Screenshot Twitter Fatin. Doc. Fatin (Sumber:Â https://twitter.com/FatinSL )
Melewati masa muda era Dewa 19, Iwan Fals, Slank, etc ternyata merupakan berkah yang luar biasa. Wira wiri melihat konser penyanyi dan grup kesayangan di berbagai stadion dengan 'genk-culun' masa itu ternyata menjadi pengalaman mewah yang tidak dimiliki oleh generasi sekarang yang tingal di tanah air yang sama ini.
Penambahan usia dan melemahnya perkembangan industri musik di tanah air menjadikan enggan untuk mengikuti dan diikuti gebyar gebyar industri yang banyak menjadi cita-cita anak kecil, selain cita-cita menjadi dokter!.
Adalah remaja Fatin yang menyebabkan perubahan dari enggan menjadi doyan melirik kembali kesukaan lama. Seolah dejavu dan tergagap-gagap dengan gemerlapnya dunia hiburan negri tercinta yang beraroma lain dulu dan lain sekarang dan berkeyword 'suram'!
Tidak ada yang teramat istimewa dari remaja jawara XFI 2013 ini . Kriteria cantik, langsing, Â lembut, pintar, sangat jauh untuk disematkan padanya.
Namun justru yang 'biasa saja' inilah yang menjadikan kehadirannya memiliki makna mewah tiada tara. Kata 'biasa' yang sudah hilang dari sikap kebanyakan pelakon industri gebyar-gebyar, hingga kata 'idealisme' pun hanya disimpan di relung hati yang paling dalam.
Harapan yang terlalu berlebih akan kehadirannya yang 'membuat beda' jagad tarik suara Nusantara pun tidak ada. Bahkan harapan anak muda ini berkarier untuk minimal menyamai Mentor Rossa dalam hal 'konsistensi dan formal-edukasi' hanya disimpan dalam hati.
Terkadang muncul angan dan ego liar akan kariernya dengan 'do dan don't ' dan mengangankan suatu saat anak muda ini serius dan mumpuni menekuni profesi barunya, lalu harus menyusul Yuna dengan mengepakkan sayapnya di Amerika, juga dipendam sendiri.
Remaja usia 17 tahun ini ibarat baru saja bangun tidur, lalu menerima hadiah sebongkah berlian yang harus diambilnya sendiri di kandang macan. Tidak usah berlebih dan dilebih-lebihkan. Tetap berusaha setenang permukaan laut pasang.
Ada banyak 'sesuatu' dalam dirinya, dan potensi itu masih harus dibuktikan. Waktu yang akan membuktikan apakah semua angan dari seorang 'portugal' ini akan sesuai harapan. Tidak pula merasa kecewa jika harapan-harapan itu ternyata hanya sebatas angan.
Jika sang idola ini memiliki kemauan yag besar untuk 'belajar', maka a-lover yang nulis inipun juga ikutan memaknai kata 'pelajar' itu dengan 'proporsional'. Tidak perlu jua gamang mengakui bahwa laku dan lakon Sang Jawara XFI ini terdapat banyak hal yang bisa dipelajari dan dikritisi.
Tanpa seorang Fatin, hidup ini akan tetap bermakna 'bitter-sweet'. Tapi yang jelas, dengan kehadirannya, ternyata menjadikan 'bitter' itu berasa 'so-sweet'. lebay!
*PS: dedicated to @FSL, Fatin-Lovers dan Fatinistic Worldwide,' Luv u all, Â Salute!'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H