita Pearce. 

instagram.com/pevpearce
instagram.com/pevpearce

Dalam akun pribadinya di Instagram, Pevita melakukan melukat ingin menghilangkan rasa trauma dalam hidupnya. Ia mengatakan dalam caption foto tersebut, bahwa ia merasa senang untuk menerima kenyataan dan mengaku ada perubahan dalam dirinya saat melakukan upacara melukat ini.

Nah, bagaimana tertarik dengan ritual penyucian jiwa ini?

Sumber:

Anadhi, I. M. G. (2016). Wisata Melukat: Perspektif Air Pada Era Kontemporer. An1mage.

Rema, N. (2013). Makna Air Bagi Masyarakat Bali. Forum Arkeologi, 109-124.

Seniwati, D. N., & Ngurah, I. G. A. (2020). Tradisi Melukat pada Kehidupan Psikospiritual Masyarakat Bali. VIDYA WERTTA: Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia, 3(2), 159-170.

PUTRO, B. D. (2004). Gangguan jiwa (Buduh) di Bali sebagai fenomena budaya:: Studi persepsi dan perilaku pilihan perawatan gangguan jiwa orang Bali (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun