Mohon tunggu...
Beyond News
Beyond News Mohon Tunggu... Konsultan - Blog

Sharing technology news and updates

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Tiga Praktik Terbaik Teknis Pengoperasian Ekosistem Hybrid IT yang Efektif

3 Januari 2021   21:49 Diperbarui: 3 Januari 2021   22:11 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, ekosistem hybrid IT menjadi norma baru seiring investasi strategis para CIO yang memindahkan sebagian besar aplikasi, infrastruktur, serta sistem perusahaan ke sistem awan (cloud), dan mempertahankan sisanya di lingkungan internal perusahaan (on-premise). IDC memprediksi lebih dari 90% perusahaan di Asia Pasifik akan memiliki infrastruktur hybrid IT pada 2021. Ekosistem ini dapat menjadi fondasi kokoh untuk mendorong capaian bisnis yang diinginkan dengan memungkinkan perusahaan memaksimalkan nilai aset yang ada.

Meski dirancang dengan interoperabilitas, adopsi teknologi baru dari berbagai vendor oleh perusahaan dapat menjadikan arsitektur TI lebih kompleks dan rentan terhadap masalah keamanan. Tiap vendor TI yang ditambahkan akan memperumit ekosistem dan meningkatkan potensi konflik, misalnya akibat perbedaan perangkat pengujian. Keberhasilan pengoperasian dan pemeliharaan ekosistem hybrid IT akan dipengaruhi oleh seberapa efektif departemen TI mengelola penambahan vendor baru.

Para CIO perlu mengadaptasi strategi manajemen TI sesuai ekosistemnya melalui standardisasi perangkat dan protokol untuk mengatasi tumpang tindih kapabilitas, serta penyusunan peta jalan menuju sukses. Praktik-praktik terbaik pengelolaan ekosistem teknis berikut ini akan turut memastikan infrastruktur hybrid yang digunakan perusahaan membuatnya dapat bertransisi ke sistem awan dan mencapai target bisnis.

Kendalikan kompleksitas arsitektur untuk maksimalkan nilai kelincahan dan fleksibilitas hybrid IT

Jika tidak dikelola sejak awal, kompleksitas arsitektur, kolokasi server, dan interaksi antara solusi awan dan nonawan dapat mengurangi fleksibilitas dan kelincahan. Perubahan akan lebih sering terjadi di ekosistem hybrid IT karena mayoritas komponen awan belum mencapai kematangan. Pastikan arsitektur TI yang digunakan cukup fleksibel untuk mengaktifkan dan menonaktifkan solusi secara cepat, serta pantau kemacetan yang mungkin timbul akibat banyaknya vendor yang dilibatkan maupun konflik antara solusi awan dan nonawan. Mengendalikan versi produk adalah cara utama untuk memastikan ekosistem tersebut mampu menghadapi perubahan.

Untuk menentukan seberapa adaptif suatu ekosistem hybrid, kaji tingkat interoperabilitas atau besar usaha yang diperlukan untuk mengintegrasi berbagai vendor dan produk yang bebeda. Agar perusahaan tetap kompetitif, pindahkan ke awan kapabilitas yang tidak memerlukan integrasi ketat dan akan sering berubah seiring munculnya solusi yang lebih baik. Di sisi lain, pertahankan solusi yang dijalankan secara internal dan dapat dijadikan fondasi untuk mengoperasikan solusi awan. Contohnya, pada solusi ERP di mana integrasi ketat diperlukan, pengubahsuaian berhasil memenuhi kebutuhan unik, atau tidak ada solusi Software as a Service (SaaS) yang sepadan untuk menggantikan fungsinya.

Ciptakan solusi mulus melalui tata kelola, proses, dan perangkat integrasi

Arsitektur berorientasi layanan, arsitektur layanan berbasis awan, dan kerangka integrasi baru mempermudah dibangunnya ekosistem hybrid IT. Namun, jika prosesnya terpisah antara beberapa produk, kelengkapan atau kebenaran proses yang dijalankan di seluruh produk biasanya tidak dapat dipastikan. Selain itu, standar perangkat integrasi yang ada saat ini mungkin tidak lagi memadai ketika portofolio diperluas hingga mencakup model multiawan. Oleh karena itu, integrasi proses harus dikembangkan sebagai disiplin ilmu dalam departemen TI. Center of Excellence (COE) integrasi juga mungkin dibutuhkan untuk membantu menjembatani jurang bahasa antarvendor dan membangun proses bersama jika diperlukan. Ketika portofolio aplikasi tumbuh menjadi lebih beragam dan merata, manfaatkan kapabilitas perangkat baru untuk mempermulus integrasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini, mungkin perlu ditambahkan perangkat modern integration platform as a service (iPaas). Selanjutnya, tata kelola juga perlu diperluas untuk menjawab pertanyaan terkait pilihan mekanisme integrasi yang digunakan, kepemilikan data dan proses, serta integritas integrasi.

Terapkan proses dan kontrol untuk membantu menjaga keamanan ekosistem TI

Keamanan aplikasi dan infrastruktur adalah dua bidang penting yang harus dikelola departemen TI secara hati-hati. Riset yang dilakukan Cowen mengindikasikan bahwa profesional TI senior menganggap keamanan, khususnya pada sistem awan, sebagai prioritas utama sejak pandemi COVID-19. Pencampuran antara ekosistem awan dan internal menambah jumlah dan jenis titik kontrol yang harus dikelola. Beberapa jenis proses dan protokol keamanan mungkin tidak kompatibel satu sama lain, dan keamanan yang ketat pada salah satu komponen bisa jadi sia-sia karena lemahnya keamanan di komponen lain. Selain itu, teknologi unifikasi seperti single sign-on di satu sisi mempermudah akses ke aplikasi, tapi di sisi lain mungkin tidak menghilangkan konflik yang timbul dari rancangan keamanan masing-masing komponen.

Agar keamanan portofolio hybrid terjaga, proses keamanan dan kontrol lintas vendor yang kuat untuk mengurangi eksposur di tiap titik interaksi vendor perlu diterapkan pada tingkat master. Namun, validasi efektivitas kontrol keamanan di seluruh portofolio mungkin sulit dilakukan karena kebanyakan vendor sistem awan keberatan jika pelanggan menguji keamanan produk atau keamanan keseluruhan ekosistem mereka. Sejumlah kebijakan dan kontrol hukum juga dapat membatasi apa saja yang bisa diuji di ekosistem vendor.

Namun demikian, manfaat ekosistem hybrid IT jauh melampaui tantangan yang muncul akibat kompleksitasnya. Jadi, sikap proaktif dalam mengelola faktor-faktor yang berdampak langsung terhadap efektivitas hybrid IT penting agar tantangan saat berpindah ke sistem awan dapat teratasi.


Oleh: Andrew Seow, Regional GM for Southeast Asia and Greater China, Rimini Street, Inc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun