Mohon tunggu...
NINA KARINA ZAI
NINA KARINA ZAI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA MAGISTER AKUNTANSI

NIM : 55523110029 | Program Studi : Magister Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Universitas Mercu Buana | Pajak Internasional | Dosen : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KUIS 4 - Hubungan BUT, dengan Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme

8 Oktober 2024   11:38 Diperbarui: 8 Oktober 2024   11:44 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badan Usaha Tetap (BUT) adalah konsep dalam hukum pajak internasional yang merujuk pada bentuk usaha yang dijalankan oleh entitas asing di suatu negara secara permanen. BUT memiliki peran penting dalam aktivitas ekonomi global, terutama dalam konteks investasi asing dan perdagangan internasional. Di sisi lain, Max Weber dalam karyanya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism menguraikan bagaimana etika kerja Protestan berkontribusi pada munculnya semangat kapitalisme modern. Artikel ini akan menjelaskan hubungan antara konsep BUT dengan Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme menurut perspektif Weber. 

Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme menurut Max Weber 

Menurut Max Weber, penganut ajaran Protestan, terutama Calvinis, memiliki pandangan yang sangat spesifik mengenai kerja dan akumulasi kekayaan. Ajaran Protestan memperkenalkan konsep "panggilan" atau calling, di mana pekerjaan duniawi dianggap sebagai tugas religius yang harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Sukses dalam pekerjaan tidak hanya memberikan manfaat material tetapi juga menjadi tanda keselamatan atau predestinasi.

Dalam hal ini, Etika Protestan mendorong individu untuk:

  • Bekerja keras dan hidup sederhana: Nilai-nilai Protestan mempromosikan kerja keras, hidup hemat, dan disiplin. Kekayaan tidak untuk dihamburkan, tetapi untuk diinvestasikan kembali guna mendukung pekerjaan dan pencapaian lebih lanjut.
  • Askestisme duniawi: Askestisme yang ditanamkan dalam ajaran Protestan melahirkan kecenderungan untuk tidak menikmati kekayaan secara berlebihan. Sebaliknya, keuntungan dari kerja keras digunakan untuk memperluas investasi, yang pada gilirannya meningkatkan akumulasi modal.
  • Rasionalitas dalam kehidupan ekonomi: Pendekatan rasional dalam bekerja dan mengelola kekayaan sangat menonjol dalam Etika Protestan. Rasionalitas ini mengarahkan individu untuk mengambil keputusan yang efisien dan mempertimbangkan laba-rugi dalam setiap tindakan ekonomi.

Sumber : Presentasi
Sumber : Presentasi "Apakah BUT Sebagai Aplikasi Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme" oleh Prof. Apollo, 2014

Dalam pandangan Weber, ajaran ini memainkan peran utama dalam perkembangan kapitalisme modern. Pencarian laba bukan hanya menjadi tujuan ekonomi, tetapi juga dianggap sebagai panggilan religius yang memberikan makna spiritual bagi individu.

Weber menekankan bahwa semangat kapitalisme yang muncul di Barat berbeda dari kapitalisme pada era sebelumnya karena orientasinya yang kuat terhadap pencarian laba rasional dan berkelanjutan. Dalam kapitalisme modern, uang dan laba tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan, tetapi menjadi tujuan utama itu sendiri. Pekerja keras tidak bekerja semata-mata untuk bertahan hidup atau menikmati keuntungan materi, melainkan untuk mengakumulasi lebih banyak modal dan meningkatkan efisiensi dalam prosesnya.

  • Pencarian laba tanpa henti: Dalam kerangka kapitalisme modern, pencarian laba secara terus-menerus tidak hanya didorong oleh keinginan material, tetapi juga oleh nilai-nilai etis yang tertanam dalam Etika Protestan. Weber menjelaskan bahwa pencarian laba ini tidak didorong oleh keinginan untuk menikmati hasilnya, tetapi lebih pada akumulasi modal sebagai tujuan tersendiri.

Sumber : Presentasi
Sumber : Presentasi "Apakah BUT Sebagai Aplikasi Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme" oleh Prof. Apollo, 2014
  • Hemat dan Investasi: Prinsip asketisisme membuat individu tidak menghabiskan kekayaan yang mereka peroleh secara sembarangan. Sebaliknya, kekayaan diinvestasikan untuk menghasilkan lebih banyak modal dan keuntungan. Siklus ini adalah karakteristik dasar dari kapitalisme Weberian, yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Badan Usaha Tetap (BUT) dalam Konteks Ekonomi Modern

Dalam konteks modern, Badan Usaha Tetap (BUT) adalah contoh nyata bagaimana prinsip-prinsip kapitalisme Weberian diterapkan dalam dunia bisnis. BUT adalah entitas bisnis yang didirikan oleh perusahaan asing di suatu negara untuk menjalankan kegiatan usaha secara permanen. BUT berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari perusahaan induk untuk mengakses pasar lokal, memanfaatkan sumber daya, dan memperluas jaringan bisnis. Karakteristik utama dari BUT meliputi:

  1. Keberadaan Fisik yang Permanen: BUT memiliki tempat usaha tetap seperti kantor, pabrik, atau fasilitas lain yang digunakan untuk menjalankan bisnis.

  2. Kegiatan Ekonomi yang Berkelanjutan: BUT terlibat dalam aktivitas ekonomi secara terus-menerus, bukan bersifat sementara atau insidental.

  3. Otonomi Operasional: Meskipun terhubung dengan perusahaan induk, BUT memiliki tingkat otonomi dalam operasional sehari-hari untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar lokal.

 

Hubungan antara BUT dengan Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme

Sumber : Presentasi
Sumber : Presentasi "Apakah BUT Sebagai Aplikasi Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme" oleh Prof. Apollo, 2014

Setelah memahami konsep Etika Protestan dan BUT, kita dapat mengidentifikasi beberapa hubungan yang saling terkait:

  1. Etos Kerja Keras dan Ekspansi Bisnis:

    • BUT merupakan manifestasi dari ekspansi bisnis yang agresif dan berkelanjutan oleh perusahaan multinasional. Hal ini sejalan dengan etos kerja keras dan semangat untuk terus berkembang yang diajarkan dalam Etika Protestan.
    • Contoh: Perusahaan yang mendirikan BUT di negara lain menunjukkan komitmen untuk bekerja keras dalam memasuki pasar baru, memahami budaya lokal, dan bersaing secara efektif.
  2. Asketisisme dan Reinvestasi Modal:

    • Prinsip asketisisme mendorong penghindaran pemborosan dan fokus pada reinvestasi keuntungan untuk pertumbuhan lebih lanjut. BUT sebagai entitas bisnis sering kali menginvestasikan kembali keuntungannya ke dalam operasi lokal untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
    • Contoh: Keuntungan yang diperoleh oleh BUT tidak diambil sebagai dividen secara langsung tetapi digunakan untuk pengembangan infrastruktur, pelatihan karyawan, dan inovasi produk.
  3. Rasionalitas Ekonomi dan Efisiensi Operasional:

    • Weber menekankan pentingnya rasionalitas dalam tindakan ekonomi. BUT dioperasikan dengan prinsip-prinsip manajemen modern yang menekankan efisiensi, produktivitas, dan optimalisasi sumber daya.
    • Contoh: Implementasi teknologi canggih, praktik manajemen terbaik, dan analisis pasar yang mendalam oleh BUT mencerminkan rasionalitas ekonomi.
  4. Panggilan dan Tujuan Ekonomi sebagai Tugas Suci:

    • Dalam Etika Protestan, mencapai kesuksesan ekonomi dianggap sebagai bagian dari panggilan hidup dan tugas suci. Perusahaan yang mendirikan BUT mungkin didorong oleh visi dan misi yang lebih besar daripada sekadar keuntungan finansial, seperti kontribusi terhadap pembangunan ekonomi global.
    • Contoh: Perusahaan yang berinvestasi di negara berkembang melalui BUT dapat membantu transfer teknologi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal.
  5. Akumulasi Modal dan Pertumbuhan Kapitalisme Global:

    • Akumulasi modal adalah inti dari semangat kapitalisme. BUT memungkinkan perusahaan untuk mengakumulasi modal di berbagai yurisdiksi, mendiversifikasi risiko, dan memperkuat posisi kompetitifnya di pasar global.
    • Contoh: Perusahaan multinasional dengan jaringan BUT di berbagai negara dapat mengoptimalkan portofolio investasinya, memanfaatkan perbedaan regulasi, dan meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan

Implikasi Sosial dan Ekonomi

Hubungan antara Badan Usaha Tetap (BUT), Etika Protestan, dan Semangat Kapitalisme yang dijelaskan oleh Max Weber memberikan dampak yang luas dalam berbagai aspek sosial dan ekonomi. Berikut ini adalah beberapa implikasi dari hubungan tersebut:

1. Peningkatan Globalisasi Ekonomi

BUT berperan penting dalam globalisasi ekonomi. Sebagai entitas bisnis asing yang beroperasi di negara lain, BUT membantu dalam memperluas akses pasar global dan meningkatkan aliran barang, jasa, dan modal lintas negara.

Sumber : lentera24.com
Sumber : lentera24.com

Implikasi: BUT memungkinkan perusahaan multinasional untuk mengoptimalkan keuntungan dan efisiensi melalui penggunaan sumber daya di berbagai negara. Hal ini mendorong integrasi ekonomi global, di mana pasar dan bisnis dari berbagai belahan dunia saling terhubung.

Contoh: Perusahaan teknologi besar yang mendirikan BUT di berbagai negara mempermudah transfer teknologi dan pengetahuan antarwilayah, mempercepat pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut.

2. Transformasi Nilai Budaya dan Etos Kerja

Nilai-nilai Etika Protestan seperti kerja keras, efisiensi, dan rasionalitas yang dianut oleh banyak entitas kapitalis modern sering kali diimpor ke negara-negara di mana BUT beroperasi. Ini dapat mengubah budaya kerja di negara-negara tersebut.

Implikasi: Pengaruh BUT yang mengadopsi semangat kapitalisme dapat memperkuat etos kerja berbasis rasionalitas, disiplin, dan produktivitas di masyarakat lokal, yang mungkin sebelumnya menganut nilai-nilai budaya tradisional yang berbeda.

Contoh: Pabrik-pabrik dan kantor BUT sering membawa sistem manajemen modern yang lebih berorientasi pada produktivitas, yang mendorong pekerja lokal untuk lebih efisien dalam bekerja dan meningkatkan keterampilan mereka.

3. Akumulasi Modal dan Pertumbuhan Kapitalisme Global

Salah satu inti dari kapitalisme adalah akumulasi modal secara terus-menerus, yang dicapai melalui investasi dan reinvestasi laba. BUT memainkan peran kunci dalam membantu perusahaan multinasional mengakumulasi modal dari berbagai pasar internasional.

Implikasi: BUT mempercepat pertumbuhan kapitalisme global dengan memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan operasi lintas batas dan memperbesar skala ekonominya. Keuntungan yang dihasilkan oleh BUT di satu negara sering kali diinvestasikan kembali untuk memperluas operasi di negara lain, memperkuat siklus akumulasi modal.

Contoh: Perusahaan multinasional yang memiliki BUT di beberapa negara dapat mengalihkan modal dari negara-negara berpenghasilan rendah untuk diinvestasikan kembali di pasar yang lebih berkembang, menciptakan efek domino pada perekonomian global.

4. Dampak Positif dan Negatif terhadap Pembangunan Ekonomi Lokal

BUT sering kali memberikan manfaat ekonomi bagi negara tuan rumah, terutama melalui penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, dan investasi modal. Namun, keberadaannya juga dapat menimbulkan tantangan bagi bisnis lokal.

Implikasi Positif: BUT dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja lokal dengan memberikan pelatihan dan pengalaman dalam lingkungan kerja internasional. Ini juga membuka peluang bagi industri lokal untuk terlibat dalam rantai pasokan global yang dikelola oleh perusahaan multinasional.

Implikasi Negatif: Keberadaan BUT dapat menciptakan persaingan tidak seimbang dengan usaha kecil dan menengah lokal. Karena BUT sering kali memiliki sumber daya dan jaringan global yang besar, perusahaan lokal mungkin kesulitan untuk bersaing dalam hal efisiensi dan harga.

Contoh: Di beberapa negara berkembang, investasi besar oleh BUT dalam sektor industri manufaktur telah mendorong pertumbuhan ekonomi secara cepat, tetapi dalam beberapa kasus, hal ini juga menyebabkan ketergantungan pada perusahaan multinasional dan meminggirkan usaha kecil lokal.

5. Tantangan Regulasi dan Pajak

BUT, sebagai entitas bisnis asing yang beroperasi di negara lain, menimbulkan tantangan bagi pemerintah dalam hal regulasi, pengawasan, dan pemungutan pajak.

Implikasi: Pemerintah negara tuan rumah sering kali dihadapkan pada tantangan untuk memastikan bahwa BUT beroperasi sesuai dengan undang-undang domestik, terutama dalam hal pajak dan standar tenaga kerja. Perusahaan multinasional dengan BUT sering memanfaatkan perbedaan regulasi pajak di berbagai negara untuk mengurangi beban pajak global mereka (tax avoidance).

Contoh: Banyak negara harus menegosiasikan perjanjian pajak bilateral untuk mengatur bagaimana pendapatan yang dihasilkan oleh BUT akan dikenai pajak, dan dalam beberapa kasus, hal ini menciptakan tantangan dalam menentukan jumlah pajak yang adil yang harus dibayar oleh perusahaan multinasional.

6. Komodifikasi Agama dan Etika Kerja Kapitalisme

Max Weber menunjukkan bahwa Etika Protestan sangat mendukung semangat kapitalisme. Pada saat yang sama, di era modern, kita melihat adanya komodifikasi nilai-nilai agama untuk kepentingan ekonomi.

Implikasi: Dalam beberapa kasus, elemen-elemen agama atau nilai-nilai tradisional dapat dikomodifikasi atau diintegrasikan ke dalam strategi kapitalisme untuk tujuan pemasaran atau peningkatan keuntungan. Hal ini menciptakan paradoks di mana kapitalisme menggunakan etos moral untuk tujuan ekonomi semata.

Contoh: Perusahaan multinasional mungkin memanfaatkan simbol atau nilai-nilai agama dalam kampanye pemasaran di wilayah tertentu untuk menarik konsumen, menciptakan kesan bahwa perusahaan mendukung atau mewakili nilai-nilai tersebut, padahal tujuan utamanya adalah keuntungan.

7. Peran BUT dalam Transfer Teknologi dan Keterampilan

BUT berfungsi sebagai sarana penting untuk mentransfer teknologi maju dan keterampilan manajerial ke negara tempat ia beroperasi.

Implikasi: BUT sering kali membawa teknologi dan inovasi baru ke negara tuan rumah, yang berpotensi meningkatkan daya saing industri lokal dan mempercepat proses modernisasi ekonomi.

Contoh: Banyak BUT di sektor teknologi atau manufaktur canggih berinvestasi dalam pelatihan tenaga kerja lokal, menyediakan pengetahuan teknis yang diperlukan untuk menjalankan mesin atau proses produksi yang canggih, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas lokal.

Referensi:

Weber, Max. The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. (Die protestantische Ethik und der Geist des Kapitalismus).

Presentasi "Apakah BUT Sebagai Aplikasi Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme" oleh Prof. Apollo, 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun